Kapan Menikah?

5.4K 463 15
                                    

"Arsen!"

Kaki Arsen dan Naira berhenti. Naira menoleh lebih dulu dan menemukan sesosok perempuan cantik dengan rambut hitam legamnya sedang berjalan ke arah mereka. Arsen menarik tangan Naira dan melangkah dengan cepat. Tapi, sepertinya perempuan itu tidak mau menyerah. Dia mengekori Arsen dan Naira keluar dari dalam kafe.

"Arsen! Ish! Malah lari!" Ujar perempuan itu dengan kesal.

Naira menatap tangan perempuan itu sudah ada di lengan Arsen. Arsen melepaskan genggaman tangannya pada tangan Naira. Naira sempat mencelos namun, hal yang Arsen lakukan berikutnya membuat Naira merasa sedikit tenang. Arsen melepaskan genggaman tangannya untuk menepis tangan perempuan yang menggenggam lengannya.

"Kenapa lari?" Tanya perempuan itu.

"Siapa?"

"Arsen!"

"Rio. Bukan Arsen,"

"Tapi, dulu aku boleh panggil kamu Arsen,"

"Oh ya? Kapan?"

"Ar- okey! Rio. Kenapa kamu lari?"

Arsen memilih diam saja.

"Ah! Kamu masih marah sama aku? Atau kamu lari karena kamu takut gagal move on dari aku,"

Ucapan perempuan itu membuat Naira terkejut. Naira langsung saja tahu kalau perempuan di depannya pasti pernah menjalin hubungan dengan Arsen. Naira menatap perempuan itu. Perempuan cantik dengan tinggi tak kurang dari 170cm, memiliki lesung pipi yang menambah kesan cantik di wajah itu. Hanya dengan melihat saja, Naira tahu perempuan itu sempurna.

'Dia yang sempurna saja bisa Arsen tinggalkan, apalagi aku?'

Naira tidak lagi mendengarkan ucapan perempuan itu. Dia juga tidak tahu bagaimana harus bersikap. Sampai tarikan kecil di pinggangnya membuat dia terkejut dan saat dia tersadar dia sudah dalam rengkuhan Arsen.

"Berhenti mengikutiku! Apa kau tidak punya pekerjaan sampai mengikutiku kemana pun?" Ujar Arsen.

"Aku ke Jerman kau ikut kesana aku ke US kau ikut ke US. Sekarang aku menetap di Indonesia pun kau ikut tinggal disini? Tidak kasihan pada orang tuamu di Milan?" Tanya Arsen.

Arsen mengeratkan pelukannya pada Naira. Sampai Naira tahu kalau Arsen tengah marah.

"Aku ti-"

"Berhenti bilang kau tidak mengikutiku dan mengatakan aku tidak bisa move on darimu kalau ternyata kau sendiri yang tidak bisa move on! Kita sudah selesai bertahun-tahun lalu. Apa itu masih tidak jelas untukmu?!"

"Ri-"

"Dengar baik-baik! Saat kau memilih berkencan dengan pria itu sembilan tahun lalu, saat itu semua selesai! Jadi, berhenti mengikutiku dan meneror semua orang di dekatku!"

"Rio! Kamu tidak bisa menyelesaikan begitu saja hubungan kita!"

"Kenapa tidak? Aku tidak mau menjadi pria bodoh yang membuang berlian di tanganku untuk batu krikil sepertimu," ujar Arsen dengan ketus.

"Apa?"

"Oh, kau belum tahu? Kenalkan, dia Naira, calon istriku,"

Mata perempuan itu mengerjap beberapa saat. Dia kemudian menatap Naira dengan tatapan menyelidik.

"Apa bagusnya dia?" Tanya perempuan itu.

"Dia lebih segala-galanya darimu. Sangat lebih," ujar Arsen.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang