"Dia"

4.6K 480 25
                                    

"Kak..."

Panggilan halus itu membuat Arsen mengalihkan tatapannya dari kertas di depannya.

"Ya, sayang?"

"Kata oma Leana ada yang menguntitnya, ya?"

Arsen mengangguk kecil.

"Orangnya kamu apakan? Kata oma orang itu hilang begitu saja setelah dia kepergok sama kamu,"

"Aku hanya mengatakan kalau aku akan melapor ke polisi jika dia masih menguntit," ujar Arsen setengah jujur.

Toh, Arsen memang mengatakan hal itu pada dokter Tomo. Saat itu dokter Tomo diam saja dan segera pulang. Tapi, tadi pagi, Dokter Tomo menerima saat kepala rumah sakit memindahkan dia ke sebuah kota di Maluku. Arsen hanya mengatakan pada ayahnya, dia mau dokter Tomo menyingkir sejauh mungkin darinya. Jadi, ya... dokter Tomo dikirim ke sana.

"Sudahlah sayang, jangan dipikirkan lagi!" Ujar Arsen sambil menandatangani satu surat persetujuan untuk dia berikan ke kepala perawat.

Arsen berdiri dan menghampiri kekasihnya itu. Dia memeluk kekasihnya dengan sayang lalu, mengecup kening gadisnya.

"Dia tidak akan mengganggu kalian lagi. Kamu dan oma," ujar Arsen.

Arsen sengaja membuat seolah-olah orang itu menguntit oma Leana, si oma sebelah rumah Naira. Hanya dengan begitu, dia bisa menenangkan Naira sekaligus melindungi Naira.

"Pekerjaanku sudah selesai, ayo kita jalan-jalan,"

Naira mengangguk. Arsen melepas jas putih miliknya. Dia membawa kertas-kertas di mejanya untuk dia berikan ke perawat di ruangan perawat. Arsen menggandeng tangan Naira dan membiarkan banyak mata memandang mereka berdua.

"Aku mau antar ini ke ruang perawat dulu. Kamu mau ikut?"

Naira menggeleng.

"Aku tunggu di sini saja,"

Arsen mengangguk. Dia mengecup kening Naira lagi.

"Tunggu aku, ya,"

Naira hanya tersenyum melihat Arsen bertingkah seolah dia bisa hilang kalau tidak dipesani begitu. Setelah Arsen tidak kelihatan, Naira memilih memainkan ponselnya. Lalu, anak kecil yang pernah bertemu Naira datang.

"Tante cantik!" Panggil anak itu.

Naira tersenyum dan berjongkok di depan anak itu.

"Hai, Albert," sapa Naira.

Anak itu sangat senang. Dia merasa sangat senang saat Naira memanggil namanya.

"Tante cantik lagi nunggu om dokter, ya?"

Naira mengangguk.

"Iya. Albert sama siapa?" Tanya Naira.

"Sama mama sih tadi. Tapi, mama bilang mau ke toilet. Terus aku lita tante cantik. Jadi, aku kesini,"

"Albert kesini sendiri, nanti mama Albert nyariin loh,"

Baru juga Naira berujar, seseorang memanggil Albert. Dia pernah melihat Naira bersama Arsen saat itu. Dia tersenyum pada Naira.

"Apa Albert mengganggu kamu?" Tanya perempuan yang baru berusia 35-an itu.

"Tidak kok, kak. Albert sangat menggemaskan,"

Perempuan itu mengangguk. Mereka jadi berbincang sejenak disana. Saat itulah, dokter Tomo melihat Naira. Dokter Tomo mendekati Naira.

"Ya?" Naira menjawab sambil berbalik saat dia merasakan seseorang menepuk bahunya. Saat itulah tamparan mengenai pipi Naira.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang