ALVASKA 31

329K 42.9K 12.7K
                                    

"Jangan tinggalin Alva.."

Suara Alvaska yang terdengar lirih membuat Kana seketika menahan napas. Detak jantungnya entah kenapa berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Kana menarik napas panjang. "Lepas."

Alvaska bergeming. Dia memejamkan mata menahan sakit yang teramat sangat pada kepalanya. Cowok itu menarik tangan Kana dengan sisa tenaga yang dia punya hingga membuat Kana berbalik badan dan berakhir jatuh di atas tubuh Alvaska.

Alvaska melepaskan alat bantu pernapasan yang terpasang di hidungnya lalu membisikkan sesuatu di samping telinga Kana. "Jangan pergi. Gue butuh lo Ka."

"Tapi-" Kana menghentikan ucapannya ketika tangan Alvaska bergerak perlahan untuk memeluknya dengan sangat erat.

"Gue nyaman saat dekat lo." Alvaska berkata parau.

Kana tidak tau harus merespons apa. Demi tuhan, berdekatan dengan Alvaska sepertinya mampu membuat Kana mati muda. Jantungnya berdetak tidak karuan. Dadanya berdesir begitu hebat.

Alvaska membuka mata lalu mengecup singkat puncak kepala Kana yang berada tepat di bawah bibirnya. Cowok itu dapat merasakan jika Kana saat ini tengah menahan napas. "Gue takut Ka."

"Ta-takut?"

Alvaska mengangguk samar. Cowok itu kembali membisikkan sesuatu di samping telinga Kana. "Gue takut jatuh cinta sama lo."

Deg.

Kana merasa jantungnya berhenti berdetak untuk sesaat setelah mendengar penuturan dari Alvaska, cowok yang saat ini tengah memeluknya dengan sangat erat. "K-kenapa? Kenapa lo takut?"

Alvaska diam, tidak menjawab pertanyaan Kana. Cowok itu mengambil napasnya panjang. Ia memejamkan mata sesaat kemudian kembali membukanya. "Jangan jatuh cinta sama gue Ka."

Kana mendongak menatap Alvaska dengan tatapan yang sulit untuk keduanya artikan. "Kenapa?"

Alvaska menunduk menatap Kana dalam. "Lo nggak bakal kuat. Hati lo masih belum siap untuk terluka."

Kana memalingkan tatapannya dari mata Alvaska. "Dan lo berpikir gue bakal jatuh cinta sama lo?" Kana terkekeh. Cewek Itu kembali menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik Alvaska. "Nggak akan."

"Gue pegang kata-kata lo," kata Alvaska sambil menempelkan pipi kirinya di atas puncak kepala Kana. Kedua remaja itu memejamkan mata, tertidur saling berpelukan di atas brankar.

Tidak lama kemudian, pintu ruangan terbuka dan menampilkan sosok Kenzo, Ayah Alvaska yang saat ini masih mengenakan jas kantor di tubuh proporsionalnya. "Sedang apa kalian?"

Kana dan Alvaska sontak membuka mata dan langsung menoleh ke arah sumber suara. Napas keduanya tercekat saat melihat sosok Kenzo yang berdiri sambil memegang handle di pintu ruangan tempat Alvaska di rawat.

"Om?/ Papah?" Ucap Kana dan Alvaska bersamaan.

Kenzo menutup pintu ruangan lalu berjalan ke arah brankar. "Mau sampai kapan kalian berpelukan?"

Kana dan Alvaska sontak saling pandang. Alvaska dengan cepat melepaskan pelukannya. Kana turun dari brankar dan berdiri di samping Kenzo, Ayah Alvaska.

"Maaf Om," kata Kana sambil menunduk dalam. Jujur, Kana malu ketika Kenzo melihatnya berpelukan dengan Alvaska. Kana takut jika Kenzo berpikiran yang tidak-tidak terhadap dirinya.

"Kamu itu anak perempuan. Jangan karena Alvaska sakit, kamu bisa seenaknya pelukan sama anak saya," kata Kenzo pada Kana. "Saya nggak suka anak saya di peluk sama sembarang orang."

"Pah udah. Alva yang peluk Kana," bela Alvaska. "Kana juga nggak balas pelukan Alva."

"Mau di balas atau tidak, intinya kalian itu berpelukan," tatapan Kenzo beralih pada Kana. "Jadi cewek itu jangan murahan."

"Pah!"

"Diam. Papah tidak bicara sama kamu," desis Kenzo pada Alvaska, masih menatap Kana datar. "Kamu itu anaknya Rachel kan?"

Kana mengangguk samar. "Iya Om."

"Rachel itu teman SMA saya dengan Zila. Ibu kamu itu dulunya bad girl dan suka gonta-ganti pacar. Kelakuannya tidak jauh beda sama hewan." Kenzo menilai penampilan Kana dari ujung kaki hingga kepala. "Nggak salah dia punya anak modelannya kayak kamu."

Kana mendongak menatap Kenzo tidak suka. "Maksud om, apa ya? Kenapa om malah ngejelekin mami saya?"

"Saya tidak menjelekkan. Itu Fakta," balas Kenzo.

"Pah!"

"Diam Alva!" Kenzo menatap Alvaska tajam.

Alvaska menatap Kenzo tidak kalah tajam. "Saya tidak suka anda menjelekkan Kana. Jika tidak ada urusan, silahkan keluar."

Kenzo terkekeh. Tatapan Kenzo beralih pada Kana di sebelahnya. "Lebih baik kamu jauh-jauh dari anak saya. Saya tidak suka kamu dekat dengan dia." Setelah mengatakan itu, Kenzo langsung berbalik badan dan pergi meninggalkan ruangan tempat Alvaska di rawat.

Tangan Kana terulur untuk mengusap lengan Alvaska di tepi brankar. Terlihat jelas jika cowok itu saat ini tengah menahan amarah. "Gue nggak apa-apa."

Alvaska menghela napas berat. Cowok itu menoleh menatap Kana dalam. Dia mengambil tangan Kana lalu di letakkan di dahinya yang terluka. "Elus.."

To be continue..

714 word. Secuil jejak anda, means a lot_

ALVASKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang