Bab 10.A

36.3K 5.6K 873
                                    

Yang dari kemaren nunggu Bab 10 karena di IG ada spoiler2 manja tentang bab 10 hahahhahahhahahhaa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yang dari kemaren nunggu Bab 10 karena di IG ada spoiler2 manja tentang bab 10 hahahhahahhahahhaa

Happy readingggggg VOTE KOMEN YANG BUANYAAAKKKKKKK.....


Ivander tersenyum, dia sangat terharu dengan ucapan Alaya. Ia masih tak menyangka bahwa Alaya akan sangat begitu menyayanginya seperti ini. bagaimana jika suatu saat Alaya tahu tentang yang sebenarnya? Bahwa Ivander bukan ayah kandungnya, melainkan si bajingan Mario? Apakah Alaya akan berpaling dan mencurahkan seluruh kasih sayangnya pada ayah biologisnya itu?

Ivander tak akan pernah membiarkan hal itu terjadi.

Dipeluknya erat tubuh Alaya, seakan dia takut kehilangan puteri kesayangannya itu. Kemudian dengan tulus Ivander berkata "Sampai kapanpun, Daddy tidak akan meninggalkan Mommy dan Alaya."

**************************

Bab 10.A


Pagi itu berlalu sedikit berbeda dengan pagi biasanya. Ivander masih mual muntah, karena itulah dia tidak turun, dan Aurel membawakan sarapan pagi ke kamarnya. Alaya sendiri sudah berangkat sekolah, hingga Aurel bisa menemani Ivander sampai suaminya itu benar-benar selesai sarapan.

"Nanti malam, aku akan keluar sebentar. Kamu nanti bisa temani Alaya makan malam bersama, kan?"

"Kemana? Kenapa sampai nggak bisa makan malam di rumah?"

Aurel mendesah panjang. "Ke pesta Oliv, yang kemarin itu."

"Sendiri? atau, kamu minta ditemani sama Mario?" tanya Ivander dengan nada tak suka.

"Mario diundang, tapi mungkin dia nggak bisa datang. Dia sibuk dengan bisnisnya. Tolong, jangan selalu membawa Mario dalam urusanku."

Ivander memutar bola matanya jengah. "Lalu kenapa kamu datang ke sana sendiri? ada aku yang bisa menemanimu."

"Jangan ngaco, kamu kan sedang sakit."

"Aku nggak peduli. Aku akan menemanimu, atau kamu tidak usah datang sama sekali."

Aurel bangkit, dia mendengkus sebal. Aurel sebenarnya tak keberatan jika Ivander menemaninya nanti malam, hanya saja, dia khawatir dengan keadaan Ivander. Ditambah lagi, Aurel takut bahwa nanti Ivander akan membanding-bandingkan dirinya dengan teman-temannya yang sudah sukses. Pada akhirnya, Ivander pasti akan menyindirnya dan berkata bahwa dia seolah-olah adalah wanita paling hina di muka bumi ini.

"Terserah kamu saja." Aurel mengalah.

"Kenapa kamu enggak mau pergi denganku? Apa yang membuatmu malu?"

"Ivan, aku sudah bilang, kan. Kamu sakit."

Ivander malah tersenyum mengejek. "sangat perhatian."

The Guardian DevilWhere stories live. Discover now