Bisa?

3.9K 459 17
                                    

Jungkook mengedipkan mata berulang kali ketika cahaya yang cukup terang masuk ke indra penglihatannya. Silau sekali. Menatap kesekitar dan yang didapatinya hanyalah tempat asing serba putih.

Kebingungan sontak saja menguap, berjalan bahkan berlari kesana kemari mencari jalan keluar namun hasilnya nihil. Tak ada apapun selain sebuah kekosongan tak berujung.

Hingga ketika nafasnya terasa berat sebab panik dan kelelahan mencari jalan keluar, sosok wanita yang Jungkook kenal muncul beberapa meter dihadapannya.

"L-lo?"

"Kita bertemu lagi. Apa kabar?"

"Kenapa kehidupan gue berubah? Dimana kehidupan gue yang dulu?!" Jungkook  langsung melontarkan pertanyaan dengan nada memekik. Akhirnya ia bertemu dengan seseorang yang selama ini ia cari.

"Langsung pada inti, kebiasaan anak muda sekali kan? Heh, tenang saja, kehidupanmu yang dulu masih ada, masih berjalan. Meski tanpa mu."

Jungkook mengernyitkan dahi, mengikis jarak antara mereka berdua. "Jangan main-main! Lo kan penyebab semua ini ? Kembaliin kehidupan gue yang dulu!!"

Nenek itu tertawa kecil sembari menepis pelan jari telunjuk Jungkook yang menunjuk kearahnya.  "Penyebab? Kenapa menuduhku ketika jelas-jelas penyebab semua ini adalah dirimu sendiri?"

"Huh?"

"Kau benci kehidupanmu yang penuh aturan dan menginginkan ayahmu berhenti menjadi orang tuamu. Menindas orang tak bersalah dengan dalih anak nakal. Mempermainkan perasaan banyak orang  karena kesepian. Keegoisan yang tak perduli apapun selain diri sendiri hingga semua orang takut padamu."

"Kehidupanmu itu, bukankah sangat menyedihkan? Kuingat kau meneriakkannya setiap malam. Ingin mencoba hal baru? Selamat keinginanmu terkabul! Bukankah seharusnya kau berterimakasih dibanding berlaku seperti ini padaku?"

Jungkook terpaku, bibirnya serasa bisu. Pertanyaan bertumpuk yang telah ia siapkan sebelumnya hilang entah kemana.

"Hah. Selain tak suka berbasa-basi, berkata seenaknya tanpa dipikirkan dahulu juga kebiasaan anak muda bukan? Aku akan memakluminya."

Perempuan tua itu memegang kedua bahu Jungkook yang melemas. " Maka dari itu, ikuti saja alurnya. Dibanding menggerutu, lebih baik lakukan apa yang seharusnya dilakukan peran yang kini telah kau peroleh. Lagipula ini memang bukan duniamu."

Nenek itu tersenyum, mengusap bahu Jungkook pelan. Kemudian berbalik  melangkah menjauh. Namun pada langkah ke 5, ia menoleh dan berucap sekali lagi–

"Setelah kau melakukannya dengan baik, kau bisa kembali. Tak perduli kau menginginkannya atau tidak, apapun halangannya."

–sebelum akhirnya hilang bagai tertelan cahaya.

_______________



Mimpi semalam terasa begitu nyata, tak bisa pergi sama sekali dari pikiran Jungkook. Ia ingat bagaimana tubuhnya total berkeringat dengan tubuh yang kelelahan seakan benar-benar sehabis berlari.

Perkataan dari nenek itu  menggaung di gendang telinga. Apakah itu sebuah petunjuk? Melakukan peran yang kini ia peroleh, maksudnya apa? Jungkook sama sekali tak mengerti.

Pertanyaan yang berkerubung tersebut terhenti ketika bel pulang sekolah berdering. Menggiring nafas lega dari siswa siswi yang seakan telah dikurung berabad-abad. Jungkook melangkahkan kakinya keluar kelas, tadinya ingin pulang bersama J-hope dan Yoongi tetapi kedua sahabatnya itu memiliki jadwal voli, membuat bibirnya mengerucut sepanjang langkahnya keluar dari area sekolah.

Seperti itu kondisi wajahnya sebelum akhirnya tepat di gerbang sekolah ia menemukan sosok Taehyung tengah berdiri menatap ponsel di tangan kanannya. Membuat senyum di paras Jungkook perlahan terbentuk tanpa sadar.

Other Part (KookV) || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang