XII. Dog Days are Over (Part 1)

901 94 43
                                    

"Selamat ulang tahun, Jelek!!!"

Perhatian Donghyuck segera jatuh pada piring berisi tumpukan choco pie dengan satu lilin panjang di atasnya. Secepat itu pula instingnya menggerakkan tangan untuk kembali menutup pintu, dengan sedikit keras hingga menimbulkan bunyi dentum.

"Ya!!!" Renjun berteriak. Tidak memedulikan fakta bahwa sekarang masih jam delapan pagi di hari libur nasional. Meski bertepatan hari Sabtu, tentu saja mengganggu tetangga yang mungkin masih tidur.

"Siapa, Hyung?" Adiknya bertanya dari belakang pundak.

"Tukang rusuh. Biarkan saja." Donghyuck membalikkan badan, berniat kembali membersihkan kamarnya (hal yang sangat jarang terjadi!).

"Lee Donghyuck! Buka pintunya!"

Karena takut ditegur oleh tetangga lain, adik bungsu Donghyuck segera membukakan pintu. Renjun memberikan piring 'kue' di tangan pada Jaemin, lalu berlari menyusul temannya ke kamar.

Dia segera memberikan pitingan di leher Donghyuck. "Kurang ajar, ya! Kita sudah bersiap sejak jam enam, tahu?!"

"Ugh!" Donghyuck memukul-mukul lengan Renjun, berusaha keluar dari jeratan maut. Setelah terlepas, dia membalas kalimat temannya. "Kalau kalian bersiap dari pagi, lalu hasilnya kue ketinggalan jaman begitu, pulang saja!"

Renjun kembali menerjang tubuh Donghyuck. Yang hanya berbicara kebenaran! Siapa lagi di tahun 2020 masih menyukai choco pie? Ada banyak kue juga manisan yang lebih menarik untuk dikonsumsi. Bahkan mufin di kafe saja lebih murah daripada tumpukan manisan itu.

Jeno masuk ke dalam kamar. "Kita beli kue, kok. Choco pie itu sudah kadaluarsa."

"Apa?!" Donghyuck berteriak. Tidak terima, dia mendorong tubuh Renjun. "Ya!"

"Ah, Jeno! Jangan merusak rencana," Renjun memutar bola mata, kesal pada Jeno yang tidak pernah bisa diajak kerja sama.

"Maksudmu rencana apa? Rencana membuatku mati? Huh?!"

Anggukan santai dari temannya membuat Donghyuck membulatkan mata tidak percaya. Dia mendorong kasar Renjun agar jatuh dari ranjang.

Setelah bergelut sekali lagi, mereka akhirnya keluar. 'Kue' terkutuk itu kini diletakkan di meja kopi ruang tengah. Lilinnya mulai memendek.

"Sudah, segera tiup saja, Hyuck!" Jaemin terburu-buru menunjuk lilin yang meleleh.

Donghyuck, demi menyenangkan hati teman-teman idiotnya, menutup mata. Mengucapkan harapan lalu meniup lilin.

"Apa akan terkabul dengan lilin di atas kue yang kadaluarsa?" dia bertanya hampa, entah pada siapa.

"Kalau kau mau, kita tiup lilin lagi dengan kue sungguhan." Jeno mengeluarkan kotak kue dengan nama toko terkenal dari tas. Jawaban Donghyuck hanya berupa helaan napas.

"Kau ini kenapa, sih?" Donghyuck menuntut jawaban dari Renjun.

"Jadi, dua hari lalu aku sedang membersihkan dapur dengan Jeno. Lalu dia menemukan kotak choco pie, sudah agak berdebu. Kadaluarsa sekitar tahun lalu."

"Tepatnya Januari 2019," Jeno menambahkan. Membuat Donghyuck meringis.

"Kemudian, kami berdebat soal coklat yang tidak bisa basi. Apalagi dengan pengawet sebanyak itu. Karenanya, aku mengusulkan bagaimana kalau coba dimakan saja. Apakah rasanya masih enak, begitu."

"Aku jadi bahan percobaan, huh? Kalau aku masuk rumah sakit bagaimana, Huang Renjun!" Donghyuck mencekik leher temannya dengan kedua tangan. Mengguncang-guncang tubuh Renjun kesal.

Bye My FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang