============
Selasa Pagi. Jam sembilan.
Hari ke-3 Sinta dirawat di RS. Manda bersyukur sekali trombosit Sinta meningkat dengan cepat. Anak itu tak pernah menolak untuk minum obat. Makanan pun selalu habis. Segala suplemen pendongkrak trombosit yang dibelikan Arvin juga dilahapnya tanpa keluhan. Tentunya dengan cerita mengenai tentara baik yang diumpankan Arvin sehingga Sinta tak menampik saat satu sendok Sari Kurma, sebotol Air Angkak dan satu kotak jus Jambu Biji menjadi santapannya setiap hari.
"Kaki Mama udah sembuh?" Sinta memandang iba pada Manda. Mengetahui bahwa semenjak bangun tidur, mamanya berjalan pincang membuat Sinta tak bisa dibohongi.
"Udah sehat malah." Manda tersenyum. "Hanya luka kecil kok. Belum mempan buat ngalahin mama." Manda menepuk dada dengan senyum lebar.
"Iya.. Mama kan kuat!"
"Oh, iya dong. Mama siapa dulu..." Manda mengusap rambut Sinta dengan sayang.
Sinta ikutan terkekeh. Binar mata cerianya udah kembali seperti semula.
"Percaya deh.. Mamanya Sinta gitu lo.."
Mereka akhirnya tertawa bersama.
"Om Arvin kok lama ya Ma?"
"Kan antriannya panjang sayang. Kemarin waktu mama nebus obat, mama dapat antrian 186. Nunggunya lebih dari sejam."
Sinta mengangkat tangan dan mulai menggerakkan jemari seolah menghitung.
"1..8..6 itu segimana ya Ma?" kerut keningnya menyiratkan kebingungan.
Manda tergelak.
"186 itu ya... " Manda menggaruk kepala sedikit bingung. "186 itu ya... kalau itungnya pakai tangan gak cukup deh sayang. Pokoknya itu nomor yang besar. Makanya Mama lama antrinya, karena antrinya di mulai dari nomor yang kecil."
Sinta mengangguk seolah paham. Padahal Manda yakin kalau gadis kecil itu sama sekali tidak mengerti.
"Assalamualaikum.."
"Waalaikumsalam.." Manda menjawab dan mendapati banyak temannya sesama guru muncul.
"Apa kabar Bu Manda.. Gimana keadaan anaknya?" Pak Gamawan selaku Kepala Sekolah lebih dulu bicara.
"Alhamdulillah sudah membaik Pak."
"Maaf, kami baru datang sekarang."
"Oh, terima kasih Pak. Maaf sudah merepotkan." Manda merasa tak enak hati.
"Jangan sungkan gitu dong Manda. Kita ini kan keluarga besar." Bu Dita menyela.
"Tapi, sekarang kan waktunya PBM." Manda masih merasa bingung. Biasanya mereka menjenguk teman yang sakit sepulang sekolah.
"Kami berangkat jam ke 4 Buk. Kan pas istirahat tuh. Paling nanti aja pas baliknya jam ke-6 terpakai seperempat jam."
Manda mengangguk lega. Ia tak ingin kesusahannya membuat orang lain ikutan susah.
Suasana mendadak rame. Celetukan dan candaan guru membuat Sinta beberapa kali tertawa keras.
Sempat ada beberapa guru yang nampaknya penasaran dengan ruangan yang Sinta tempati. Mereka tampaknya tak menyangka kalau guru honor seperti Manda menggunakan fasilitas VVIP. Tapi Manda berhasil membelokkan pertanyaan sehingga keingin tahuan mereka tidak berhasil menyudutkannya.
"Bu Manda. Kami pamit dulu. Maaf tak bisa lama. Beberapa orang guru harus kembali mengajar di jam ke 6 nanti. " Pak Gamawan kembali memulai untuk undur diri. "Semoga Sinta cepat sembuh ya." Beliau menyalami Manda erat. Beberapa orang guru juga melakukan hal serupa.
YOU ARE READING
Back To You Revisi
ChickLitManda tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Arvin akan merubah cerita hidupnya. Saat Manda yang putus asa dengan Cinta, diberikan perhatian dan ditawarkan hati penuh kasih sayang. Apakah Manda akan menyongsong cinta baru? atau bertahan de...
