POSSESIVE BROTHERS | Part 21

58.8K 4.2K 402
                                    

—————

Playlist : Shout Out To My Ex - Little Mix

—————

    "Pagi Leo!"

Leo tersenyum, ia melihat keempat bersaudara itu dan mendekat.

    "Pagi juga." Steela tersenyum dan mulai berceloteh ringan dengannya, tidak luput dari perhatian kakak-kakaknya.

Aksa cemberut melihat bagaimana akrabnya adiknya dengan lelaki itu. Dengan cepat, ia merangkul Steela membuat keduanya terkejut dan refleks saling menjauh.

Pandangan Leo bertubrukan dengan milik Aksa yang menatapnya penuh permusuhan. Arkan yang melihat itu hanya menggeleng tapi diam-diam menyetujui tindakan kembarannya.

Farren memperhatikan bagaimana sikap protektif Aksa pada si bungsu, dan berpindah melihat Leo yang menggerutu pelan. Bibirnya tersenyum miring menyadari bahwa lelaki itu memiliki perasaan lebih kepada adiknya.

Farren tertawa kecil, Leo akan kesusahan menaklukkan hati keempat kakak dari gadis yang disukainya.

***

    "Kemarin aku dan kak Farren pergi ke rumah kak Aiden." Steela bercerita sambil mengunyah keripik.

    "Terus gimana?" Leo ikut memasukkan tangannya dalam kemasan keripik, menghiraukan tatapan tajam Steela.

    "Kak Farren bertanya sedikit tentang Risa," Nada suara gadis itu terdengar ragu, ia menggumam tak nyaman.

    Leo menyadarinya, "Ada apa?"

    Steela menggigit bibirnya pelan, menunjukkan kegugupannya. "Aku punya firasat kalo bukan Risa pelakunya."

Kini kening Leo berkerut. Bukankah sudah jelas jika perempuan itulah dibalik kejadian ini?

    "Kenapa lo berpikir kayak gitu?" Steela hanya menghela berat, seolah mencoba mengeluarkan semua masalah bersama hembusan nafasnya.

    "Ntahlah, hanya sedikit kurang yakin." Leo ikut terdiam, kejadian beberapa hari ini membuat otaknya diharuskan berpikir keras.

    "Malah menurutku, kak Aiden-lah yang perlu dicurugai." Leo menoleh cepat dengan pandangan tidak percaya.

    "Lo serius?" Steela mengangguk cepat, ia juga menceritakan gelagat aneh yang ditunjukan lelaki itu saat ia kerumahnya.

    "Gue gak percaya." Leo mengendik acuh. Dalam pikirannya, hanya Risa yang patut dicurigai sekarang, bukan Aiden.

    "Leo, aku serius!" Lelaki itu tidak menanggapinya dan malah mengambil posisi tidur dengan nyaman di tempat duduknya.

Steela yang melihat itu menjadi kesal, ia lanjut memakan keripiknya dengan kasar.

***

    "Kemarin lo sama Auri ngapain disana?" Arkan bersuara sambil menekan tombol remot tv, mencari siaran yang menarik perhatiannya.

    "Ya gitu, gue nanya tentang Risa." Arkan menaruh remot saat layar tv menyiarkan sekumpulan orang yang bermain bola.

Farren kembali memutar ingatannya saat berada di rumah sahabatnya itu,  masih mengingat percakapan lelaki itu di telefon,

"Kayaknya lo seneng banget bisa ngelabuin mereka?"

Farren mengacak-acak rambutnya kasar, ia kesal dengan permasalahan yang ada terus-menerus seperti ini.

    Arkan melihat itu dan mengernyit, "Kenapa?" Farren menggeleng pelan dan menyandarkan kepalanya di bantal sofa. Matanya terpejam mencoba merilekskan pikirannya yang sudah bercabang kemana-mana.

Setengah dari dirinya tidak ingin menaruh curiga pada sahabatnya, tapi ia juga tidak bisa mengelak bahwa Aiden memang bertingkah sangat aneh.

***

Aiden melangkah ke pintu rumahnya dengan perlahan, seolah tidak ingin ada yang melihat kepergiannya.

    "Kakak mau kemana?" ia tersentak dan berbalik mendapati Risa yang menatapnya penasaran.

Lelaki itu mendekat dan mengelus kepala adiknya, "Kakak mau pergi sebentar." Ia mengecup kening Risa dan melanjutkan langkahnya.

Mesin kendaraan terdengar menjauh membuat Risa menghela nafas lelah.

Kapan kakaknya itu akan berubah?

***

Suara sepatu boots Aiden memecah keheningan dalam gedung tua itu.

Siluet sebuah sosok menyambutnya, langkahnya mendekat dan seringai di bibirnya mulai terbentuk.

    "Apa yang ngebuat lo datang?"

Aiden hanya tersenyum kecil dan mendudukkan dirinya di sofa.

    Sang gadis duduk disebelahnya sambil menatap penuh selidik, "Lo belum jawab pertanyaan gue."

    "Banyak pikiran."

    "Biar gue tebak, lo nyesel khianatin sahabat lo sendiri?" Dengan berat hati, Aiden mengangguk.

    "Gue udah duga ini bakal terjadi." Ia berdiri dan menatap tajam netra lelaki tersebut.

    "Jangan lupain tujuan awal kita,
lo ingat kan apa yang udah dilakuin orang itu ke lo?!" Suaranya menggema di sekujur ruangan. "Dan gue harap lo gak lupa apa yang keluarga itu lakuin ke kakak gue dan kehidupan keluarga gue!!" Nafasnya terengah-engah.

Aiden tersadar dan mengingat kesepakatan awal yang ia buat dengan gadis di depannya.

    "Gak, gue gak lupa," Suara lelaki itu berubah drastis. "Tak perlu khawatir, kita udah sampai ke tahap ini. Gue gak bakal berhenti."

Perkataan Aiden mengundang senyum merekah di bibir gadis itu.

    "Selamat kembali, Brandon."

***
21-03-2020

Possesive Brothers [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang