Membuat Perhitungan

4.5K 436 17
                                    

Sudah seminggu Arsen tidak datang ke rumah sakit. Arsen meminta cuti dan tidak berniat pergi ke manapun. Dia hanya mengunjungi Naira untuk sejam atau dua jam dan kembali lagi ke rumah. Alvaro sampai dibuat sakit kepala dengan tingkah putranya. Alesha sendiri merasa risih saat sang kakak tidak beranjak sama sekali kemana pun.

"Kak, Alesha pergi ke kantor Kean dulu," pamit Alesha dan Arsen hanya mengangguk.

Arsen memilih duduk di halaman belakang dan menghela kecil. Panas terik tidak membuat dia beranjak dari halaman. Dia tetap duduk disana dan menatap kosong ke arah beberapa tanaman bunga yang masih terjaga sampai saat ini.

"Mami... Arsen harus bagaimana?" Tanya Arsen.

"Apa Naira benar-benar tidak akan meninggalkan Arsen, mi?"

Hanya semilir angin di tengah teriknya matahari yang menyahuti Arsen. Arsen menunduk dan menutup wajahnya dengan kedua telapam tangannya.

"Arsen takut, mi..." lirih Arsen.

Entah berapa lama dia disana. Yang jelas, saat ada langkah kaki mendekat, Arsen langsung mengangkat kepalanya.

"Tuan," panggilan itu membuat Arsen menegakkan badannya.

"Ada apa?"

"Viko baru saja melapor, tuan Eren diganggu kembali. Kali ini agak parah,"

Arsen memejamkan matanya. Dia tidak heran kalau Eren dan Lisa marah padanya. Lihat saja apa yang Eren dan Lisa alami karena Arsen. Arsen berdiri dan berbalik. Dia berjalan masuk ke dalam rumahnya.

"Siapkan mobil, lima menit lagi kita berangkat," titah Arsen.

Arsen masuk ke kamarnya. Menukar pakaian rumahnya dengan celana jeans dan juga kemeja berwarna biru gelap. Arsen mengambil jas miliknya dan memakai arlojinya. Dia segera beranjak menuju ke sekolah Eren. Setengah perjalanan, Angga menerima panggilan dari Dimas.

"Apa yang Dimas katakan?" Tanya Arsen saat Angga menutup teleponnya.

"Dimas mengatakan, nona Lisa saat ini bersama tuan Eren. Mereka diganggu oleh siswa dan juga beberapa orang dari luar sekolah,"

"Luar sekolah?"

"Menurut perkiraan Dimas, itu adalah anak kuliah,"

Arsen mengeraskan rahangnya. Dia kesal bukan main. Supir Arsen tahu itu dan dia segera mempercepat laju mobilnya. Saat mobil Arsen berhenti di depan sekolah, saat itu dia melihat Eren sedang berkelahi di luar sekolah. Arsen keluar. Dia mendekati Eren dan Lisa. Dengan santainya dia menahan tangan seseorang dan memelintirnya ke belakang. Mengunci pergerakan orang itu.

"Kak Arsen," panggil Lisa.

Arsen melemparkan orang itu. Dia berdiri di depan Eren dan Lisa.

"Siapa yang menyuruh kalian?" Tanya Arsen.

Para siswa dan mahasiswa itu diam. Mereka hanya saling melirik. Arsen sebenarnya membuat mereka takut hanya dengan menatap mereka.

"Kalian mengusiknya terus menerus selama sebulan belakangan ini. Kalian pikir saya tidak tahu?" Tanya Arsen lagi.

Ucapan Arsen membuat mata Eren melebar karena kaget.

"Ada masalah kalau saya melamar kakak dari Eren dan Lisa? Memangnya ada peraturan tertulis atau tidak tertulis tentang saya tidak boleh melamar orang yang saya cintai?" Tanya Arsen lagi.

"Oh, kalian masih bocah. Tidak mengerti tentang cinta. Mohon maaf kalau begitu,"

Arsen melirik sebuah mobil mewah yang nampak berhenti tak jauh dari mereka Arsen merentangkan tangan kirinya dan menunjuk ke arah mobil itu.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang