9. DILUAR NALAR

2.3K 213 63
                                    

Pendar matahari terbit mengintip malu—malu, melalui ventilasi jendela kamar seorang gadis yang sedang tenggelam dalam mimpinya. Ketika sang mentari telah menampakkan biasnya di ufuk timur. Setiap insan yang melihat keindahannya, pasti akan merasa terpana akan keagungan Tuhan.

Veranda bergegas turun ranjang membuka jendela di hari Sabtu pagi yang cerah itu, dia merasakan kesegaran menebar di udara. Dedaunan di setiap pohon kemilau diterpa pantulan sinar mentari. Hamparan bunga yang beraneka warna menghiasi taman belakang seakan menyapa Veranda. Dan di atas semua itu, gumpalan—gumpalan awan putih berarak di langit biru yang sangat cerah.

Di taman itu pula Veranda melihat Linda istri Kevin tengah menyusupi Rendra putra pertamanya yang baru berumur 3 tahun. Veranda bernafas lega, syukur tidak terjadi sesuatu dengan Linda dan jabang bayinya.

Veranda menengok ke belakang, dia mendapat ranjangnya telah kosong. Keynal berjalan menuruni tangga lipat yang terbuat dari bahan kayu. Derap langkah kakinya menapaki lorong yang menghubungkan antara loteng dan lantai dua rumah keluarga Reyhan.

Keynal menjejakkan kakinya di lantai putih menuju kamar mandi. Terletak di sudut ruangan berbatasan dengan dapur. Kamar mandi itu, memang diperuntukkan khusus para tamu.

Dia berjalan santai sembari membawa handuk yang menggantung di pundak kirinya. Tak lupa Keynal juga membawa odol dan pasta gigi. Satu hal jadi kebiasaan Keynal, dia tidak bisa berbagi pasta gigi itu kepada siapa pun, termasuk keluarganya.

Sedetik ketika Keynal memutar knop bilik kamar mandi. Tahu—tahu Veranda muncul begitu saja, menyusup ke dalam tanpa permisi. Keynal dibuat berang. Dia langsung menarik ujung kaus kakaknya, membuat Veranda hanya berjalan di tempat.

Veranda menoleh dan tersenyum lebar. Nal, gue duluan ya.”

Cewek itu mandinya lelet kek dugong.” Keynal melepaskan cengkeramannya. Dia masuk ke dalam dan menendang Veranda keluar.

Veranda menyerap udara dengan sabar. Kemudian balik ke kamar. Dua puluh menit berselang, Keynal keluar dari kamar mandi dengan handuk putih yang membelit pinggangnya hingga pertengahan paha.

Keynal naik ke atas loteng dan memasuki kamarnya. Veranda menoleh dengan wajah bersemu, lantas gadis itu menilik penampilan Keynal. Rambut acak—acakan masih lembab sehabis keramas. Ditambah bulir air yang menetes ke leher, punggung dan dada bidangnya. Membuat Veranda enggan sekali berkedip.

Keynal berhenti di samping ranjang tepat di depan Veranda yang hanya berjarak setengah meter. Keynal menyeringai senyumnya menjadi aneh.

Veranda menengadah ke atas. Menatap Keynal dengan pikiran tak karuan. Perlahan tangan Keynal bergerak turun membuka lilitan handuknya.

Eh, tunggu apa yang lo laku—

Veranda merasa tenggorokannya mendadak tercekat, mulutnya membulat sempurna. Dan matanya menyalang tajam mengikuti gerakan handuk Keynal yang melorot ke lantai.

Gadis itu menelan ludah, memandang area terlarang Keynal yang terbungkus boxer abu—abu yang longgar. Dengan kasar Veranda menghembuskan napas kecewa.

Keynal tersenyum menyeringai. Dia segera mendepak kaki kakaknya lalu mengambil baju di dalam tas. Yang mana tansel itu Keynal letakkan di bawah ranjang tepat di bawah tempat duduk Veranda.

○●○●

Seminggu berlalu, acara pernikahan berlangsung disebuah taman atau garden party di halaman belakang rumah keluarga Putra. Mereka mengambil tema ‘White Wedding’ dengan jalinan bunga—bungaan berwarna seperti salju yang bergelantungan.

Better With You [VENAL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang