ALVASKA 15 [OUR NIGHT]

392K 51.1K 8.2K
                                    

"Gue punya cara tersendiri untuk menghibur malam dari sepi." -Alvaska

Setelah pulang dari area pemakaman Devan, Kana dan Gara memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.

Kana berjalan dengan langkah lemas memasuki kediaman mewah milik kedua orang tuanya. Cewek itu menaiki tangga menuju kamarnya di lantai atas lalu membanting tubuhnya di atas kasur Queen sizenya.

Kana menggerakkan kedua kakinya kuat hingga sepatu yang cewek itu kenakan terlempar jauh ke bawah lantai.

Kana menghela napas berat lalu dengan cepat bangkit untuk mengganti pakaiannya dengan kaos abu-abu milik Devan yang masih ia simpan di dalam lemari kamarnya. Setelah selesai, Kana mengganti celana jeans-nya dengan training hitam miliknya.

Cewek itu kemudian berjalan perlahan menuju balkon kamar yang berhadapan langsung dengan balkon kamar milik seseorang. Dulu, itu adalah balkon kamar milik Rasya, temannya. Tapi sekarang, Kana yakin itu adalah balkon kamar milik Alvaska Aldebra Lergan, cowok yang tadi pagi mengusir dirinya dari rumahnya.

Balkon kamar Kana dan Alvaska begitu dekat, bahkan tanpa jarak. Jarak balkon kamar keduanya hanya sekitar 2 cm.

Kana menatap Alvaska dari balkon kamar. Cowok yang memakai headband berwarna hitam di kepalanya itu terlihat tengah bermain gitar di dalam kamarnya, tepatnya di meja belajarnya. Kana dapat dengan jelas melihat Alvaska di karenakan dinding kamar cowok itu menggunakan kaca transparan, persis sama dengan dinding kamar milik Kana.

"Woy!" Kana berteriak memanggil Alvaska dengan suara sedikit keras.

Alvaska yang mendengar Kana memanggilnya hanya diam, tidak membalas panggilan dari Kana. Cowok itu kembali memetik senar gitar kesayangannya. Sedangkan, Kana tampak terlihat kesal karena Alvaska mengabaikan panggilannya.

"Alva! Lo denger gue kan?!" Kana berdecak kesal. Berani sekali cowok itu mengabaikan panggilan dari seorang Kanara Amoura Reygan?

"Alva, jawab gue!"

"Alva! Lo budek?!"

"Alva! Keluar lo!"

Di seberang sana, Alvaska tampak cuek tidak peduli.

"Alva! Lo mau gue banting?!"

Alvaska menghela napas kasar lalu mendongak menatap Kana tajam. "Lo mau gue bunuh?!"

"Lo nggak bakal berani!" Balas Kana percaya diri.

Alvaska diam. Sedetik  kemudian, Dia memejamkan mata dengan satu tangan menekan dadanya yang tiba-tiba terasa teramat sesak. Rasanya seperti ada sebilah pedang yang dihujamkan ke dasar jantungnya, menikam dan mengoyak seluruh bagian di dalamnya. Sakit. Kaki Alvaska melemas. Dia menjatuhkan diri ke bawah kursi, kedua tulang kaki berbenturan nyeri pada lantai kamar yang dingin. Alvaska menunduk dalam bersamaan dengan air mata yang mendadak turun membasahi wajahnya. Dia menggigit bibir dalamnya, berusaha menyalurkan rasa sakit yang tengah dia rasakan. "Sakit," bisiknya.

"Alva," Kana bergumam.

"Shh.."

Kana yang melihat Alvaska tampak seperti orang yang tengah menahan sakit pun dengan cepat melompati pagar pembatas balkon kamarnya dengan kamar Alvaska. Cewek itu berlari memasuki kamar Alvaska-- menghampiri Alvaska yang tengah menekan kuat dada kirinya.

"Alva, lo kenapa?" Kana bertanya khawatir saat sudah berlutut dihadapan cowok itu.

Kana mengangkat dagu Alvaska agar menatapnya. Dia menyentuh tangan kanan Alvaska yang digunakan cowok itu untuk menekan kuat dada kirinya. "Dada lo sakit?" Kana dapat dengan jelas merasakan detak jantung Alvaska berdetak tidak karuan.

Alvaska tidak menanggapi pertanyaan Kana. "A-akh!" Cowok itu semakin kuat meremas dadanya ketika merasakan sesuatu seperti menghantam dadanya. Alvaska membuka mata menatap Kana tajam. "K-keluar," ucapnya susah payah. Alvaska benci ketika dirinya terlihat lemah di hadapan orang lain.

Kana menggeleng. "Alva, lo harus ke rumah sakit. Lo-" ucapan Kana terpotong ketika Alvaska tiba-tiba saja membekap mulutnya dengan tangan kirinya.

"K-keluar atau gue peluk?"

Kana bungkam seketika. Dia merasa detak jantungnya berdetak dengan sangat cepat setelah mendengar ancaman dari Alvaska. Kana melepas tangan Alvaska yang membekap mulutnya dan langsung berlari keluar menuju balkon kamar.

Alvaska kembali memejamkan mata sembari mengambil sesuatu di dalam saku celananya. Cowok itu membuka mulut dan langsung menelan obat di tangannya secara utuh.

--Alvaska--

Malam ini, Alvaska tidak bisa tidur. Cowok itu terus saja berguling ke sana kemari mencari posisi ternyaman untuk tidur. Tapi tetap saja tidak bisa. Alvaska menghela napas berat lalu bangkit dari tidurnya menuju balkon kamar. Ketika sampai, Alvaska tidak sengaja melihat Kana tertidur di atas sofa yang berada di balkon kamarnya. Sofa yang sengaja di letakkan di atas balkon itu berukuran cukup besar hingga muat untuk dua sampai tiga orang.

Alvaska berjalan mendekati Kana yang tengah tertidur pulas di atas sofa balkon kamarnya. Entah kenapa Kana bisa tertidur di sana, cowok itu tidak tau dan tidak ingin tau.

Alvaska duduk di pinggiran sofa lalu berbaring di sebelah Kana. Baju Kana yang sedikit tersingkap di turunkan oleh Alvaska. Cowok itu mengangkat perlahan kepala Kana lalu di tenggelamkan di dada bidang miliknya. Alvaska memeluk pinggang ramping Kana layaknya bantal. Cowok itu mencium sekilas aroma rambut Kana lalu memejamkan matanya perlahan.

Hingga tanpa sadar, Kana dan Alvaska tertidur saling berpelukan di bawah guyuran hujan.

To be continue..

756 word. Secuil jejak anda, means a lot_

ALVASKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang