13. Mencoba Mengiklaskan

677 87 8
                                    

Setelah bel istirahat, Ara dan David langsung ke halaman belakang sekolah yang jarang ada orang. Keyla disuruh Ara untuk ke kelas Raden dan mengundangnya makan bersama di halaman belakang. Ketika Ari mengajaknya makan, Ara langsung beralasan agar Ari pergi makan bersama Nayla untuk masa pendekatan dan Ari mengangguk dengan semangat.

Ara menceritakan tentang kedatangan Ari hingga pengakuan Ari jika cowok itu menyukai Nayla pada David.

"Gimana, Dav?" Tanya Ara dengan tidak bersemangat.

David tersenyum menenangkan. "Itu tergantung sama lo," katanya. "Lo mau lepas atau mau bertahan?" Tanya David.

Ara terdiam. Ia tak tahu harus berbuat apa. Melepas? Apa dia ikhlas? Bertahan? Apa dia mampu?

"Lo harus cari yang lain, Ra," saran David.

Ara mengangguk.

"Orang yang liat lo apa adanya, dan selalu ada buat lo," lanjut David.

Seringai muncul di wajah Ara. Pikirannya mulai jahil pada David. "Lo dong, Dav," godanya sambil menumpu kedua tangan di meja dan mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat dengan David.

"Yeh, g-gak gitu juga," jawab David dengan gelagapan. "Gue udah suka sama seseorang," katanya.

Ara mengangkat kedua alisnya. "Serius? Siapa? Kok, gak pernah bilang?" Tanyanya. Mode keponya sudah menyala.

"Ada, deh. Dia itu orangnya cantik," kata David sambil membayangkan cewek yang disukanya.

"Kayaknya kalo gak cantik, lo gak akan mau, deh," komentar Ara.

David terkekeh. "Gak juga, dia itu cantik luar dalam. Kalo kemana-mana dia suka banget iket rambutnya, sampai gue gak pernah liat gimana cantiknya dia kalo digerai," tuturnya.

Ara mengangguk-ngangguk. "Lo udah bilang sama dia?" Tanyanya.

"Cinta itu gak perlu diungkapin, Ra, cukup gue pendem aja," ujar David.

"Nih, ya gue bilangin sama lo, cinta itu harus diperjuangin, gimana pun!" Ceramah Ara sok bijak.

"Gimana sama lo?" Ujar David memutar balikkan pada Ara.

Ara malah cengengesan. "Gue yakin bisa buang rasa gue sama Ari," bisiknya.

"Hayoloh! Kalian ngapain?!"

Ara dan David terperanjat dan langsung menatap ke sumber suara.

"Lo ngagetin gue aja, Key!" Omel Ara sambil mendengus.

Raden tersenyum geli melihat Ara yang kesal. Ia kemudian duduk di dekat Ara. "Boleh, kan?"

Ara seketika gugup. Tangannya langsung gemetar. Ia kemudian tersenyum kikuk.

"Ra, lo tau gak kalo si MBI itu ternyata udah pernah pacaran sama si Rendy?" Tanya Keyla yang duduk di samping David-sambil menggebrak meja.

Ara memejamkan matanya sejenak karena kaget, kemudian menghela napas kesal. "Lo bisa gak manggil nama orang jangan pake julukan?"

Keyla berdesis. "Yeh, mana bisa, Ra, gue udah kagak mau manggil nama dia," ucapnya dengan kesal.

Ara paham. Keyla memiliki masa lalu dengan orang yang ia sebut-sebut 'MBI'. Ada yang tau siapa?

"MBI itu apa?" Tanya David merasa bingung masuk ke percakapan para cewek di sekitarnya ini.

"Malaikat berhati iblis!" Jawab Ara dan Keyla bersamaan.

"Malaikat?" David mengerutkan keningnya.

"Berhati Iblis? Emang ada?" Tanya Raden sama bingungnya dengan David. Ia memiringkan kepalanya menatap Ara.

"Bakalan ribet tau kalo dijelasin," keluh Ara.

"Biar gue aja yang jelasin!" Kata Keyla dengan antusias. "Jadi maksudnya-"

"Kalo kalian dengerin ocehannya Keyla, kita gak akan dapat jatah buat makan siang!" Potong Ara yang langsung meletakan tempat makan di depan Raden, David, dan Keyla satu persatu.

Keyla langsung cemberut. "Dia itu orang yang udah rebut doi gue sama Ara!" Katanya dengan cepat agar tak dipotong lagi.

Ara memelototi Keyla dengan kesal karena masih membawa-bawa kisah lama.

David dan Raden kangsung beralih menatap Ara.

"Emang bener," tukas Keyla sambil menjulurkan lidahnya, mengejek Ara.

Ara memberenggut. "Udah gak penting. Lagian, gue udah lupa sama orangnya," katanya mencoba tidak peduli.

Keyla berdecih. "Cih, lo udah ketemu lagi sama si MBI-nya, Ra," sungutnya.

"Iya tapi gue udah lupa sama cowoknya!" Kata Ara dengan tegas.

"Lupain aja, tapi inget lagi apalagi sekarang ceweknya deket sama sahabat lo," cicit Keyla dengan nada mengejek. Ia kemudian membuka bekal makanan yang Ara berikan.

"Heh!" Sungut Ara yang mengetahui jika Keyla terus-terusan mengejeknya.

Keyla manyun dan lebih memilih memakan makanannya. Begitu pun Raden dan David yang sepertinya mulai gemas melihat pertengkaran antara Ara dan Keyla.

"Ini buatan lo, Ra?" Tanya Raden dengan mulut yang masih penuh dengan nasi goreng. Dan tiba-tiba, "uhuk-uhuk!" Raden terbatuk.

Ara terperanjat dan langsung memberikan sebotol minum untuk Raden. Raden menerimanya dan mengegaknya untuk meredakan sakit di tenggorokannya.

Raden dapat menghela napas lega ketika tenggorokkannya sudah tak terasa sakit.

"Lo gak papa?" Tanya Ara cemas.

"Makanya, kali makan jangan sambil ngomong," tuduh David yang masih melahap makanannya.

"Gue gak papa, kok," jawab Raden yang langsung tersenyum melihat ekspresi di wajah Ara.

Ara memukul lengan David. "Lo jadi temen bukannya khawatir malah ngeledekin," omelnya.

David tiba-tiba berdiri dan tangannya menyentuh wajah Raden. "Den, lo gak papa, kan? Lo gak sakit lagi, kan?" Katanya dengan panik. Lebih tepatnya pura-pura panik. Tangannya menggerak-gerakkan wajah Raden.

Ara langsung menjauhkan tangan David dari Raden. "Ih, gak gitu juga, David!"

David langsung mendengus dan kembali duduk.

Senyum Raden makin mengembang menatap Ara. Ia kemudian beralih pada David, "gue gak papa, David," ledeknya.

Keyla benar-benar tergelak bersama Ara ketika Raden mengatakan itu. "Kalian so sweet banget, sih? Hahahaha..." ledek Keyla.

Di saat gelak tawa terdengar di ke empatnya, ternyata ada seseorang yang memperhatikan mereka sambil tersenyum sedih.

***

Faridan Arjuna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Faridan Arjuna

Jangan lupa vote.

Ara & Ari √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang