Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, tapi kabar tentang Maya tidak pernah sekalipun didengar oleh Rendi. Setahun lebih sudah mencari keberadaan Maya, segala usaha telah dia coba, tapi tetap nihil, Maya seperti hilang ditelan bumi.
Kebencian keluarga Rendi terhadap Maya semakin menjadi-jadi, terutama Mama Rendi.
"Sampai kapan kamu akan meratapi perempuan yang nggak jelas asal usulnya itu Ren!!" Hardik Mama Rendi pada saat melihat Rendi pulang dalam keadaan mabuk berat.
Selama setahun kepergian Maya memang banyak yang berubah, Gita Kakaknya Rendi sudah kembali Rujuk dengan Harun. Tapi tetap tidak membuat Mamanya bisa menerima Maya.
Usaha yang Rendi rintispun bukan semakin membaik. Sampai akhirnya Yani mengambil alih usaha Rendi dibawah kepemilikan usaha yang dia pegang saat ini, dengan kata lain, usaha bengkel Rendi dibawah pengawasan managemen salon milik Maya.
" Kenapa lu mau bantu gue?" Tanya Rendi kepada Yani setelah mereka menandatangani kontrak kerja sama.
"Gue lakuin ini karena anak lu, dan karena Maya"
"Maksud lu?"
"Lu udah menjadi seorang ayah Ren. Gue udah banyak bohongi Maya, karena gue bilang lu baik-baik aja, usaha lu semakin maju. Dan Maya cukup bahagia di saat dia tau keadaan lu baik"
Yani terdiam sesaat menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan.
"Lu harus berubah menjadi lebih baik, buat Maya, dan buat anak lu. Kalau Maya tau lu hancur begini dia nggak akan pernah mau temuin lu dengan anak lu" Ucap Yani sambil berlalu meninggalkan Rendi.
Sepeninggal Yani, Rendi hanya terdiam diruangannya. Usaha yang dia rintis saat ini, memang diambang kehancuran, karena dia sudah tidak mengontrol usahanya.
Pada saat Yani ingin mengambil alih management usaha ini, Rendi sempat ragu, atas bujukan Hendra dia mau bekerja sama dengan Yani.
"Lu benar Yan, gua harus bangkit buat anak gua. Gua udah janji gua nggak akan pernah maafin Maya, ini buat anak gua" Gumam Rendi.
Enam bulan sudah, usaha Rendi mengalami kemajuan yang memuaskan. Pelanggannya kembali lagi, bahkan sekarang lebih ramai.
Tapi tidak dengan kehidupan rumah tangganya, tidak dengan hidupannya, rokok dan Alkohol sudah menjadi candu buat Rendi. Mendatangi klub malam memang sudah tidak dia lakukan, tapi sehari saja dia nggak menenggak minuman keras, dia mulai gelisah.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Tanpa terasa dua tahun sudah Maya meninggalkan Rendi. Setiap dia bertanya tentang Rendi pada Yani, selalu dijawab bahwa pria itu baik-baik saja.
"Gimana kabar lu May?" Tanya Yani pada Maya, saat dia berkunjung ke rumah Maya.
Bukan rumah Maya sih sebenarnya, lebih tepatnya di rumah orang tua Yani. Karena Yani saat ini sedang pulang kampung menemui orang tuanya.
Disinilah Maya selama ini tinggal, dengan Ibu Yani. Selama tinggal bersama Ibu sahabatnya itu, Maya menyadari betapa dia merindukan Ibunya. Kasih sayang yang diberikan oleh Ibu Yani sedikit meluluhkan hatinya yang keras, yang tidak ingin menerima bahwa dia dilahirkan oleh Bu Lastri.
"Alhamdulillah gue baik, anak gue juga sehat." Ucap Maya pada sahabatnya itu, sambil memperhatikan anaknya yang sedang tertidur di ruang TV.
"May, gue pulang, selain rindu dengan orang tua gue, gue juga ingin ngomong satu hal penting dengan lu" Ujar Yani, yang langsung melangkahkan kakinya keluar, karena nggak ingin pembicaraannya diketahui oleh sang Ibu.
" Sepeninggal lu, Rendi kacau may, selama ini gue bohong sama lu, kalau Rendi baik-baik aja" Yani menghentikan ucapannya, untuk melihat seperti apa reaksi Maya menanggapi ceritanya.
"Maksud lu? Kenapa hidup gue harus selalu menerima kebohongan dari orang-orang yang gue sayangi" Gumam Maya.
"May, gue bohong sama lu, karena gue mikir lu lagi hamil, gue nggak mau kandungan lu ada apa-apa" Yani melanjutkan ucapannya.
"Terserah lu mau ngomong apa tentang gue, tapi jujur ini gue lakuin demi anak yang lu kandung May, nggak ada niat lain"
Maya langsung memeluk Yani. "Gue minta Maaf, lu temen gue yang paling mengerti sama hidup gue"
Yani melanjutkan semua ceritanya tentang Rendi. Maya nggak mampu membendung air mata disaat dia mengetahui betapa hancurnya laki-laki yang dia sayangi.
"Gue tadinya berharap dia bisa menikah dengan Mona, keluarganya pasti menerima Mona, karena wanita itu dari keluarga berada, dan punya silsilah keluarga yang jelas" Ucap Maya.
"Cinta nggak bisa dipaksakan May, Lu nggak bisa memaksakan orang lain harus suka atau benci sama lu" Yani berusaha memberikan pengertian ke Maya.
"Gue yang hari-hari liat Rendi seperti apa sekarang. Miris hati gue liat dia. Hampir setiap hari gue ketemu Hendra hanya untuk mencari tau dan mencari solusi seperti apa untuk menghadapi suami lu. Keputusan ada di elu May." Yani meninggalkan Maya sendirian.
Sesampai di dalam rumah Yani menemui ibunya dan memeluk wanita yang telah melahirkannya. Yani sangat beruntung mengenal Maya, selama mereka berteman, Maya selalu mendukungnya, dan selalu membantunya, apa yang dia lakukan saat ini nggak akan bisa membalas semua kebaikan yang Maya buat untuk Yani dan keluarganya, terutama Ibunya, dan saat ini dia tau betapa menderita sahabatnya itu.
Maya, menyusul Yani masuk kedalam rumah, diperhatikannya wajah anaknya yang sedang terlelap. Diambilnya HP nya, disitu masih terpasang foto dia bersama Rendi.
Sebenarnya Yani nggak datang sendirian, dia datang bersama Rendi, dia nggak bisa lama-lama membiarkan Rendi dalam situasi sulit.
Rendi yang dulu memiliki postur tubuh yang membuat wanita tergila-gila, kini semakin kurus.Yani benar-benar sangat prihatin. Bahkan setiap hari Hendra selalu memohon kepada Yani untuk memberi tahu dimana Maya.
"Lu nunggu dia mati, baru lu akan pertemukan Maya dengan dia" Ucapan terakhir Hendra benar-benar membuat Yani merasa bersalah.
🌺🌺🌺🌺🌺
Selesai makan malam, Pintu rumah Yani ada yang mengetuk, Yani tau itu Rendi, karena memang meminta Rendi untuk datang malam hari.
Maya bergegas membuka pintu, karena Yani meminta tolong padanya, dengan alasan dia sedang mencuci piring. Maya benar-benar kaget begitu melihat laki-laki yang datang adalah Rendi langsung berlari menghampiri Yani.
"Yan, lu bohongi gue! Ngapa lu tega banget bohongi gue!!" Maya berteriak pada Yani sambil menarik-narik tubuhnya. Yani hanya bisa diam atas perbuatan Maya padanya.
"Maafin gue May, gue nggak mau ada penyesalan dalam hidup gue" Ucapnya pelan.
Rendi yang sudah masuk ke dalam rumah, begitu melihat ada anak kecil, segera menghampirinya. Dipeluk, dirangkul dan diciuminnya anak tersebut. Dia yakin itu adalah anaknya.
"Ini Papa Nak, jangan nangis sayang, Papa nggak akan nyakiti kamu" Ucap Rendi membujuk anaknya begitu mendengar Bima menangis ketakutan.
Mendengar Bima menangis Maya dan Yani langsung keruang tengah.
"Lu boleh pergi dari hidup gua May, tapi nggak dari anak kita!" Ucap Rendi sambil menggendong anaknya, dan berusaha keluar dari rumah Yani.
"Maksud lu apa Ren?" Tanya Yani
"Gua udah benci sama lu May! Gua kemari cuma mau jemput anak gua!" Rendi langsung keluar membawa anaknya yang sedang menangis. Maya dan Yani segera mengejar Rendi.
Maya menarik-narik baju Rendi, agar pria itu berhenti. Tapi Rendi sama sekali nggak memperdulikannya. Segera dia masuk ke dalam mobil dan menyalakannya.
Melihat Rendi nggak memperdulikan Maya, Yani mencoba untuk menghalangi kendaraan Rendi. Bukan berhenti, Rendi malah tetap menjalankan mobilnya, kalau saja Maya nggak menarik cepat tubuh Yani, mungkin wanita itu sudah ditabrak oleh Rendi.
Tinggal rasa penyesalan yang dimiliki Yani. Berkali-kali dia meminta maaf atas kesalahannya kepada Maya, tapi Maya hanya diam.
"Dia pantas membenci gue" Ucap Maya lirih lalu pergi memasuki rumah dan membiarkan Yani dalam penyesalan.

YOU ARE READING
WANITA-WANITA SUAMIKU
RomanceRendi adalah seorang laki-laki muda yang sangat mencintai Istrinya. Meskipun begitu, tetap saja jiwa liarnya tidak bisa mengendalikan dirinya. Sementara Maya, Wanita cantik dan mempunyai daya tarik tersendiri bagi lawan jenis, yang menjadi istri Re...