Part 10 | Memeluk Rindu

1.8K 114 4
                                    

Hampir tengah malam, Zaky terjaga karena mendengar bunyi air menyala. Seingatnya ia sudah menutup keran setelah salat Isya tadi. Khawatir kerannya bocor, Zaky pergi ke kamar mandi dan membuka pintu perlahan.

"Lho, kamu kenapa? Sakit?" tanya Zaky ketika melihat Keyra muntah-muntah. Wanita di hadapannya tidak menjawab, terus memuntahkan isi perutnya. Zaky keluar dan mengambil air hangat di termos.

Sembari memijat tengkuk Keyra, Zaky setia menunggu. Keyra pun tak menolak ketika diberi air minum. Usai mencuci mulut, Zaky mengusap wajah Keyra yang basah karena keringat dengan tisu. Setelahnya, ia merangkul sang istri untuk kembali ke tempat tidur.

Keyra begitu nyaman di pelukan Zaky, antara sadar atau tidak, Keyra meminta untuk ditemani tidur malam ini. Zaky tidak menolak, justru ini kesempatan untuk memperbaiki hubungannya.

"Badannya gak panas kok," kata Zaky pelan sambil memegang dahi Keyra.

Mereka baring berhadapan, dengan tangan Zaky di atas lengan Keyra. Matanya tak lepas dari kecantikan sang istri yang natural. Bahkan ketika terpejam pun, Keyra begitu menggemaskan. Namun, wajah Zaky mendadak sendu tatkala menyadari ada setetes air mata yang jatuh. Ada apa? Keyra mimpi buruk?

Tidak peduli dengan jarak yang memisahkan mereka, Zaky mendekat dan memeluk Keyra. Terbesit rasa penyesalan ketika mengingat perlakuan kasar kepada istrinya. Ia tak pernah mau membentak, atau menarik tangan hingga menyakitkan. Namun, ia merasa dengan pergi berselingkuh itu lebih salah.

Hangat ....

Pelukan yang ia rindu selama ini. Ketika Keyra manut dan tidak memberontak untuk dilepaskan. Malam ini, ia merasa Keyra-nya telah kembali.

Namun, belum tentu hari esok ia merasakan kehangatan bersama sang istri. Keegoisan mendominasi hati mereka berdua. Tidak akan luluh sampai salah seorangnya mengalah.

....

Pukul tiga dini hari.

Zaky membuka mata, Keyra masih berada dalam pelukannya. Ia mengelus pipi sang istri, mengecup keningnya, lalu memainkan rambut Keyra. Andai hubungannya seperti sekarang, tentu Zaky merasa senang. Lantas, bagaimana cara memberitahu hal yang sebenarnya? Tentang Luna, tentang cinta masa lalunya.

Ia menghela napas, lalu mengedarkan pandangan ke segala arah. Ia mencintai sang istri, tapi rasa itu belum bisa menghapus kenangan Luna di benaknya.

Zaky menoleh ketika kasur bergoyang, rupanya Keyra sudah bangun dan bersiap-siap salat tahajjud. Tanpa ada teguran, atau kata-kata yang biasa diucapkan. Semisal, "Kak, bangun, kita salat sama-sama." Tidak ada. Semua lenyap bak ditelan bumi.

Keyra menyadari kehadiran suaminya. Ia terkejut tapi berusaha baik-baik saja. Usai mengambil wudhu, ia mengambil mukena di atas lemari dan keluar kamar. Tepat ketika itu, Zaky berdiri di samping pintu dan mencegatnya.

"Ribet, ya, kamu. Mau salat aja ke kamar lain segala. Kenapa gak di dalem aja? Lagipula aku udah keluar, 'kan?" kata Zaky yang entah mengapa, langsung menusuk hati Keyra.

"Terus, kenapa Kakak tidur di kamarku?" tanya Keyra berusaha tenang.

"Ya ... itu karena-ah, lupakan! Gak penting, mending urus perusahaan," balas Zaky yang langsung berbalik badan dan pergi.

Keyra mendekap erat mukena di pelukannya. Air mata jatuh lagi pagi ini, bahkan ketika mentari belum sempat menampakkan diri. Meskipun ia berusaha tegar, mengapa rasanya takdir selalu mempermainkan perasaannya? Harusnya dia yang marah, harusnya dia yang menjauh dan kecewa.

Sedangkan di sudut sana, Zaky turut menitikkan air mata. "Maaf," batinnya. "Aku sudah lama memaafkanmu, aku tau kamu setia, gak akan selingkuh. Bagus kesalahpahaman ini terjadi, aku gak perlu repot-repot cari cara agar bisa menjauhimu."

Mendiang [END] Where stories live. Discover now