Masa Lalu

684 37 15
                                    

3 tahun lalu

Markas pusat divisi Narkotika

"Hyung! Yang benar saja! Tinggal selangkah lagi untuk menangkap mereka semua!"

"Aku tidak bisa melawan perintah atasan. Mereka sudah memberi mandat"

"Lalu aku harus menuruti mereka begitu saja?! Sudah ku bilang kan ada yang tidak beres dengan kasus ini! Para petinggi itu pasti ada dibalik ini semua!" Ryujin semakin meninggikan nada bicaranya.

"Aku tau..." Gyumin hanya menunduk sambil memijat pelipisnya.

"Hyung, sebaiknya kau kembali ke markasmu. Aku harus pergi menemui bedebah itu!" Ryujin menyambar jaketnya yang tergantung di kursi lalu berlari meninggalkan Gyumin.

"Yaaak! Kapten Kim Ryujin! Aku sudah memperingatkanmu!!"
"Argh! Dia memang keras kepala!"

*

Kediaman Moon Taesoo, Mentri Pertahanan Korea Selatan

Ryujin dan tim nya berada di posisi masing-masing. Ia yakin kali ini bisa menangkap basah Mentri tersebut sedang menggunakan obat-obatan terlarang.

"Apa kalian Sudah siap?" Tanya Ryujin pada seluruh timnya melalui HT (Handy Talky).

"Venom siap"

"Iceman siap" jawab rekan lainnya bergantian.

"Bagus. Tunggu, dimana Tiger? Tiger masuk Tiger" Ryujin memanggil Park Junseo, si pemilik nama samaran Tiger itu.

"Tiger masuk... Maaf kapten sepertinya aku tidak bisa mengikuti operasi ini" jawab Junseo.

"Ada apa?"

"Tiba-tiba saja kantor pusat memanggil dan memintaku segera kesana"

"Kantor pusat? Baiklah, hati-hati"

Junseo segera meninggalkan lapangan. Entah mengapa perasaan Ryujin Maliam itu seketika berubah tak karuan. Ada yang tidak beres.

*

Tim kapten Ryujin Sudah berhasil mengepung kediaman menteri Moon. Mereka sedang bersiap untuk masuk. Ketika keadaan Sudah dipastikan aman, kapten Ryujin memberi aba-aba pada rekan timnya.

"Angkat tangan kalian! Jangan bergerak! Kalian ditangkap atas tuduhan penyalahgunaan obat-obatan terlarang!" Teriak Ryujin.

Terlihat menteri Moon dan beberapa orang lainnya mengangkat kedua tangannya secara refleks. Mereka semua terlihat rapi dengan jas dan kemeja. Bisa dipastikan mereka semua berasal dari kalangan atas dan cukup berpengaruh.

Ryujin segera mengeluarkan borgol dari sakunya untuk menahan menteri Moon. Tapi menteri Moon banya tersenyum sinis.

"Tunggu dulu" ucap menteri Moon tiba-tiba.
"Sebaiknya kau angkat dulu panggilan yang masuk ke ponselmu itu"

Ryujin memicingkan matanya. Ia tak mengerti apa maksud pria paruh baya itu. Tak lama kemudian ponsel Ryujin benar-benar berdering. Layar ponselnya menunjukan sebuah panggilan masuk dengan bertuliskan "Junseo".

"K-kapten..." Suara dari seberang sana terdengar gemetar.

"Ada apa?"

"Sebaiknya k-kau menghentikan penangkapan menteri Moon..." Ucap Junseo.

"Apa maksudmu?! Kenapa kau terdengar gugup begitu"

Ryujin mencoba memusatkan pendengerannya untuk mencoba membayangkan situasi rekannya itu.

Ia terdengar gugup dan terdesak. Dia... Dia tidak sendirian.. aku mendengar suara orang lain dan langkah kaki yang begitu pelan disana..

"Dimana lokasimu saat ini?" Tanya Ryujin.

"Di.. di ruanganmu. K-kau..."

Trek.. Ryujin mendengar bunyi kokang pistol. Junseo dalam bahaya.

"Oke! Aku akan kesana! Tunggu di ruanganku" Ryujin memberi tanda pada tim nya dan segera meminta rekan tim nya yang lain untuk mengurus menteri Moon dan lainnya.

Ia segera memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Pikirannya terbang kemana-mana.

*

Baru saja Ryujin sampai di depan pintu ruangannya, tiba-tiba ia mendengar suara letusan pistol dari dalam. Dengan segera ia membuka pintu tersebut.

"Park Junseo!"

Semuanya terlambat. Junseo, rekan timnya itu Sudah terkapar di lantai, dengan lebam di sekujur tubuh dan wajahnya.

Ryujin segera berlari menghampiri Junseo, namun segera dihadang oleh beberapa orang berpakaian serba hitam dan memakai topeng kain. Mereka semua menghajar Ryujin.

Sekeras apapun usaha Ryujin menghajar mereka semua, tetap saja ini terlalu sulit. Jumlah mereka terlalu banyak. Akhirnya ia mengeluarkan senapan dari balik sakunya. Namun belum sempat ia menarik pelatuk, tubuhnya sudah terhuyung kedepan setelah mendapat sebuah pukulan keras tepat dipunggungnya. Kemudian semuanya menjadi gelap.

*********

Yejin terdiam setelah mendengar cerita masa lalu Hyunbin dari inspektur Gyumin.

"Lalu setelah itu mereka... "

"Ya, Ryujin ditemukan di ruangannya dalam keadaan tak sadarkan diri dengan sebuah pistol ditangannya. Mereka juga berhasil menemukan 500gram obat-obatan terlarang di ruangan itu" tambah Gyumin.

"Benar-benar gila! Mereka menjebak Ryujin dengan sebuah skenario bahwa Ryujin telah membunuh Junseo, rekannya sendiri, karena menemukan obat-obatan terlarang di ruangan Ryujin?!"

"Tepat. Jadi sekarang kau tau kan bagaimana jika pihak atas sudah bergerak"

"Tapi apa kau yakin itu yang terjadi? Bagaimana jika..."

"Aku tau tidak mudah mempercayai cerita itu jika melihat keadaan Ryujin sekarang. Tapi aku sangat mengenalnya. Ryujin bersahabat baik dengan Junseo. Aku mengenal mereka sejak mereka kecil.
Jadi aku sangat yakin, Ryujin tidak mungkin melakukan hal jahat itu pada sahabatnya sendiri"

Yejin terdiam mendengar perkataan Gyumin. Ia merasakan sesak dalam dirinya, seolah-olah ia merasakan kepedihan yang Hyunbin alami. Dibalik sifat dinginnya, ternyata pria itu telah mengalami peristiwa yang begitu berat dalam hidupnya.

*

Lorong rumah sakit malam itu terasa semakin dingin. Yejin berjalan sendirian menuju kamar Hyunbin. Gyumin baru saja pamit, ia tidak bisa menemani mereka malam ini karena pekerjaan.

Ia menghentikan langkahnya, kemudian ia melihat keadaan sekitar.

Tidak ada siapapun.

Mungkin itu hanya perasaan nya saja. Meski begitu, ia mulai bersiap. Tangan kanannya meraih stuntgun dari balik saku jaketnya, berjaga-jaga jika ada seseorang yang tiba-tiba menyerangnya.

Yejin masuk ke ruang rawat Hyunbin kemudian ia duduk di samping kasur dengan tatapan lurus kedepan.

"Ada apa dengan wajahmu itu? Jelek sekali" Hyunbin meledek.

Tapi Yejin tak menghiraukan ledekan itu. Dalam situasi lain, tentu saja Yejin Sudah balas meledek Hyunbin dengan kata-kata tajam atau bahkan menyerangnya secara fisik. Dan saat itu pula Hyunbin merasakan ada yang tidak beres.

Hyunbin menatap ke arah pintu , kemudian sudut bibirnya terangkat.

"Ternyata ada tamu tak diundang yang datang menjenguk ya"

Cashing the DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang