O4

2.4K 513 21
                                    

Waktu menempati kelas sebelas dulu, Kikan lebih banyak gusarnya ketimbang senangnya.

Cuma ada beberapa anak di kelas yang Kikan tahu. Itu pun benar-benar cuma tahu, bukan kenal.

Numpang dengar sekilas dari teman kelas sepuluh Kikan yang kebetulan pernah menyebut-nyebut namanya waktu mengobrol.

Sampai kemudian, Kikan satu meja dengan Lita.

Cewek itu ceriwis. Anaknya supel. Mudah bergaul.

Beruntung, karena Lita itu lah, Kikan juga akhirnya bisa bergaul dengan yang lain. Mengobrol akrab dengan mereka-mereka yang ada di kelas.

Kalau dulu di kelas sepuluh ada Rifa cs yang suka buat keributan, sementara sekarang di kelas sebelas ini, ada Wira cs yang senang buat perkara. Baru-baru ini diketahui, ternyata Rifa dan Wira adalah keluaran dari perguruan tinggi yang sama: Universitas Doyan Rusuh, fakultas Teknik Mencari Masalah.

Meski di kelas Wira dan teman-temannya sudah seperti badut karena sering membuat anak-anak kelas jadi tertawa, tapi ternyata ada satu badut lain yang tanpa sadar selalu Kikan perhatikan diam-diam.

"Jadi dalam satu kalimat, terdapat induk kalimat yang merupakan inti dari kalimat itu sendiri, sementara anak kalimat adalah pelengkap dari induk kalimat yang biasanya terdapat konjungsi...."

Bu Vinna sedang mengajar di depan kelas. Sibuk menjelaskan tentang unsur-unsur kalimat dan segala tetek bengeknya.

Kikan sedikit menguap. Mencoba mengalihkan pandangannya sebentar ke penjuru kelas lalu menemukan Aghi ternyata sedang membaca sesuatu dengan serius.

Dari depan, mungkin yang terlihat oleh Bu Vinna adalah Aghi sedang fokus membaca buku cetak Bahasa Indonesia yang diberdirikan. Tapi sayang, guru itu cuma enggak tahu aja kalo ternyata di balik buku tebal itu, ada sebuah komik Hai, Miiko! yang halamannya satu per satu sedang Aghi baca sambil sesekali cekikikan.

Kikan tersenyum geli. Balik kembali melihat ke depan, dan anteng mendengarkan Bu Vinna bercuap-cuap lagi.

"Jadi kalau kalian mau buat kalimat, kalian harus betul-betul memperhatikan unsur-unsur penyusun kalimatnya. Satu kalimat itu terdiri dari SPOK—subjek, predikat, objek, keterangan. Ibu biasa manggilnya SePOKat, biar enak disebut. Sampai sini paham?" kata Bu Vinna panjang lebar.

Melihat anak-anak yang lain kompak menyahut "Iya, Bu" seperti paduan suara sementara Aghi cuma diam dengan wajah superfokus membaca buku, terang pandangan Bu Vinna pun langsung tertuju ke arah cowok itu.

"Kayaknya anak kelas ini rajin-rajin, ya?" ujar Bu Vinna sambil melirik Aghi.

Anak-anak sekelas yang paham pun refleks ikut menoleh ke arah Aghi. Melihat cowok itu masih juga anteng membaca tanpa tergubris sedikit pun.

Naufal yang memang duduk satu meja dengan Aghi terang langsung menyikut cowok itu, membuat Aghi yang sedang asik-asik membaca jadi sedikit tersentak dan refleks melihat ke depan.

"Ibu lihat-lihat Ghifari ini anaknya rajin, ya? Kamu suka baca buku? Bagus. Buku itu jendela dunia."

Cowok dengan tag nama Ghifari Arian itu cengengesan. Kepalanya manggut-manggut pede, sedangkan mulutnya berseru mantap. "Iya, Bu!!!"

"Ibu tadi sudah menjelaskan. Dalam satu kalimat itu, terdiri yang namanya SePOKat. Apa itu SePOKat, Ghifari?"

Aghi mengerjap sekali. Dua kali. Kemudian mengernyit.

"Iya, Ghifari? Apa itu SePOKat?"

Sedetik kemudian Aghi tersenyum pede. "Sepokat  mah sepatu, Bu!"

172 cmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang