20# Bittersweet

1.3K 243 43
                                    

Joohyun terus saja mondar-mandir, jelas terlihat tidak tenang. Ponsel itu terus didekatkan pada telinga, mencoba untuk yang ke sekian kali untuk menghubungi sang adik. Wanita itu terus dibuat resah, ia yakin di tempat Tzuyu berada matahari sudah lebih tinggi untuk menyudahi kegiatan tidur seseorang, dan sejauh yang ia tahu, Tzuyu bukan tipikal orang yang akan betah menghabiskan pagi di akhir pekan dengan nyaman di balik selimut.

Sudah sejak semalam ia dibuat khawatir, saat kembali dari toilet namun tidak menemukan keberadaan dua orang yang sebelumnya ia minta untuk menunggu. Ah, dan jangan lupakan perubahan sikap Jungkook semalam.

Ia masih mencoba menelepon Tzuyu dan Jungkook bergantian. Setelah kembali sejak lima menit lalu, Joohyun tidak menemukan keberadaan suami dan adiknya, hanya sebuah koper dan tas jinjing cukup besar yang teronggok di lantai begitu saja.

Joohyun mendesah, menyesali kekompakan Jungkook dan Tzuyu dalam kecerobohan. Walau tempat ini memiliki keamanan ketat, bukankah meninggalkan barang begitu saja sama seperti memberi hadiah pada orang jahat?

"Jungkook?" tanya Joohyun memburu pria yang berjalan gontai ke arahnya, lelaki itu hanya tersenyum, "Kau dari mana? Dan di mana Sally?"

Jungkook menatap Joohyun sebelum menelan salivanya, berusaha mengendalikan diri setelah kejadian tadi.

"Sally, tadi aku baru saja mengantarnya."

"Mengantar?" Jungkook mengangguk, "Ke mana?"

"Aku juga tidak tau, tapi tadi Sally terburu-buru, mungkin ada hal penting yang menyangkul kuliahnya, aku tak sempat bertanya."

Jantung Jungkook mencelos, melihat anggukan dan kepercayaan Joohyun yang dengan mudah ia dapatkan justru membuatnya sangat tertampar. Bayangan Tzuyu kembali melekat, bagaimana gadis itu ketakutan dan dengan besar hati Jungkook akui sekarang, ia tak lebih dari seorang bedebah yang payah.

"Aku sempat khawatir, kalian tidak ada dan tak ada satu pun yang mengangkat telepon dariku."

"Ah, itu. Aku melupakan ponsel di sini." Jungkook membungkuk, membuka tas jinjing dan menunjukkan ponselnya pada Joohyun, wanita itu mendesah lalu mengusap lengan suaminya lembut.

"Syukurlah, aku kira kalian mengalami hal buruk."

Bahkan ini lebih buruk dari yang kau bayangkan, Irene. Kalimat Jungkook bersuara dalam hati.

"Jungkook, kau tidak apa-apa?" lelaki itu menggeleng lemah, ia beralih duduk membuat Joohyun mendaratkan tubuh di sisinya, "Kau yakin? Kita bisa menunda keberangkatan--"

"Dan membuatnya berantakan? Kau dan Sally akan kecewa, tidak apa, aku baik-baik saja." Joohyun tersenyum, mengangguk menyetujui. Ia teringat bagaimana adiknya begitu antusias mendengar kabar bulan madu yang akan mereka jalani.

Berbanding terbalik dengan Joohyun yang terlihat sangat bahagia, semua hal menyangkut lelaki bermarga Jeon itu jelas muram adanya. Pandangannya kosong, seperti tak menemukan titik kehidupan dan pengharapan di sana, penuh keputusasaan dan luka.

Tentu, karena tak pernah ada yang bisa dengan mudah menerima ketika orang yang dicintai bisa saja membalasnya dengan benci.

"Ke mana Sally? Kebiasaan yang tidak pernah berubah, dia selalu saja membuatku khawatir." Joohyun kembali menyerah untuk menghubungi adiknya, walau enggan tangan itu bergerak untuk menyimpan ponsel yang sejak tadi ia gunakan.

Joohyun duduk lesu, menatap malas ke arah jendela yang menampilkan langsung pandangan laut biru, hal yang akan sangat memikat jika saja semua baik-baik saja. Tentu, baik menurut Joohyun ketika ia bisa memastikan Tzuyu dalam kondisi demikian.

An Dara [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang