Dua

22.3K 1.3K 6
                                    

Setiap satu tahun sekali, panti asuhan Mekar Lestari selalu mengadakan acara perayaan hari jadinya. Bunda Yanti selalu mengundang donatur tetap panti, acarapun selalu meriah. Di setiap acara seperti ini Rissa akan slalu merasa senang, ia akan menyumbangkan suara merdunya dengan petikan gitar yang sangat indah.

Di sinilah Rissa di perkenalkan dengan seorang laki-laki yang sangat tampan yang memiliki mata hitam, dan senyuman yang sangat mempesona.

Acara telah selesai, kaki indah milik Rissa berlari cepat menuju halaman belakang panti, tempat favorit sahabatnya. Tidak perlu mencari ke tempat lain, ia sudah yakin Anna pasti berada disana. Karena setiap panti mengadakan berbagai acara, Anna tidak akan pernah ikut bergabung dengan yang lain, ia akan selalu memilih menyendiri dibawah pohon mangga di halaman belakang panti.
Rissa pun tersenyum melihat Anna yang sedang asik dengan dunianya. Ia berjalan sangat pelan agar langkah kakinya tidak menimbulkan suara. Tiba-tiba Rissa memukul pundak Anna, membuat novel kesayangan Anna terlepas dari tangannya.

"Astaga, kamu membuat aku jantungan Sa" protes Anna sembari mengambil novel itu dari atas rumput. Rissa tertawa kencang, ia merasa senang bisa membuat Anna terkejut.

"Ann, tadi aku dikenalkan oleh Bu Bella dengan anaknya. Dia sangat tampan, mata hitamnya sangat tajam. Ya Tuhan, aku sangat bahagia, Ann. Andai tadi kamu ada bersamaku, pasti kamu akan menyukainya." Cerita Rissa membuat Anna tersenyum hangat melihat kebahagiaan terlihat jelas di mata sahabatnya.

*****

Awan gelap menggantung di langit. Sesekali terdengar gemuruh yang begitu mencengkam. 'Sekarang sudah mulai memasuki musim hujan' keluhnya dalam hati. Anna mengeluarkan benda pipih dari saku blazernya untuk memesan taksi online. Ia tidak mau mengambil resiko, membayangkan ketika berjalan menuju halte lalu hujan turun itu akan membuat penanpilan Anna berantakan.

Setibanya di lobi kantor, Anna mencari letak toilet di lantai dasar untuk merapihkan penampilannya. Baru saja ia akan mengeluarkan alat makeup, tiba-tiba seseorang gadis menghampirinya.
"Permisi, Mbak. Boleh minta lipstick-nya? Eh, maksud saya minjem Mbak. Kalau minta, pasti sama si Mbak ngga bakalan di kasih" gadis itu tergelak sendiri. Anna mengeluarkan lipstick berwarna nude lalu menyerahkannya kepada gadis disampingnya.

Gadis itu mengambilnya dengan sopan, tetapi ketika melihat warna lipstick gadis itu mendesah kecewa "ngga ada warna merah atau warna pink, Mbak?" Anna menggelengkan kepalanya seolah memberi jawaban bahwa tidak ada. "Yaah, bagaimana ini? Dengan penampilan seperti ini bagaimana aku bisa menggaet pembeli. Orang sekarangkan kalau mau beli apa-apa yang dilihat penampilan salesnya dulu. Cantik apa ngga? Saxy apa ngga?. Mana target bulan ini belum tercapai...." kaki Anna melangkah keluar meninggalkan gadis itu meracau sendirian.

Setibanya di meja kerja, Anna langsung menghempaskan bokongnya di kursi lalu memijat pelipis yang terasa sedikit pusing. 'Sebentar lagi dia akan datang' batinnya berbicara.

Terdengar ketukan suara sepatu, suara itu semakin terdengar jelas oleh Anna. Buru-buru ia berdiri dan membungkukan sedikit badannya lalu menyapanya "selamat pagi, Pak".
Laki-laki itu mengabaikan sapaan dari sekretarisnya, tidak peduli dan langsung memasuki ruangan kerja. Anna mendesah kecewa.
Tatapan Anna langsung terfokus dengan tumpukan dokumen diatas meja. Tidak lama ia tenggelam dengan pekerjaanya, tiba-tiba terdengar suara interkom berbunyi "buatkan saya black coffee" baru saja mulut Anna akan menjawab, tetapi sambungan itu sudah terputus.

Pure LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang