TUJUH

391 95 634
                                    

Changi International Airport Singapore menyandang gelar sebagai salah satu bandara terbaik di dunia. Selain fasilitasnya yang canggih, terdapat aneka macam hiburan yang tersedia di setiap penjuru terminal. Mulai dari bioskop, gerai bebas pajak, restoran, konsol video game, bahkan air terjun indoor yang sudah siap memanjakan mata. Dan di antara ribuan pilihan yang tersedia, Angkasa memutuskan duduk manis di bangku taman.

Virgo rupanya memesan tiket rute Lufthansa yang memakan waktu 15 jam. Berawal dari Zurich menuju Frankfurt sekitar 55 menit, kemudian lanjut ke Singapura 12 jam, dan berakhir di Medan satu setengah jam. Membosankan. Namun di sisi lain Angkasa senang berkesempatan untuk sekedar transit di Negeri Singa.

Ngomong-ngomong soal Virgo, pria berumur itu tidak ikut bersama Angkasa. Ada beberapa hal yang perlu dibereskan seberes-beresnya supaya Brandon tidak curiga. Bisa gawat urusannya kalau sampai ketahuan. Terlebih lima orang bodyguard utusan ayahnya juga masih berada di Swiss tanpa alasan yang jelas.

Virgo pribadi adalah seorang Warga Negara Indonesia sama seperti Angkasa. Sebelumnya ia bekerja sebagai sopir pribadi Brandon. Istri dan dua orang anaknya terpaksa merelakan presensi kepala keluarga sementara saat Virgo dikirim ke Swiss untuk menemani pewaris tunggal perusahaan. Semua biaya dan keperluan pribadinya diurus pihak finansial.

Oke, Angkasa mulai rindu ceramahan Virgo.

Drttt ... Drttt ...

Lihat? Baru saja dibahas, orangnya sudah mengirim puluhan pesan. Angkasa lantas merogoh benda pipih tersebut dari saku overcoat yang menjaga suhu tubuhnya tetap stabil di tengah musim hujan.

Virgo

Selamat pagi, Tuan
Anda sudah mendarat bukan?
Menurut perkiraan saya, Anda seharusnya sudah tiba di Singapura pukul 2 pagi
Maaf jika saya keliru
Jangan lupa mengganjal perut, Tuan
Perjalanan selanjutnya sekitar 2 jam
Tuan akan tiba di Medan sekitar dini hari nanti
Pastikan bagasinya sudah diambil sebelum meninggalkan bandara
Jangan lupa mengancing overcoat selagi di dalam pesawat
Tuan tidak tahan dingin
Oh ya, kalau boleh sampaikan juga salam saya kepada Bos
Saya akan menyusul dua hari kemudian bersama mereka
Sampai jumpa nanti dan semoga perjalanan Anda menyenangkan, Tuan

Bukan main, Angkasa tak salah menyebut pria itu cerewet.

Saat sedang asik mengetik balasan, seseorang menepuk bahunya sekilas. Angkasa terperanjat, refleks mendongak melihat siapa pelakunya. Seorang wanita berpakaian casual mengulas senyum lebar dengan tampang tak berdosa. Sesaat mengamati, dia tampak familiar.

"Sorry for being rude, but ... kamu Angkasa? Angkasa Purnama Dewantara?"

Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Angkasa ingat siapa wanita ini. "Hani?" tanyanya ragu.

Wanita itu-Hani-bernapas lega. Bersyukur dia tidak salah mengenal orang. "Ini beneran lo, kan? Angkasa si hakim songong itu?" Hani memastikan sekali lagi. Soalnya penampilan pria di ini jauh dari kata urak-urakkan. Beda jauh dengan dulu saat seragamnya tidak disisipkan ke dalam celana dan jarang disetrika.

Angkasa mengangguk mantap. "Iya ini gue. Hakim songong yang jadi primadona sekolah."

Percaya diri amat.

"Sa ae lo. Ngapain lo di sini? Jadi tukang kebun?" Hani mengambil tempat kosong di sebelah Angkasa.

"Ya kali cakep gini jadi tukang kebun. Habis dari Swiss gue, mau pulang."

8 LETTERS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang