11. Dua Rasa

358K 40.3K 52.3K
                                    

FOLLOW INSTAGRAM AKU: alaiaesthetic & radenchedid (cadangan). Biar engga ketinggalan info tentang ceritaku! 🤍

 Biar engga ketinggalan info tentang ceritaku! 🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11. Dua Rasa

Luka di kaki Ragas membuatnya sulit banyak bergerak. Jadi dia hanya duduk di sofa bersama dua perempuan yang mulai mendekatinya.

Ragas selalu bersikap santai dan welcome pada siapapun. Dia sama sekali tidak keberatan ketika makhluk cantik itu menggoda bahkan merayunya —asal masih tau batas.

Di tangan Ragas terdapat segelas minuman rendah alkohol, karena dia tak berminat mabuk berat untuk malam ini.

"Boleh, Cantik," ucap Ragas ketika salah satu perempuan meminta ponselnya.

Perempuan itu mengetik nomor pribadinya untuk ditelepon menggunakan identitas Ragas. Percayalah, daftar nomor cewek sudah segudang di hape Ragas.

"Call me later. See you, Baby boy." Perempuan itu pergi setelah meminjam ponsel Ragas.

Sekarang hanya ada satu cewek di samping Ragas. Dia diam mengamati Ragas yang sedang menyesap sedikit demi sedikit minumannya.

Merasa diperhatikan, Ragas otomatis menoleh ke arahnya. Ia memberi senyum miring dan juga tatapan tanya. Ragas berkata, "Kenapa? Terpesona?"

Cewek tadi tertawa kecil. Tawanya merdu, wajahnya manis tapi tatapan nakalnya tak bisa disembunyikan. Ini merupakan kombinasi yang membuat Ragas penasaran.

Secara perlahan, cewek itu mempersempit jarak mereka. Dia menyentuh dada Ragas dan mengelusnya pelan ke arah bawah dan berhenti di perut. Sensasi yang Ragas rasakan adalah sedikit merinding.

Ketika cewek itu menjilat dan menggigit bibir bawahnya, Ragas refleks menelan air liurnya sendiri. Suhu ruangan ini dingin, tapi mendadak jadi panas.

"Sayang," bisik cewek itu, ia juga memainkan mata dengan Ragas.

Ragas menarik napas dalam-dalam dan terkekeh. Dia sangat paham gadis ini sedang 'memancing'nya. Namun Ragas masih tak berkutik apapun, dia tidak membalas, hanya menikmati permainan gadis yang tak ia kenal ini.

"Ada kamar kosong di belakang. Mau?" Cewek ini berucap, suara seraknya membuat Ragas makin menegang.

Ragas terkekeh lagi. Ia bergeser sedikit untuk menjauh dan berujar, "Kalo bisa di sini, kenapa harus ke kamar?"

"Aku mau berdua sama kamu, Sayang." Cewek itu membalas.

"Seruan rame-rame daripada berdua, Manis." Ragas menyambar lagi.

Kini cewek itu tertawa sambil mencubit ringan pipi Ragas. "Lucu banget. Aku baru ketemu kamu langsung sayang jadinya," ujarnya.

"Alhamdulillah ya," sahut Ragas.

ALAÏA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang