4. Jangan Ambyar, Fi!

370 38 15
                                    

Jangan baper jika seseorang baru saja memperhatikanmu. Lambat laun pasti kau tak terasa bisa ambyar karenanya.

***

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Fi merenung di jendela kamarnya. Menatap angkasa menampilkan awan putih yang indah dan nampak cerah. Tetapi, setelah itu tatapannya tampak kosong. Lalu, malah menjatuhkan tatapan itu pada ponsel yang ia genggam. Berkali-kali ia memastikan ponsel itu, seakan sedang menunggu sebuah pesan yang begitu ia harapkan.

Dengan penuh harapan, Fi masih menunggu pesan dari Dareen. Matanya ia fokuskan kepada ponselnya yang berlayarkan di room chat-nya dengan Dareen.

Kenapa Dareen nggak ngirim pesan kayak kemarin?

"Aku kenapa, sih, nunggu pesan sama orang itu," gumam Fi sambil mengerjap. Tak biasanya ia ingin menerima sebuah kabar apalagi pesan dari seseorang, apalagi lelaki seperti Dareen.

Hari ini adalah hari libur. Hari yang paling didamba-dambakan para pelajar karena untuk merehatkan badan akibat pelajaran yang sedikit mencekam selama seminggu penuh.

"Fii, sarapan dulu sini, bareng abi sama umi. Mau ikut pergi ke mall, nggak?" Suara itu berhasil tertangkap oleh indera pendengarannya. Fi senang karena tanpa ia meminta, Isma dan Fadli inisiatif untuk mengajaknya ke mall.

Ia pun segera bergegas untuk bersiap-siap. Membenarkan kerudung rabbani yang ia kenakan. Dan sebelum bergegas untuk keluar dari kamarnya, ia pun melemparkan ponsel di atas kasurnya. Setelah itu, berlari kecil untuk menuruni anak tangga dan menghampiri kedua orang tuanya. Saking bahagianya.

"Abi, Umi. Ini beneran mau ke mall?" tanya Fi dengan nada ceria ketika sampai di ruang makan. Tangannya merangkul Isma yang sedang duduk dan bersiap makan.

Isma menghela nafas dan mengeluarkannya perlahan. Lalu mengangguk. Anggukannya itu mendapatkan ciuman manis dari anak tercintanya, Fi. Setelah itu, Fi mendekat ke Abinya untuk mengucapkan terimakasih.

"Sudah, sarapan dulu. Habis itu siap-siap," perintah Isma.

Fi mengangguk. "Ini sudah siap, Mi."

Isma tersenyum. Begitu juga dengan Fadli yang kini sedang melahap makanannya. Secepatnya Fi segera duduk di kursi yang ada di sebelah Fadli.

***

Fi tampil di depan kedua orang tuanya dengan mengenakan baju yang selama ini ia incar. Membolak-balikkan badannya sambil berkaca.

"Gimana, suka?" tanya Isma yang sedang duduk memperhatikan anaknya.

Dengan cepat, Fi mengangguk dan seulas senyum lebar terlukis di wajahnya.

"Ya sudah, ayo segera bayar. Ada pakaian lain yang kamu ingin?" tanya Fadli.

Fi mengangkat alisnya. "Bener, Bi?"

Back to Istiqomah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang