Chapter 5

2.6K 281 11
                                    

Karena situasi yang semakin rumit, gue gak berani keluar kelas sekedar untuk membeli cemilan di kantin, padahal gue tau gue belum makan dari pagi semenjak masalah itu muncul. Gue menekan-nekan perut gue agar rasa lapar ini gak semakin menjadi. Gue meringgis kesakitan saat perut gue semakin sakit saat gue tekan, bibir gue semakin berwarna putih karena sesuatu. Kulit gue bener-bener pucet sekarang.

"Tine, gue beliin lo makanan ya di kantin" kata Type menawarkan diri. Tanpa protes sedikitpun, gue mengangguk pasrah padanya. Dia meninggalkan gue di kelas sendirian karena orang lain udah pada pergi ke kantin.

Gue merasa gue semakin lemes membuat gue menjatuhkan tubuh gue di atas kursi yang udah gue sambung. Layaknya orang tidur, gue menutup mata gue perlahan membiarkan kegelapan menyelimuti pikiran gue hingga tanpa sadar gue tertidur selama beberapa menit. Gue terbangun saat mendengar suara gaduh orang-orang di luar kelas. Dengan terpaksa gue membangkitkan tubuh gue dan beranjak pergi ke luar untuk memastikan.

Ngomong-ngomong, udah lima belas menit Type gak kembali dari kantin, gue jadi mikir yang enggak-enggak tentang dia, ditambah kegaduhan yang mereka buat di luaran kelas ini membuat gue jadi was-was.

Gue berjalan dengan gontai ke arah lapangan bola volly, di sana gue ngeliat banyak sekali orang yang beramai-ramai ngeributin sesuatu. Gue berjalan menyelinap melewati cela-celah sisi, kepala gue rada sakit karena belum sarapan dari pagi dan dipaksa berjalan ke arah lapangan dengan terik matahari yang membakar.

Gue melihat Type sedang menarik kerah baju Sarawat di tengah-tengah lapangan dengab tatapan membunuh. Sial, dia lagi ngapain sih? Dia bener-bener gak bisa menjaga emosinya. Gue akhirnya nyamperin Type buat misahin mereka yang keliatannya mau berantem.

"Apaan maksud lo ngeposting sesuatu yang bikin temen gue ilang harga dirinya?" teriak Type di tengah lapangan, sementara orang-orang semakin ramai yang berdatangan untuk memenuhi rasa kepo mereka.

Sarawat melepaskan cengkeraman Type dengan kasar, kini dia yang menarik kerah baju Type.

"Lepasin tangan lo dari gue!temen lo memang pantes nerima semua hujatan dan makian, karena dia adalah-" Sarawat menghentikan ucapannya sejenak. Dia memajukan wajahnya ke telinga Type sambil berbisik

"-Jalang" sambung Sarawat lagi. Saat mendengar kata-kata kejam dari Sarawat, gue hanya bisa berdiam diri gak ngelanjutin langkah kaki gue. Sebisa mungkin gue menahan rasa sakit yang gue terima di depan mata kepala gue sendiri. Orang-orang semakin banyak berdatangan dan kini mereka menilai gue dengan pandangan bingung atau jijik gue rasa?

"Lo jaga ya mulut lo!" Teriak Type di depan wajah Sarawat. Satu pukulan berhasil lolos mengenai wajah Sarawat yang gue benci itu. Type memukul wajahnya dengan sangat keras hingga terdengar suara bogeman di wajah Sarawat. Sarawat memegang wajah kirinya yang berlumuran darah. Sesaat kemudian Sarawat membalas pukulan Type dengan menendang selangkangan Type. Type yang terkena tendangan ke arah organ vitalnya pun langsung jatuh tersungkur sambil menahan rasa sakit. Gue sangat syok melihat sahabat gue diperlakukan seperti itu. Gue berlari ke tengah lapangan untuk nolongin Type. Gue memegangi pundak Type dan membantunya berdiri tegak. Secara gak sadar, air mata membasahi pipi gue, gue langsung menghapus air mata kesedihan gue dengan cepat agar mereka tidak mengira gue itu lemah.

Sarawat tersenyum kemenangan melihat gue dan Type seperti ini. Geng Sarawat pun ikut menertawakan kita yang lagi kesusahan. Tharn, Thorn, Mil, dan Lhong seperti iblis, mereka gak ada rasa kasihan sama sekali melihat gue dan Type yang dibully sama Sarawat. Gue bahkan menyumpah serapahi mereka dengan seribu kata umpatan. Gue tau, itu gak akan ngebuat mereka bisa berubah, namun hanya itu yang bisa gue lakukan sekarang.

Type meringgis pelan sambil memegangi bagian vitalnya. Uh gue tau rasanya pasti menyakitkan, tapi dia menahan semua itu demi gue, sahabatnya.

"ADA PELACUR DI SEKOLAHAN KITA, DAN MEREKA BERDUA ORANGNYA" Teriak Sarawat dengan menunjuk ke arah kami. Dia dengan beraninya berbuat seperti itu ke kita setelah apa yang dia lakukan kepada Type. Gue menahan rasa sakit itu lagi, gue ingin membantah omongan Sarawat namun gue gak mampu buat ngelakuin itu. Gue menggeleng-gelengkan kepala gue dengan raut wajah sedih membantah omongan Sarawat yang gak bener.

Dengan wajah tanpa dosa, dia-Sarawat mengambil bola volly yang ada di bibir lapangan. Masih dengan senyuman yang sama, senyuman kemenangan dia melempar bola volly itu ke arah gue dengan keras. Saking kerasnya, gue gak bisa menghindar dari lemparan bola Sarawat dan alhasil bola itu mengenai kepala gue.

Pandangan gue tiba-tiba buram dan agak kabur setelah mendapat lemparan keras dari Sarawat. Gue yang lagi menopang tubuh Type akhirnya melepaskan rangkulan Type dan menahan diri gue agar tidak terjatuh. Gue bahkan hampir jatuh tersungkur jika saja gue gak megang batu yang ada di sekitar gue. Samar-samar gue bisa ngedenger suara tawa puas Sarawat dan gengnya, Type menggoyang-goyangkan tubuh gue dan berteriak agar gue gak memejamkan mata. Namun, semakin lama pandangan gue semakin kabur dan akhirnya hanya kegelapan yang gue rasa.

________________________________

________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
VACHIRAWIT - BRIGHTWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang