ALVASKA 07 [HATE]

474K 55K 6.1K
                                    

“It's not what we have in life, but who we have in our live that matters.”

"Pukul dia, habis lo!"

Deren dan ketiga temannya menoleh ke arah belakang dan mendapati Alvaska, ketua genk motor Alvazars turun dari atas motor, berjalan santai ke arah mereka dengan tatapan tajam yang mampu membuat lawannya bergetar ketakutan.

"Cabut!" Seru Deren pada ketiga anggota geng motornya.

Tidak ingin mengambil resiko lebih, keempat cowok itu dengan cepat berlari menaiki motornya dan langsung melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan Alvaska dan Kana berdua di tengah kegelapan lapangan Regas.

Alvaska melangkah mendekati Kana. Cowok itu berjongkok di hadapan Kana sembari menangkup wajah Kana menggunakan tangan kanannya.

"Lo nggak apa-apa?"

Kana menatap Alvaska sekilas lalu menepis kasar tangan Alva dari wajahnya. Cewek itu bangkit dengan perlahan sembari memegang perutnya yang terasa sakit akibat tendangan kuat dari Derren tadi.

Kana berjalan melewati Alvaska dengan langkah tertatih menuju motornya yang terparkir di belakang punggung Alva. Tapi sebelum itu, Kana sempat menoleh ke belakang menatap Alvaska tajam.

"Nggak usah sok khawatirin gue."

Alvaska tidak mengerti. "Siapa yang khawatir?"

Kana yang mendengar itupun dengan cepat melepaskan sepatu yang dia kenakan dan langsung melempar sepatu itu ke arah wajah Alvaska dengan kesal.

"Diam!"

--Alvaska--

Kana membanting tubuhnya ke atas kasur Queen size di dalam kamarnya yang berada di lantai dua rumah orang tuanya.

Kamar Kana sangat berbeda dari kamar perempuan pada umumya. Jika perempuan cenderung memiliki kamar berwarna cerah, maka Kana sebaliknya. Cewek itu lebih menyukai warna gelap yang menurutnya terkesan netral.

Dinding kamar Kana berwarna hitam yang di desain mirip seperti kamar laki-laki. Di samping lemarinya terdapat lemari khusus robot dan mainan mobil-mobilan milik cewek itu. Jangan heran, karena semenjak memutuskan untuk menjadi cewek tomboy, Kana mulai menyukai hal-hal yang berbau laki-laki. Bahkan lemari Kana pun bergambar salah satu tokoh Marvel, Spiderman.

Ketika Kana hendak memejamkan mata, pintu kamar cewek itu tiba-tiba terbuka dari luar dan menampilkan sosok cowok yang nyaris mirip dengannya. Dia, Nathaniel Reygan, saudara kembar dari Kanara Amoura Reygan.

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo, Ra." Tanpa menutup pintu, Nathan berjalan menghampiri adiknya yang tengah berbaring di tepi ranjang. Cowok itu ikut membaringkan tubuhnya di atas kasur adiknya.

"Bisa nggak sih, nggak usah panggil gue Ra. Gue nggak suka," setiap mendengar seseorang memanggil dirinya dengan sebutan 'Ra,' Kana pasti akan langsung memikirkan Devan. Karena dulu, Devan selalu memanggilnya dengan sebutan itu.

"Ok." Nathan menoleh menatap Kana serius. "Lo masih belum tau alasan di balik kematian Devan? Dan orang yang nabrak Devan malam itu, apa lo masih belum tau identitasnya sampai sekarang?"

Kana memejamkan mata ketika kilasan masa lalunya bersama Devan kembali tergambar jelas di pikirannya. "Gue nggak tau, dan nggak mau tau." Kana berkata bohong. Sebenarnya, dia tau siapa pelaku penabrakan Devan.

"Gue tau siapa pelakunya."

Ucapan Nathan membuat Kana sontak membuka mata dan menoleh menatap cowok itu tidak percaya. "Siapa?"

"Erga. Cowok yang meninggal bunuh diri beberapa hari lalu di gudang sekolah gue.”

“Sejak kapan? Ekhm, maksud gue, sejak kapan lo tau kalau Erga adalah pelaku Pembunuhan Devan?”
“Dua Minggu lalu.”

Memejamkan mata, Kana menghela napas berat. "Bisa lo keluar? Gue butuh waktu sendirian.”

“Lo ngusir gue?”

“Maybe?”

“Sialan.” Nathan menutup wajah Kana dengan bantal kemudian melangkah keluar kamar. Sementara Kana memilih diam, menatap langit-langit kamar nanar.

--Alvaska--

"Kenapa lo benci gue Va?" Alzaska menahan lengan Alvaska saat cowok itu hendak melewatinya.

Alvaska menepis kasar tangan Alzaska hingga cekalan di tangannya terlepas. Cowok itu menatap Alzaska dengan tatapan yang sulit untuk di artikan. "Lo nggak bakal tau, sesakit apa rasanya, Zas."

"Gue butuh jawaban.”

Alvaska mengepalkan kedua tangan di sisi tubuhnya, berusaha menahan sesak yang tiba-tiba menyerang dadanya. "Lo nggak perlu tau." Cowok itu berdesis. "Satu hal yang harus lo tau, gue benci banget sama lo, Zas. "

“Lo tau? Sejak kecil, gue kehilangan sosok kakak yang begitu berarti dalam hidup gue, Va."

Alvaska terkekeh sinis. “Dan gue kehilangan sosok Ayah yang begitu berarti dalam hidup gue, Zas. So, kita impas kan?”

To be continue..

Bab revisi.

ALVASKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang