002

483 204 122
                                    


"Jadi... ini yang namanya Lutcher Academy itu?"



Kini Rachel dan Alzam melangkahkan kaki memasuki lobi utama. "Zam, sampai sini aja," ujar Rachel menghadap ke arah Alzam.

"Oh, okeh."

"Nih," Alzam memberikan koper Rachel yang sedari tadi ia pegang.

Rachel mencoba memegang pucuk kepala Alzam yang sebenarnya memang sulit ia gapai. Jujur saja, Alzam memang beberapa centi lebih tinggi di banding Rachel. Tampak menyadari hal itu, dengan segera Alzam menjinjit kan kakinya. "Udah kalau nggak sampai, nggak usah dipegang," sahut Alzam.

"Huhhh!" Rachel menggerutu pelan.

"Oke deh gua balik dulu ya," pamit Alzam.

"Iya," jawab Rachel sendu. Jujur, dia terlihat sedih. Yang benar saja ia harus berpisah dengan adik kandungnya itu.

yahh lebih tepatnya adik rasa temen

Alzam mengambil tangan kanan Rachel lalu ia letakkan di puncak kepalanya yang agak sedikit merunduk. "Nih, Pegang buat terakhir kali," ucap Alzam melirik Rachel. Gadis itu terkekeh, ia mulai mengacak rambut adiknya pelan.

"Baiklah, gua pamit," ucap Rachel kemudian menarik dua koper yang ia bawa.

"Babay!" Alzam melambai.

════ ⋆★⋆ ════


Rachel menghela napas, saat mengedarkan pandangan ke sekeliling. Lobby utama L.A yang beratap tinggi itu kelihatannya di penuhi pendatang baru. Garis bawahi "pendatang baru"
Hoi! Mengapa Rachel tahu itu?

Yap, Rachel mengetahui itu karna ada dua hal yang ia pikirkan untuk saat ini.

Pertama, apakah sekolah ini tidak memiliki pakaian seragam? Mengapa orang-orang di sekitarnya tidak memakai seragam atau bahkan jas almamater yang biasa pelajar pakai?

Pasti keren jika dirinya bisa mengenakan jas almamater itu, ditambah dengan logo Lutcher Academy. Pasti sangat bangga jika bisa mengenakannya. Jujur saja, Rachel menanyakan itu karna tidak ada satupun orang yang memakai pakaian seragam.

Apakah ini hari libur? Jelas-jelas hari ini hari senin.

Kedua, pandangannya dipenuhi orang-orang yang tampak bingung. Mereka celingak-celinguk melihat sekitar. Yah, berbagai pertanyaan seolah muncul satu persatu di benak Rachel.

Bagaimana tak bingung. Coba saja kalian bayangkan, Rachel yang sedang menikmati akhir pekan di kejutkan oleh berita kalau ia di keluarkan dari sekolah. Lalu tiba-tiba saja di pindahkan ke sekolah yang sama sekali tampak asing baginya. Di tambah, sekarang dirinya masuk asrama. Wah, bagaimana rasanya? Jika dia tidak bisa tidur bagaimana? Jika ternyata sekolah ini berhantu bagaimana?

Ah yang benar saja aku percaya takhayul.

Atau... Jika sekolah ini banyak tragedi pembunuhan, bagaimana?!

"Rachel!"

Rachel tersentak.

Apakah ada yang memanggil namanya? Dia menoleh kebelakang, ah mungkin hanya perasaannya saja. "Hoi, Rachel!" Tepat di sisi kiri pintu masuk terlihat gadis imut yang sedang menenteng satu koper dan tas ransel levis khas nya itu.

Terlihat jelas kalau itu adalah Hanna. Rachel berlari kecil sembari menyeret dua kopernya ke arah Hanna. "Hufft... akhirnya kamu datang juga." Rachel menghela nafas lega.

"Hah iya, maaf terlambat." Hanna tersenyum kaku sambil menggaruk pelan tekuknya yang tidak gatal.

"Jadi kita mau ke mana sekarang?"

Cuz You're My PhobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang