ALVASKA 39

321K 40.8K 9.7K
                                    

Suasana kelas sangat ramai, menunggu guru pengganti datang karena jadwal pelajaran saat ini gurunya berhalangan hadir. Alvaska sedang asyik bermain ponsel di tempat duduknya yang berada di barisan depan sambil menaikkan kaki di atas meja, masih mengenakan seragam basket dan juga headband berwarna hitam di kepalanya. Garis luka di sekitar mata Alvaska membuat cowok itu terlihat semakin keren dimata semua orang.

"Alvaska! Gila Anjing! Lo tau Pak Adam? Kepalanya botak anjir!" Teriak Jazi yang baru saja duduk di sebelah Alvaska sambil menatap cowok itu dengan serius.

"Bukannya Pak Adam itu botak dari lahir ya?" Pertanyaan polos itu keluar dari mulut Satya, cowok yang terkenal bodoh di kelas Alvaska.

"Nggak!" Balas Jazi kesal. "Sana lo! Nggak usah deket-deket! Jauh-jauh! Hush!" Usir Jazi.

Satya dengan tampang polosnya langsung mengangguk kemudian berlari keluar kelas, berniat untuk pulang kampung.

"Alva," bisik Jazi di samping telinga Alvaska.

"Hmm." Alvaska bergumam.

"Lo tau nggak?"

"Hmm."

"Gue tadi-"

"Hmm."

"Ketemu-"

"Hmm."

"Sama Ka-"

"Hmm."

"Gue serius," kata Jazi kesal ketika Alvaska terus saja momotong ucapannya. Cowok itu menjauhkan bibirnya dari telinga Alvaska. "Lo mau denger nggak?"

"Hmm."

"Ham hem ham hem ham aja terus! Gue mau ngomong serius njir!"

Alvaska menoleh menatap Jazi sambil menaikkan salah satu alisnya bingung. "Hmm?"

"Asw!" Maki Jazi. Sedetik setelah mengatakan itu, Alvaska langsung meninju kuat wajah Jazi hingga membuat cowok itu jatuh tersungkur dari atas kursi. "Sakit bang!" Sat.

Alvaska diam. Cowok itu kembali memainkan game balapan di ponselnya. Suasana hati Alvaska saat ini sedang tidak begitu baik. Dia selalu seperti itu saat ia sudah menemukan sesuatu yang di sukai. Sekalinya diganggu, Alvaska akan marah besar atau tidak segan-segan tangannya meluncur bebas ke wajah si penggangu.

Alvaska memasukkan ponselnya ke dalam tas ketika berhasil memenangkan game balapan yang tadi ia mainkan. Cowok itu merogoh saku celana basketnya, mengambil bandana merah lalu memasang benda itu di lengan kirinya.

"Cabut."

"Kemana?" Tanya Jazi yang masih duduk sambil mengusap wajahnya yang sedikit lebam.

Alvaska bangkit dari duduknya. "Lapangan." Cowok itu mengulurkan tanggannya di depan wajah Jazi. "Cepet."

Jazi terkekeh. Dia menerima uluran tangan Alvaska lalu bangkit dari duduknya. Kedua remaja itu berjalan keluar kelas, menuju lapangan basket outdoor SMA Alantra. Tidak peduli jika nanti mereka berdua akan di hukum karena membolos pelajaran sejarah.

Setelah sampai, Alvaska dan Jazi langsung disambut oleh Arkan, Fadel dan Raga yang tengah berdiri di pinggir lapangan.

"Bolos juga kan lo berdua," kata Raga pada Alvaska dan Jazi. Tadi, kedua remaja itu sempat menolak ketika di ajak bolos oleh Arkan. Tapi sekarang?

"Biarin, wlee!" Jazi menjulurkan lidahnya ke arah Raga.

"Lo nantangin gue?"

"Nggak. Wlee!"

ALVASKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang