Part 28

70.6K 7.1K 2.5K
                                    

JOHNNY menatap Ten yang berdiri di hadapannya dengan senyum cerah pada wajah, senyum yang belakangan ini hilang dari wajah cantik lelaki itu. Kening Johnny berkerut, ia menempelkan siku di ambang pintu rumah dengan iris hitam yang menatap lekat pada Ten, memerhatikan lelaki mungil itu tanpa berniat melepaskan kontak mata.

"Sesuatu terjadi?" tanya Johnny penasaran.

Ten mengangguk, kepalanya mendongak; berusaha membalas tatapan yang Johnny berikan. "Aku baru saja berbicara dengan Taeyong."

Untuk sesaat Johnny terkejut, ia mengerjapkan mata beberapa kali dan menegakkan tubuh. Kedua sudut bibirnya terangkat; membentuk senyum kecil. Ia mengusap lembut rambut hitam Ten. Bukankah itu pertanda baik? Sudah hampir dua minggu Ten dan Taeyong tidak berbicara satu sama lain. Senyum cerah milik Ten mendandakan bila keduanya pasti membicarakan masalah mereka dan berbaikan.

"Sudah menyelesaikan masalah yang ada?"

"Uhm," Ten merentangkan kedua tangan dan mendekap erat tubuh besar Johnny, menyembunyikan wajah di dada bidang si lelaki tampan, perasaan nya jauh lebih baik. "Terimakasih sudah menemaniku di saat aku berada di titik terendah karena kehilangan sahabat. Jika tidak ada kau, mungkin aku sudah kehilangan arah dan hancur."

Johnny membalas pelukan Ten; mengusap lembut punggung serta pinggul si lelaki mungil. Ini sangat menyenangkan, memeluk seorang Chittapon Leechaiyapornkul, perbedaan tubuh mereka membuat Ten tenggelam di dekapan Johnny. Seperti Johnny menyelimuti Ten dengan tubuh besarnyaㅡterasa begitu hangat.

Ten mendongak dan menempelkan dagu di dada Johnny, ia tersenyum kecil. "Apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu?"

"Mengatakan apa?" Johnny menunduk hingga kedua hidung mereka bersentuhan, ia menggesekkan ujung hidungnya di hidung Ten, "selamat karena sudah berbaikan dengan Taeyong?"

"Mhm, bukan."

Mata Johnny menyipit, ia mengerutkan dahi. "Err, sama sama? Karena tadi kau mengatakan terimakasih."

Ten mengerucutkan bibir, merasa sedikit kesal, tapi itu berhasil membuat bibir mereka bersentuhan. Ten menghirup napas dalam, berniat melepaskan pelukannya pada tubuh Johnny, namun belum sempat ia menurunkan kedua tangan, Johnny sudah mengangkat tubuhnyaㅡmenggendong Ten di depan seperti koala. Pekikan kecil keluar dari bibir Ten, kedua tangannya otomatis mengalung di leher Johnny.

Setelah itu Johnny menutup pintu rumah dan membawa Ten masuk ke dalam. Salah satu lengannya berada di bawah pantat Ten; menahan bobot tubuh si lelaki mungil. Ten sangat ringan, tidak membutuhkan banyak tenaga untuk mengangkat dan membawa lelaki cantik itu ke ruang tengah.

"Jadi apa yang harus aku katakan?" tanya Johnny seraya berjalan, matanya tidak lepas dari wajah cantik Ten yang terlihat begitu menawan.

Johnny mendudukan dirinya di sofa ruang tengah dan kini Ten berada di atas pangkuannya. Mereka berdua saling berpandangan, menyelami iris mata masing-masing. Ten mengusap belakang rambut Johnny, menyelipkan jari-jari di rambut hitam si lelaki tinggi.

Ten mengulum bibir. "Hng, apa kau mau jadi kekasihku?" gumamnya pelan.

Johnny mengerjapkan mata beberapa kali. "Kuharap telingaku masih berfungsi dengan baik, ituㅡ"

"Kau tidak salah dengar, aku menyukaimu," bisik Ten pelan, ia mendekatkan wajah secara perlahan dan menempelkan dahinya di dahi Johnny. "Aku menyukai bagaimana caramu memandangku, bagaimana caramu memerhatikan dan mempedulikanku. Kau menganggapku seperti aku adalah berlian yang perlu kau jaga, kau selalu memahamiku, berada di sisiku untuk menyemangatiku. Aku menyukaimu, aku tidak bisa membohongi diriku sendiri ketika aku jatuh pada pesonamu."

HornYong《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang