ALVASKA 20 [DARK SIDE]

372K 44.6K 5.7K
                                    

Kana berdesis. Dia memegangi kepala bagian depannya yang terkena bola. Sungguh sakitnya luar biasa hebat. Kana yakin, kepalanya saat ini sudah memerah. Di tambah lagi, Kana merasakan benjolan yang cukup besar pada kepalanya yang terkena bola.

Kana sesekali memejamkan mata menahan sakit. Dia menoleh ke arah Alvaska dan mendapati lima orang cowok yang tadinya masih berada di tengah lapangan basket kini sudah berdiri di depannya, menatapnya dengan berbagai tatapan.

Tatapan Kana terkunci pada cowok yang menyandang status sebagai Ketua basket SMA Alantra dan juga Most Wanted di sekolahnya,

Alvaska.

Alvaska berjalan mendekati Kana yang masih setia memegangi kepalanya. Cowok itu terlihat tampan dengan headband berwarna hitam yang menempel gagah di kepalanya. Ketika cowok itu berjalan, dia langsung menjadi pusat perhatian para murid yang sedang berolahraga di tengah lapangan basket indoor SMA Alantra.

"Siapa yang nyuruh lo berdiri di pinggir lapangan?" desisnya tajam.

Kana yang memiliki tinggi nyaris sama dengan Alvaska menatap cowok di hadapannya tidak kalah tajam.

"Terserah gue. Kenapa? Masalah buat lo?"

"Masalah banget."

"Bodo. Gue nggak peduli."

Kana marah dengan sikap Alvaska. Seharusnya cowok itu meminta maaf, bukan malah mengajak dirinya berdebat.

Gara berlari menghampiri Kana yang kini tengah berdiri berhadapan dengan Alvaska. Cowok itu dengan cepat menarik tangan Kana lalu memeluk sahabatnya dengan sangat erat.

"Ka-Kana nggak apa-apa kan?" Suara Gara bergetar.

Kana menggelengkan kepalanya, masih menatap Alvaska tajam.

Gara semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Kana. Bibir cowok itu sedikit bergetar menahan tangisan.

"Ga-Gara takut Kana.. ayo ke rumah sakit.."

"Gue bener-bener nggak apa-apa Ga." Kana mencoba menenangkan Gara.

Kana melepaskan pelukan Gara pada tubuhnya lalu mengusap lembut air mata sahabatnya yang mendadak turun. Walaupun umur Gara sudah enam belas tahun, tapi sifat Gara tidak pernah berubah, masih sama seperti Gara yang dulu Kana kenal. Sifatnya kekanakan dan juga begitu over protektif jika menyangkut sahabatnya, terutama Dia dan Devan.

Kedua sahabat Kana pun ikut berlari menghampiri mereka yang tengah berdiri di pinggir lapangan.

"Lo nggak papa kan Ka?" Tanya Dara dan Sasa khawatir.

Kana menggelengkan kepalanya samar. Cewek itu berbalik badan, menatap Alvaska tajam. "Lo, minta maaf ke gue sekarang."

Alvaska melipat kedua tangannya di depan dada. "Nggak mau."

"Kenapa lo nggak mau?"

"Karena gue nggak mau,"

Sedetik setelah mengatakan itu, Alvaska langsung jatuh tersungkur ke tengah lapangan setelah mendapatkan tendangan kuat dari Kana. Cewek itu maju mendekati Alvaska dan dengan cepat menghajar wajah Avaska, membuat wajah cowok itu menoleh ke samping akibat pukulan. Rasa perih menyengat di seluruh bagian wajah Alvaska. Dia bisa merasakan jika mulut bagian dalamnya terluka karena rasa asin yang cowok itu cecap.

Alvaska berdesis. Dia bangkit berdiri sembari menghapus kasar darah yang mengalir dari bibirnya dengan lengan kiri. Ketika Kana hendak menendangnya kembali, cowok itu dengan cepat menahan kaki Kana dan langsung menendang kuat perut Kana, membuat cewek itu jatuh tersungkur ke tengah lapangan.

"Kana!" Gara berteriak histeris. Cowok itu berlari menghampiri Alvaska dan langsung memukul kuat dada Alvaska kesal. "Jahat! Kenapa Alva tendang sahabat Gara?!"

Alvaska menahan tangan Gara yang masih sibuk memukul dadanya layaknya perempuan yang kesal pada kekasihnya.

"Berisik Ga!"

Para murid yang tengah memperhatikan mereka dari tengah lapangan hanya bisa diam. Tidak berani melerai bahkan memisahkan keduanya. Pak Garka sudah tidak ada disana, entah kapan guru olahraga itu menghilang dari tugasnya.

Jazi menarik Gara agar mundur dari hadapan Alvaska. Suasana hati cowok itu saat ini sedang tidak begitu baik. Bisa-bisa Alvaska membalas memukul Gara atau yang lebih parah bisa membunuhnya. Dark side seorang Alvaska Aldebra Lergan akhir-akhir ini tidak begitu stabil. "Udahlah Ga."

Kana bangkit perlahan di bantu oleh Dara dan Sasa, sahabatnya.

Kana memegang pundak kirinya yang dia rasa sedikit terkilir akibat tendangan keras dari Alvaska. Cewek itu memejamkan mata menahan sakit yang teramat sangat pada pundaknya. Dia berjalan menghampiri Gara lalu menarik sahabatnya itu keluar dari dalam lapangan Indoor SMA Alantra, mengabaikan Alvaska dan seluruh murid yang tengah memperhatikannya dengan berbagai tatapan.

"Pundak Kana berdarah Va," ucap Arkan pada Alvaska setelah melihat darah segar menetes dari sela jari yang Kana gunakan untuk memegang pundaknya yang terluka. Arkan yakin pundak Kana terluka akibat tergores lantai di pinggir lapangan yang sedikit kasar.

"Seenggaknya, lo peduli sama kondisi Kana Va," sambung Raga.

Alvaska menoleh menatap Raga tajam. "Kenapa gue harus peduli?"

To be continue..

709 word. Secuil jejak anda, means a lot_

ALVASKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang