13. Dasar Pelacur!

252 28 6
                                    

Kehidupan yang semula tenang, akan berantakan karena sebuah kesalahan fatal.

***

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

"Mau periksa ke dokter dulu, Fi?"

Untuk ke sekian kali Fi menggelengkan kepalanya untuk merespon pertanyaan Isma. Mulai dari di rumah Nadiah, hingga sampai di rumahnya, sudah berulang kali Isma melontarkan pertanyaan yang sama. Dan Fi menjawabnya dengan respon yang sama pula.

Tadi Isma mendapat kabar dari sekolah bahwa Fi pulang lebih awal karena sakit. Isma yang sedang di rumah temannya untuk membantu masak-masak untuk tasyakuran, langsung menelpon anaknya. Rumah dikunci, dan kucinya dibawa oleh Isma. Isma panik jika Fi malah terkunci di luar dan tambah sakit.

Syukurnya, Isma bisa bernapas lega karena anak semata wayangnya itu ternyata di rumah Nadiah. Makanya, selesai membantu masak-masak, Isma segera meluncur ke rumah Nadiah untuk memastikan keadaan anaknya.

Setelah berbincang sebentar dengan Nadiah, Isma akhirnya membawa Fi pulang. Walaupun awalnya Fi bersikeras ingin menginap di rumah Nadiah saja. Tapi, akhirnya Fi mau dibujuk pulang ke rumah. Dan sampailah mereka di rumah. Fi tidak langsung masuk ke kamar. Gadis itu duduk termenung di ruang tamu.

Segala hal yang ia alami hari ini benar-benar membuatnya lelah dan sakit. Tidak hanya fisik, tetapi juga mental. Walau bagaimanapun juga, ini memang kesalahannya sendiri. Fi terlalu dibutakan cinta hingga akal sehatnya tidak digunakan.

Lalu, sekarang bagaimana?

Hubungi Dareen. Benar. Hari ini ia belum berbalas pesan dengan Dareen. Ia perlu klarifikasi mengapa hal ini bisa terjadi.

Fi meraih tas biru langitnya. Di bagian resleting paling depan, di situlah tempatnya menyimpan ponsel. Sebenarnya, gadis itu takut membuka ponsel. Takut bermain media sosial. Ia takut membaca hujatan-hujatan dan hate comment di akun medsosnya.

Sejak Fi tahu bahwa foto tak pantasnya itu tersebar, gadis itu langsung mematikan data selulernya. Ia tak siap menerima segala hujatan yang membuat mentalnya down.

Perlahan, Fi menyalakan data selulernya. Benar saja, banyak notifikasi yang langsung berdatangan dari segala media sosial. Facebook, instagram, twitter, line, dan whatssapp. Semuanya ramai. Bahkan, beberapa akun tak dikenal ada yang mengikuti Fi di medsos. Nomor-nomor tak dikenal juga mengiriminya pesan hujatan di whatssapp.

Mata Fi memanas lagi. Gadis itu berusaha mengendalikan dirinya untuk tidak membuka semua hate comment itu.

Tangannya langsung terarah ke sebuah percakapan paling atas yang disematkan. Dareen. Tapi, ada yang aneh. Kemarin, foto profil Dareen adalah foto cowok itu. Sekarang, kenapa tidak ada?

Fi menggelengkan kepalanya. Tidak. Ia tidak boleh berpikrian buruk.

Fi : Dareen, maksud ini semua apa? Kenapa kamu ingkar? Kenapa ini bisa kesebar?

Back to Istiqomah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang