19. Lagi-lagi gagal

98 63 5
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.














Tepat pukul 6 pagi ponsel yang berada di nakasnya berbunyi, dengan mata yang masih tertutup gadis itu mengambil ponselnya dan menggeser ikon hijau itu

"Halo?"

Heya menggosok matanya dan sedikit menggeliat "Hm? "

"Ck- baru bangun? Kedengaran banget suaranya kayak gitu"

"Apa? "

"Ga inget hari ini hari apa? "

Heya mendudukan badannya, dia menoleh kanan dan ke kiri sambil menggaruk tengkuknya "Apa? "

"Katanya orang tuamu bakal dat-"

"OMG Mark! Kenapa ga bilang dari tadi!?" Mata yang tadi tertutup langsung terbuka lebar

"Kan udah -"

Heya langsung mematikan sambungan secara sepihak. Dia langsung menyibak selimutnya dan bergegas menuju kamar mandi. Dia lupa kalau hari ini temannya pulang dari luar negeri setelah menyelesaikan pekerjaannya, dan dia sudah berjanji akan menjemputnya di bandara


30 menit berlalu, gadis itu sudah selesai mandi dan juga merias dirinya. Dengan cepat dia membuka gorden kamarnya, membiarkan sinar Mentari masuk dari jendelanya.

Siap, dia tinggal sarapan lalu langsung berangkat saja.

Heya mematung saat melihat Mark yang berada di sofanya sambil bermain dengan Zuzu. Mark menoleh lalu tersenyum "Aku udah siapin sarapan"

"Tenang aku cuman buat roti"Lanjut Mark dengan cepat

Heya menghela nafas lega, mengetahui dapurnya tidak rusak. Asal kalian tau dua hari yang lalu Mark merusak dapurnya- bahkan hampir terjadi kebakaran kalau dia tidak cepat mematikan kompor.

Saat ditanya, Mark hanya menundukkan kepalanya dan mengatakan kalau dia sangat ingin membuat telur saja, tapi Mark malah asik bermain dengan Zuzu dan melupakan telurnya- bodoh bukan? Memang.

"Ngapain kesini?"

"Ngeliat calon mertua"

Heya bergidik ngeri "Ngaco! "

"Tapi bener kan?"

"Bodo"acuhnya "udah lama?"Tanya Heya sambil mengambil sepiring roti dan membawanya ke sofa.

Mark menggeser sedikit tubuhnya
"Jam setengah enam? "

"WHAT!? Ngapain pagi banget!? "

Mark hanya memberikan cengirannya. Dia membuang mainan wortel Zuzu dan beralih menarik pinggang Heya mendekat. Kepalanya bertumpu pada bahu Heya

"Mark geli! "Seru Heya, ibu jari dan telunjuknya memegang roti, sedangkan jari yang lain dia pakai untuk mendorong wajah Mark menjauh

"Bodoh"

"Ish-beneran nihh"

Heya mendorong wajah Mark dengan tangannya yang masih kotor

"Tangan mu kotor Heya!! "

"Ya siapa suruh deket-deket!? "

Bukannya menjauh, Mark malah mengeratkan pelukannya
"Bodo- intinya kangen"

"Ck- itu mulu"ujar Heya malas. Karna jujur, dia sudah bosan mendengar kalimat itu dari mulut Mark setiap harinya, tidak saat melakukan telepon, tidak saat bertemu langsung, bahkan di chat Mark juga berkata seperti itu

X-masTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang