"Budayakan vote sebelum membaca dan comment setelah membaca. Happy reading."
BAGIAN EMPAT || KETIDAK-INGINAN YANG DIPAKSAKAN
•FOR(GET) THE MEMORY•
"Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain."
~Donny Dhirgantoro~
***
Pukul delapan lebih dua menit. Aku dan Reta baru bisa berdiri di depan pintu kelas VIII A, kelasku.
Sudah lebih dari satu jam pelajaran, aku dan Reta absen kelas Bu Maya, guru bahasa Indonesia kelas VIII.
Itu semua karena kejadian beberapa menit yang lalu di gazebo. Ya, siapa lagi kalau bukan karena siswa-siswi kelas IX dan kelas VIII yang meminta bantuanku untuk mengerjakan tugas ataupun membantu mereka memahami materi yang belum dikuasai.
Setelah pekerjaan rumah Sela selesai, aku harus mengajari Randy mempelajari materi Ujian Nasional matematika yang dua minggu lagi akan dilaksanakan.
Ketika aku sedang sibuk mengajari Randy, temannya datang, tiga orang jumlahnya. Mereka bercek-cok sebentar, menyumpah serapahi Randy karena dia pergi menemuiku seorang diri. Dan akhirnya aku juga harus mengajari mereka. Sama, materi Ujian Nasional. Bukan hanya matematika, tetapi juga IPA dan Bahasa Inggris.
Pukul tujuh lebih lima puluh, Randy dan kawan-kawannya baru mengucapkan 'terima kasih' karena aku telah mengajari mereka.
Dan waktu itu, saat aku dan Reta hendak mengenakan sepatu, tiga murid laki-laki dan satu perempuan menghampiri kami. Juga memintaku mengerjakan tugas mereka. Setelah dijelaskan, ternyata tugas kerja kelompok IPA, biologi untuk mengobservasi salah satu tanaman di sekolah ini.
Reta dan aku sudah menolak. Tetapi, tetap saja mereka memaksaku untuk membantunya. Berbagai alasan dan iming-iming mereka ucapkan agar aku mau membantu mereka. Mulai dari waktunya yang mepet, mau mentraktir kami berdua, dan iming-iming lain yang sudah sering telingaku dengar.
Oke. Kembali ke kalimat Ayahku. Harus menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Dan akhirnya aku membantu mereka mengerjakan tugas kelompoknya.
Reta kembali duduk di pojok gazebo, mengambil novel dari tas dan membacanya, sementara aku mulai mengerjakan tugas mereka.
Kami sempat ditawari jajan gratis nanti saat istirahat, tapi aku menolaknya. Dan akhirnya mereka pergi, tepat pukul delapan lebih lima detik.
Aku mengetuk pintu kelasku. Mengucapkan salam ketika ada seruan 'masuk' dari dalam kelas.
Aku dan Reta menuju meja guru, ada Bu Maya di sana. Menyalami tangannya dan berdiri di depan mejanya. Aku mengatakan alasan kenapa kami berdua bisa terlambat. Dan Bu Maya tidak mempermasalahkan hal itu.
"Tidak apa-apa Kayla, Reta, silakan kalian duduk di kursi masing-masing." Bu Maya beranjak berdiri, berjalan menuju tengah ruang kelas.
"Terima kasih, Bu." Kami menjawab bersamaan dan langsung berjalan menuju kursi kami yang berdampingan.
"Ibu salut sama kamu, Kayla. Kamu pintar, tetapi kamu tidak pernah menyombongkan diri kamu ke orang lain. Bahkan dengan senang hati kamu selalu membantu teman-teman sekolah yang memintamu untuk membantu mereka mengerjakan tugas."
Aku hanya tersenyum menanggapi perkataan Bu Maya.
"Anak-anak, teruslah berusaha menjadi yang terbaik. Ibu tidak meminta kalian untuk menjadi seperti Kayla," ujarnya kemudian. "Ibu yakin kalian tidak akan sanggup," sambungannya yang ditambah dengan kekehan kecil.
YOU ARE READING
FOR(GET) THE MEMORY [On Going]
Fantasy"Tentang kisah yang direncanakan." Aku tidak menyangka jika diriku menjadi alasan diciptakannya sebuah permainan dunia mimpi. Sebuah permainan yang telah ada 1000 tahun lamanya. Dan di saat aku masuk ke dalamnya, di saat itulah kehidupanku berubah t...
![FOR(GET) THE MEMORY [On Going]](https://img.wattpad.com/cover/207574090-64-k70636.jpg)