EPILOGUE

116K 1.5K 1.6K
                                    

Hening. Kali ini, tak terdengar suara Sri yang sebelumnya meraung meminta ini semua di akhiri, Sugik melihat perempuan itu dalam kondisi paling mengenaskan, tubuhnya bermandikan darah, dengan rambut acak-acakan yang menutupi sebagian dari wajahnya, Sri tampak putus asa, tak pernah Sugik duga sebelumnya semua ini akan menjadi lebih kacau dari apa yang Sugik bayangkan sebelumnya.

Sugik melihat Sri, ada keinginan untuk melepaskan perempuan itu dari jeratan yang menyiksa tubuhnya di tiang kayu di dalam aula utama keluarga Kuncoro, Sugik tahu bahwa apa yang dia lakukan ini adalah bagian dari perintah bila ingin mengakhiri segala tragedi busuk di dalam rojot yang pernah dia dengar dari mulut pemuda itu, setidaknya perasaan yang sudah lama menggumpal di dalam hatinya akan terbalaskan, pemuda itu berkata kepada Sugik, semua akan mendapat pembalasan setimpal dari apa yang sudah mereka tuai selama hidup, satu persatu kutukan akan datang menemui mereka.

Sugik mendekati Sri, ia melihat perempuan itu yang sudah dalam kondisi di ujung maut, nafasnya tersenggal, bola matanya sudah terlalu lemah untuk melihat Sugik, sebelum Sugik melangkah pergi dari tempat ini dan mengakhiri semua tragedi ini ia mengatakan kepada Sri untuk terakhir kalinya, sebuah pesan perpisahan "aku harus pergi Sri, aku benar-benar minta maaf sudah melibatkanmu sampai sejauh ini, tapi percayalah kelak kau akan mengerti bahwa ini adalah bagian yang harus aku mainkan".

Sugik mengakhiri pekerjaannya hari ini, ia mulai mengguyur seluruh tempat ini dengan bensin yang sudah ia persiapkan sebelumnya, Sri mengerang, memohon namun kata-katanya tak sampai di telinga Sugik namun Sri berusaha lebih keras, ia berusaha memberitahu Sugik tentang sesuatu, sesuatu yang teramat sangat penting, Sugik melihat Sri untuk terakhir kali sebelum melemparkan korek api dari dalam kantong celana miliknya, kobaran api menjalar memenuhi tempat ini, lidah api mulai membakar lantai kayu yang berlumurkan genangan darah, Sugik pergi meninggalkan Sri seorang diri di tempat ini. Sayup-sayup dari pandangan Sri, ia melihat seekor kambing hitam mengawasi dirinya dari balik bara api yang menyala—nyala Bokolono datang menemui dirinya.

****

Terdengar suara langkah kaki di lorong kayu, seorang wanita yang menutupi dirinya dengan sehelai kain tengah menyusuri anak tangga, di sana ia berhenti sejenak sebelum mengetuk pintu dengan plat besi yang tergantung di pintu, "tok tok tok" sayangnya tak ada jawaban yang ia terima, namun wanita itu tahu bahwa yang sedang dia cari ada di balik pintu ini, entah bagaimana caranya wanita itu mendorong pintu kayu yang terlihat sangat tua, lebih tua dari pintu-pintu kayu yang pernah dia lihat sebelumnya.

Suara Krieeek dari pintu kayu terdengar, Ia melangkah masuk ke dalam sebuah ruangan gelap gulita yang tersembunyi di dalam pondasi sebuah rumah megah di salah satu tempat terasing, pintu tiba-tiba tertutup dengan sendirinya menimbulkan suara berdebam yang akan membuat orang terkejut bila mendengarnya namun si wanita misterius ini tampak tak bergeming dari tempatnya berdiri, ia melanjutkan langkah kakinya menyusuri lantai kayu di mana bisikan-bisikan ghaib mulai terdengar di telinganya.

Beberapa kali terlihat rupa dari boneka-boneka yang menyerupai Rangda, Celuluk, sampai Barong berdiri di hadapannya, boneka-boneka itu terlihat seakan-akan hidup namun tak mengendurkan keberanian dari wanita ini yang terus menerus berjalan mengesampingkan kengerian yang menyelimuti dirinya saat dari jauh mulai terdengar suara sesuatu yang saling menggesek satu sama lain, menyerupai suara dari seseorang yang sedang menenun.

Semakin lama, suara itu semakin terdengar jelas di telinganya, bayangan hitam yang selama ini terbentang di hadapannya perlahan mulai menghilang di mana di satu titik di ruang paling dalam mulai terlihat sosok wanita lain berambut panjang tengah bersila sembari menenun, ia mengenakan gaun panjang berwarna putih bersih, tangannya elok memainkan jarum-jarum yang terlihat seperti sumpit, ia memintal benang berwarna kehitaman menyerupai rambut tersulur yang warnanya nyaris sama hitamnya di telan ruangan gelap ini saat wanita itu mendekati sosok misterius yang kini ada di hadapannya,  ia mendengar dia berbicara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JANUR IRENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang