These Feeling

246 29 5
                                    

Diana POV

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Sinar matahari pagi mulai menyeruak masuk lewat celah celah kecil gorden yang tersingkap. Aku menggeliat lalu duduk di pinggir bed.

Mataku belum sepenuhnya bekerja dengan benar. Aku mengucek mataku. Tunggu, sepertinya memang mataku tidak bekerja baik pagi ini. Aku melihat sebuket bunga mawar putih di night standku.

Aku menyentuh bunga itu. Oh tidak, ini nyata. Aku mengambil buket bunga itu dan meletakannya di pangkuanku. Ada secarik kertas kecil yang di selipkan. Aku membukanya.

To: Beautiful Quenn.
Thank you.

Kira kira begitulah isinya. Siapa yang memberikanku bunga ini? Aku membacanya sekali lagi. Yang memanggilku Beautiful Queen kan...

OH.

Seketika saja mataku yangtadi masih mengantuk langsung segar. Aku ingin menjerit senang tapi takut ada yang mendengar. Ua sudahlah, efeknya adalah aku jadi senyum senyum semdiri.

Tapi untuk apa ya Harry memberikanku bunga ini? Oh! Berarti ia sudah tak marah lagi padaku! Aku senaaang!

Aku meloncat turun dari bed dan meletakkan bunga tadi di tempatnya semula. Bergegas ke kamar mandi dan mandi pagiii!

Aku senang bukan main!

Selesai mandi, aku mengambil bunga mawar tadi dan menghirup aromanya. Harum sekali. Ya Tuhan, aku suka sekali mawar putih! Aku membaca isi kertas tadi berulang ulang sambil tersenyum.

Tapi isinya adalah ia yang meminta maaf. Untuk apa? Karena Kendall yang sudah memaafkan--

Oh, iya pasti karena itu. Senyumku hilang sudah. Harry memberikanku bunga cantik ini hanya untuk berterimakasih karena Kendall sudah memaafkannya. Itu saja, Diana. Jangan Menganggap berlebihan.

Tapi tak apa, setidaknya akuvtau Harry sudah tak marah lagi padaku. Aku bergegas turun kebawah. Dan...ia ada disana.

"Hai." Sapaku.

Harry menoleh, tersenyum. "Hai." Balasnya.

"Sini kubantu." Kataku. Harry sedang menyiapkan sarapan pagi.

"Diana," panggilnya saat aku sedang mengoleskan mentega pada roti yang akan dibakar, aku menoleh. "Terimakasih." Lanjutnya.

"Untuk?"

"Kendall. Kau tau." Katanya tersenyum. Aku balas tersenyum kecil.

"Sudah seharusnya." Jawabku.

"Aku juga minta maaf atas kata kataku yang kasar malam itu." Kata Harry lagi, kali ini dengan wajah merasa bersalah.

"Aku tau saat itu kau sedang emosi." Jawabku memalingkan wajah pada roti di tanganku lagi.

"Aku tak bermaksud menyinggungmu." Katanya lagi.

"Bisa kita lupakan saja?" Usulku. Masih tetap tak melihat wajahnya.

Harry menghela nafas. "Aku tak bisa." Jawabnya pelan.

"Kenapa tidak?" Tanyaku.

"Diana," Harry menghela nafas lagi. "Aku menyakitimu malam itu." Katanya.

"Aku tak merasa begitu kok, Harr. Lupakan saja, anggap malam itu tidak ada apa apa." Kataku tersenyum tulus.

"Aku--" ucapan Harry terpotong.

"Pagiii." Sapa Niall masih mengantuk. Ia menuju kulkas dan mengambil susu putih.

"Nialler..." Gumam Harry.

"Apa Harr? Kau tak ingin aku mengganggumu dengan Diana? Memangnya kalian sedang apa?" Tanya Niall polos.

Diana ( H.S )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang