Menjaga Mereka

5.4K 487 16
                                    

Rumah keluarga Dimitra, 7 malam,

Naira duduk di meja makan bersama dengan saudara-saudara Alesha. Tambahan ada Keannu disana. Kini semua tatapan tertuju pada Naira. Naira hanya bisa tersenyum kecil.

"Besok ajari aku memasak lagi, ya?" Pinta Alesha.

"Hah? Tidak terima kasih..." tolak Naira dengan cepat.

"Nai..."

"Tidak. Lebih baik kamu ikut kursus memasak saja,"

"Lebih enak kalau belajar sama teman sendiri..."

Naira langsung melirik Arsen. Berharap pria itu membantunya. Yang ada malah Arsen sedang menatap dirinya dengan raut yang entahlah. Lalu, tak lama Arsen berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah Naira. Mereka memang duduk berseberangan.

"Kenapa kak?" Tanya Alesha.

Arsen tidak menjawab. Dia hanya mengulurkan tangannya dan meletakan punggung tangannya di kening Naira.

"Demam sedikit. Nanti setelah makan kamu minum obat dulu, sayang," ujar Arsen.

Arsen lalu menggeser badannya untuk menatap adik bungsunya.

"Alesha sayang yang cantik sekali... kamu kakak bayarkan kursus saja, ya?"

"Tapi, kak..."

"Aira itu tidak boleh terlalu lelah, sayang. Kamu kan belum paham sama sekali tentang dapur jadi, pasti akan sangat melelahkan jika kalian berdua memasak bersama lagi. Begini saja, kamu belajar di kursus dulu, lalu setelah itu kamu memasak bareng Aira lagi, ya?" Ujar Arsen dengan lembut sambil mengusap rambut Alesha.

Alesha melihat Naira yang memang nampak kelelahan. Dia mengangguk. Dia malah memeluk Naira dan meminta maaf pada Naira. Naira sendiri tidak masalah sebenarnya, kalau Alesha tidak terlalu polos soal dapur. Masalahnya, mencuci beras saja dia tidak bisa. Lalu, menumis bawang putih saja dia melempar spatula dan kabur bersembunyi di belakang Naira.

Naira saja sampai tidak berani melihat ke dapur saat ini. Dia kasihan pada ART di rumah ini. Pasti ART itu sedang merapikan kekacauan di dapur. Dapur menjadi seperti bekas arena perang karena Alesha.

"Sudah-sudah... lebih baik kita makan," ujar Alvaro dengan sedikit tidak yakin.

Arsen kembali ke kursinya. Arsen melihat Ella, putri Ardan mengambil ayam tumis di meja yang warnanya agak aneh. Sewaktu Ella mau memasukkan makanan itu ke mulutnya, Ardan langsung menahannya. Ardan memasukan ayam di garpu putrinya ke mulutnya dengan cepat. Membuat semua orang kini menatap ke arah Ardan.

"Lumayan... agak asin sih..." ujar Ardan.

"Masih keasinan ya kak? Padahal tadi sudah sengaja di kasih air sama gula lagi," ujar Naira.

"Nggak apa Nai, masih bisa dimakan sama nasi kok. Kalau pakai nasi nggak terlalu pas rasanya,"

Naira mengangguk. Mereka mulai makan malam mereka. Saat melihat ke sup di dalam mangkuk mereka bingung. Sup itu agak kental dan kenampakannya sangat aneh. Tapi, rasanya tidak terlalu buruk.

"Ini sup krim?" Tanya Arman.

"Bukan kakak!" Protes Alesha.

"Hah? Bukan toh?"

"Bukan. Itu sup daging,"

"Kenapa kental begini?"

"Itu... aku tadi potong kentangnya ketipisan. Terus langsung aku masukin ke dalam panci sebelum dagingnya empuk... jadi, ya... hancur deh kentangnya kayak bubur," ujar Alesha menjelaskan.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang