Sinar mentari menyeruak masuk melalui celah tenda yang terpasang rapi di halaman tempat para prajurit singgah. Suara kicau burung juga saling bersautan menandakan hari sudah terang.
Terlihat seseorang tengah bergelung melingkar dengan selimut tipis di atas Velbed. Paginya seperti terusik karena sinar yang menyorot tepat mengenai wajah dan suara kicau burung yang berisik.
“Ngh─” Matanya terbuka perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk. Ia bergerak sedikit untuk meluruskan kaki namun yang ia rasakan hanya rasa nyeri yang teramat sangat. Bagian belakang ─punggung hingga kebawah─ terasa kaku, belum lagi area bokongnya terasa nyeri seperti luka bakar saat ia menggerakan kedua kakinya.
“Apa aku berperang?” Batinnya polos saat merasakan rasa sakit yang tak biasa. Seingatnya, ia tak turun langsung di medan perang, ia hanya menunggu di tenda hingga sore tiba, lalu menyiapkan makanan.
“Kau sudah bangun?” Wonwoo menoleh ke arah sumber suara, itu Mingyu yang sudah rapi dengan seragam kebanggaannya. Wonwoo hanya melirik sekilas lalu kembali menyelami pikirannya. Ia masih terlampau penasaran dengan apa yang terjadi; meskipun ia tak mengingat satu detail sedikit pun.
“Wonwoo, kau harus bersiap-siap. Kita akan berangkat lima belas menit lagi.” Ucapan Mingyu membuat Wonwoo terlonjak dari tidurnya, dan sedetik kemudian Wonwoo menyesali hal tersebut. Kini, tubuh bagian bawahnya terasa seperti terbelah dua. Wonwoo hanya diam dan menikmati tindakan bodoh yang telah ia lakukan sendiri.
“Hati-hati.” Mingyu berjalan mendekat. Ia berjongkok tepat di depan Velbed Wonwoo. Tangannya terulur mengusap punggung tangan Wonwoo.
“Sakit?” Wonwoo masih terdiam, berusaha menetralkan deru nafas dan rasa sakit yang masih menjalar. Mengabaikan pertanyaan pria yang ada di depannya.
“Kau tak ingat semalam?” Wonwoo menukikkan alis tajam. Ia membawa ingatannya kembali ke malam setelah ia menyiapkan makanan. Gambaran acak mendadak muncul saat ia menatap tajam ke arah mata Mingyu. Belum lagi bibir tebal pria itu seolah memberikan clue yang sangat signifikan tentang kejadian semalam.
“Aku─” Wonwoo terdiam─masih berusaha mengumpulkan ingatan acak dan menyambungkan menjadi satu. “Aku─”
“Kita bercinta semalam.” Terang Mingyu tanpa beban; bahkan ia masih menyempatkan untuk memberi senyuman.
“Apa?” Mata Wonwoo membola, tubuhnya sedikit bergetar. Penuturan Mingyu membuat gambaran acak yang ia ingat menjadi satu kesatuan memori panjang tentang malam itu. Sontak saja Wonwoo menaikkan selimut tinggi untuk menutupi tubuhnya.
“Kau bercanda?! Tidak mungkin!”
“Maaf.”
Tak terasa bulir bening mulai menggenang di pelupuk mata. Mengingat semua kejadian semalam membuatnya merasa pusing dan malu kepada diri sendiri. Wonwoo menaikkan ujung selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Isakan pelan mulai teredam saat ia menggigit ujung selimut yang masih ia genggam.
“Wonwoo, maafkan aku.” Sesal Mingyu. Prajurit itu mengusap lembut airmata yang masih turun membasahi pipi.
“Bagaimana bisa kau meminta maaf setenang itu.” Gumam Wonwoo namun masih bisa terdengar oleh Mingyu.
“Maaf, aku tak menyesali perbuatanku Wonwoo. Kau membuatku tertarik.” Wonwoo menatap ke arah netra tajam itu, mencari sebuah kebohongan yang biasanya dengan mudah ia temukan. Namun, Wonwoo merasa kesulitan saat membaca mata Mingyu. Tatapan tajamnya seolah menusuk tepat di jantung hati; degupan berisik mulai terdengar saat pandangan mereka bertemu.
“Tidak─”
“Shh, kita harus cepat.” Mingyu memotong ucapan Wonwoo dan memilih membantu pria itu untuk memasangkan kembali seragamnya. Wonwoo masih terisak kecil sembari menerima bantuan Mingyu. Kepalanya tertunduk, belum lagi rasa sakit yang masih menjalar disekujur tubuh─tak sanggup untuk memikirkannya lagi.

ВЫ ЧИТАЕТЕ
Conscript | Minwon
Фанфик[ON-GOING] "Keep it secret, me and you." - Main Pairing: Minwon (Mingyu & Wonwoo) Tags: military, romance, older top, younger bottom Dont set high expectation, i'll bring you to my imagination. Happy Reading!