ALVASKA 32 Part II

327K 41.4K 2.1K
                                    

"Akh!" Alvaska berteriak kesakitan sambil memejamkan mata. Sakit pada punggung dan dadanya seakan menjadi pelengkap penderitaan Alvaska.

"Sakit ya?" Tanya Kana polos.

Alvaska membuka mata, menatap Kana tajam. "Lo-" Cowok itu menghentikan ucapannya saat merasakan jantungnya terasa seperti ditikam belati. Sakit. Alvaska menggigit bibir dalamnya, mengepalkan salah satu tangannya kuat, sampai kuku-kuku itu menembus telapak tangan, berusaha menyalurkan kesakitan yang dia rasa. Alvaska meringis tertahan dengan tangan yang meremas dadanya semakin kuat. Detak jantungnya pun tidak beraturan.  Alvaska menarik napas panjang lalu di hembuskan secara perlahan. Hal itu Alvaska lakukan berulang kali hingga detak jantungnya kembali normal. Masih menekan kuat dada kirinya yang terasa begitu sesak, cowok itu memejamkan mata. "Shh.."

"Alva, syukur lo udah sadar," ucap Jazi yang baru saja sampai di samping Alvaska. Cowok yang tadi berteriak memanggil Alvaska itu mengernyit ketika melihat sahabatnya itu tampak seperti orang yang tengah menahan sakit. "Lo nggak apa-apa Va? Dada lo sakit?"

Alvaska menggeleng lemah. Cowok itu kembali memasang alat bantu pernapasan di hidungnya.

"Gue nggak apa-apa."

Kana hanya diam. Jujur, Kana tidak tau harus melakukan apa. Jadi, cewek itu memilih mundur dan berniat pergi meninggalkan ruangan tempat Alvaska di rawat. Tapi baru saja Kana mundur beberapa langkah..

"Siapa yang ngizinin lo pergi?"

Ucapan Alvaska menghentikan langkah Kana seketika. "Gue mau balik ke sekolah. Ke-"

"Gue nggak ngizinin lo pergi ninggalin gue." Alvaska memotong ucapan Kana.

Kana tidak mengerti. Ucapan Alvaska terdengar samar karena cowok itu menggunakan alat pernapasan yang menutupi bagian hidung dan mulutnya.

"Lo bilang apa?"

Alvaska melepaskan alat pernapasan yang terpasang di hidungnya. Cowok itu menatap Kana tajam. "Gue nggak ngizinin lo pergi."

"Gue nggak butuh izin lo buat pergi-"

Kana menghentikan ucapannya ketika mendengar suara pintu tertutup dari arah belakang. Cewek itu menoleh dan mendapati pintu ruangan tempat Alvaska di rawat tertutup rapat. Kana yakin jika pintu ruangan itu di tutup oleh salah satu sahabat dari Alvaska.

Kana berdecak lalu berjalan cepat ke arah pintu ruangan. Cewek itu memutar handle, berusaha membuka pintu, tapi tidak bisa. Pintu itu terkunci dari luar. Kana mengintip keadaan luar dari jendela di samping pintu, tidak ada siapapun di sana. Kana menoleh ke arah Jazi, cowok itu juga sudah tidak ada di dalam ruangan.

Sial!

Kana yakin jika Jazi lah yang mengunci pintu ini dari luar. "Gue bales lo, Zi," desisnya kesal. Tatapan Kana beralih pada Alvaska yang tengah berbaring lemah di atas brankar. "Lo yang nyuruh kan?"

"Nggak."

Kana meremas rambutnya frustrasi. Cewek itu hanya di berikan izin selama lima belas menit untuk menjeguk Alvaska di rumah sakit. Tapi ini sudah lebih dari dua puluh menit Kana berada di rumah sakit.

"Arrgh! Gue mau balik ke sekolah!"

"Berisik!"

Alvaska menatap Kana tajam. Kana membalas menatap Alvaska tidak kalah tajam. Kedua iris mata berbeda warna itu beradu pandang. Ada satu tatapan tersirat yang sulit untuk di jabarkan, terpancar dari mata keduanya.

Alvaska dan Kana memutuskan tatapannya ketika merasakan sesuatu yang begitu asing menghantam dada mereka. Ada perasaan aneh yang muncul setiap kali mereka bertatapan.

"Sini." Alvaska menepuk sisi ranjang di sebelah kirinya. "Tidur bareng gue."

To be continue...

500 word. Secuil jejak anda, means a lot_

ALVASKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang