20.

1K 147 51
                                    

Veranda sulit tidur di malam hari, kemudian mengalami mimpi buruk. Sebelum tidur, dia selalu memastikan pintu dan jendela kamarnya tertutup dengan aman dan rapat.

Tapi karena terlalu banyak minum, Veranda harus terbangun untuk buang air kecil. Dan sejak terjaga, dia akan mengecek semua kunci di kamarnya.

Saat hendak menarik selimut pupil mata Veranda tak sengaja menangkap layar monitor yang berkedip di dekat jendela kaca besar itu. Dia yang penasaran akhirnya mendekati sumber cahaya tersebut.

Tampak jelas ruang kamar Keynal dalam keadaan redup. Veranda juga mengamati seseorang yang terbungkus selimut dalam posisi telungkup, yang dia yakini sosok itu Keynal.

Namun sesaat setelahnya Veranda mulai merasakan hal yang ganjil. Disana Veranda mendapati tempat tidur Keynal awut—awutan, sprei dan selimut tampak kusut, seperti telah terjadi pertempuran hebat di sana.

Karena penasaran dengan apa yang terjadi sebelumnya. Dia pun memutuskan untuk memutar ulang rekaman CCTV  di kamar Keynal.

Saat jarinya hendak menekan tombol ‘playback’, tahu—tahu listrik di rumahnya seketika mati. Ruangan pun menjadi kelam keciap.

Sontak Veranda segera menggapai smartphonenya di samping komputer. Dia menyalakan flash camera ponselnya lalu turun ke dapur, guna mengambil cemilan pengganjal perut.

Veranda mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru dapur yang tampak gelap gulita. Saat berjalan menuju kulkas Veranda dikejutkan oleh sosok laki—laki yang berdiri di samping meja bar.

Veranda tercengang dikarenakan sosok laki—laki di hadapannya itu tidak memakai baju, alias bertelanjang dada. Bagian bawahnya dia hanya mengenakan boxer brief  hitam yang amat kontras dengan kulit putihnya.

Karena merasa terancam seban ada orang asing di rumahnya. Dengan sekejap mata, Veranda mengarahkan flash cameranya, hingga mengenai muka si pemuda yang tak lain adalah Keynal.

Keynal menutup wajah dengan sebelah tangannya, lantaran merasa terganggu dengan lampu ponsel yang terus menusuk mata.

Veranda yang menyadari sosok itu adiknya, segera insaf dan menurunkan ponselnya. Dia maju dua langkah di hadapan Keynal lalu berucap, Keynal, ngapain sih, ngana disitu?

Lo, gak liat, gue lagi minum susu! Keynal mengangkat kotak susu full cream di tangan kanannya. Manis, creamy dan gurih melebur menjadi satu saat Keynal mengecap rasa dengan lidahnya.

Keynal lalu menatap Veranda dengan terheran—heran. Lo sendiri, ngapain dimari?

Lapar!

Veranda menaruh ponselnya diatas kitchen set, sebagai penerangan dan beralih menyalakan kompor guna membuat coklat panas untuk dirinya sendiri.

Sementara Keynal memilih menaikkan bokongnya dan duduk diatas pantry. Dalam waktu singkat secangkir coklat panas sudah siap untuk dinikmati.

Tak lupa, Veranda juga mengambil sepiring kue keju di dalam kulkas. Lalu kembali menghampiri Keynal. Setelah diamati lebih cermat, ternyata rambut Keynal basah.

Ya dia baru menuntaskan ritual mandi wajibnya, seusai melakukan kegiatan bercocok tanamnya dengan Naomi.

Lo, abis mandi ya, malam—malam begini?

Veranda melongok jam tangan biru yang melingkar cantik, di pergelangan kanannya. Waktu menunjukkan pukul tiga dini hari.

Keynal menjawab dengan tenang. Hmmm ya, soalnya ngerah aja di kamar.”

Keynal akhirnya menenguk habis sisa susu di tangannya. Selesai, gue balik ke kamar duluan ya! Dia meletakkan kotak susu itu di atas meja, dan berniat melangkah meninggalkan Veranda.

Tapi dengan sigap Veranda mencekal lengan sang adik. Eh,,, Keynal tunggu, bisa temenin gue sebentar, gue lagi lapar banget soalnya.”

Setelah menimbang beberapa detik, Keynal pun mengangguk pelan. Oke, gimana kalo kita ngobrolnya disana aja!

Keynal menunjuk sebuah ruangan. Veranda pun mengiyakan. Mereka berdua pergi ke ruang tengah yang mana tempat itu merupakan ruang keluarga.

Eh, mau ngapain? Veranda menyimak langkah Keynal yang bergerak meraih remote di atas meja.

Nyalahin tipilah, mau nonton pilem.”

Veranda tersenyum geleng—geleng. Lo lupa, sekarang ‘kan mati lampu.”

Oh iya, kok gue, jadi pikun gini, ya?!

Keynal langsung tepuk jidat dia lalu duduk di atas sofa. Veranda mengangkat bahunya, cekikikan menyaksikan tingkah konyol Keynal.

Gadis itu duduk di samping Keynal, sembari mengunyah sesendok kue keju yang manis dan gurih di lidah. Gue juga heran, kenapa harus mati lampu coba?

Keynal lantas menoleh menatap Veranda dari dekat. Tadi sih pas turun, gue dengar sirine damkar lewat depan rumah. Mungkin terjadi kebakaran besar, karena itu aliran listriknya dipadamkan.” Veranda hanya mangut—mangut mendengar penjelasan Keynal.

Seekor cicak pengintai dibalik jam dinding, seolah menguping pembicaraan keduanya. Bintang berkedip setia menemani rembulan yang tengah menyoroti lorong—lorong gelap di luar sana.

Lo kenapa sih, nggak pake baju.” Si adik hanya diam saja. Veranda memandangi dada Keynal.

Frustasi? Jelas dia sangat frustasi. Perut Keynal memang rata, tidak seperti aktor laga atau CEO yang biasa Veranda saksikan di layar kaca.

Namun meski begitu, senyum manis Keynal, kian berkeliaran di pikirannya saat ini. Sosok Keynal selalu mampu membuat Veranda horny.

Nal, lo ngak takut?

Takut apa?

Ada hantu.”

Oh, gak, paling kalo ada dedemit, lo yang akan ditelan duluan.”

Ihhh Keynal, jahat banget sih! Veranda menjambak rambut pendek Keynal, hingga mengaduh kesakitan.

Agrkh gilu, kok gue dianiaya sih? Keynal memegangi tangan Veranda yang terus menarik rambutnya.

Lo sih, doanya gitu banget, aku nggak suka ya.”

Bener ‘kan, kalo ada setan, lo yang bakal diseret duluan, karena lo itu penakut!

Isshhh,,, mana ada.”

Veranda melepaskan tangannya dan pura—pura merajut, sontak membuat Keynal tersenyum samar—samar.

Suara Veranda yang halus nan lembut ditambah wajahnya yang kalem, entah mengapa selalu sukses membuat Keynal terlena. Hingga kini dia merasakan kantuk yang luar biasa.

Menurut Keynal, Veranda adalah sosok gadis yang mendekati kesempurnaan.

Keynal menguap beberapa kali, lalu perlahan dia memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di sofa. Membuat Veranda sedikit menggeser tempat duduknya.

Veranda meletakkan piring kuenya diatas meja. Setelah Keynal benar—benar terlelap. Veranda menyusul Keynal dengan berbaring di sampingnya.

Veranda menjatuhkan kepalanya di dada Keynal. Dia mulai membenamkan wajah di ceruk leher Keynal. Sebelah tangan Veranda memeluk erat pinggang sang adik. Sementara salah satu kakinya menindih kedua paha Keynal.

Deru napas dan detak jantung Keynal, terdengar begitu syahdu memutari daun telinga Veranda.

Tak perlu terlampau jauh memikirkan, apakah Keynal akan menjadi miliknya atau tidak. Yang pasti Keynal akan selalu menjadi cinta dalam hidup Veranda, selamanya.

🎬 8 Juli 2020

Better With You [VENAL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang