Kenneth - Dimitra - Eginhardt

5.2K 475 35
                                    

Lima hari berlalu sejak hari dimana Naira bertemu pria tua itu. Penjagaan di rumah Naira semakin di perketat. Eren dan Lisa sudah dijelaskan oleh Arsen. Jujur saja, Arsen terkejut saat dia datang ke rumah Naira hari itu. Saat itu, dia pikir Eren dan Lisa akan mengusirnya. Tapi, ternyata Eren malah meminta maaf padanya. Lalu, Lisa? Anak itu memeluk Arsen dan menangis kuat di pelukan Arsen.

Saat Arsen menjelaskan maksudnya menikahi Naira lebih cepat pun, kedua anak itu tidak menolak. Mereka malah berpikir itu memang lebih baik. Hal baru yang membuat Arsen terkejut juga marah adalah kenyataan kalau pria itu sudah meneror mereka sejak dua minggu lalu. Arsen langsung saja meminta kakaknya mengirimkan banyak sekali pengawal untuk menjaga Naira dan kedua adiknya.

Lalu, kini Arsen tengah berdiri di depan restoran di salah satu hotel bintang lima di Singapore. Dia terpaksa datang ke Singapore karena pria tua itu terus berujar akan kembali ke Jakarta jika Arsen tidak menemuinya.

"Maaf saya terlambat," ujar Arsen dengan bahasa inggrisnya saat dia sampai.

Pria itu menatap Arsen dengan raut tidak tertarik.

"Langsung pada intinya saja," ujar pria tua itu.

Pria itu mengulurkan sebuah kertas kosong yang Arsen yakini adalah Cheque.

"Lepaskan putriku dan kau bebas menulis jumlah berapa pun di kertas itu,"

Arsen menatap dengan raut datarnya. Dia lalu mengambil pulpen di meja dan menuliskan sebuah nominal di lembar pertama. Arsen merobeknya, lalu menulis lagi di lembar berikutnya sampai akhirnya ada empat lembar yang tertulis sejumlah nominal disana.

"Itu semua yang kau minta? Tidak masalah. Akan aku berikan asal kau melepaskan putriku," ujar pria itu sambil mengambil kertas-kertas di meja untuk dia tanda tangani.

Arsen mendengus dan tersenyum miring sebelum dia mengambil kertas-kertas di meja itu.

"Ini adalah nominal uangku di bank Singapore," ujar Arsen sambil merobek kerta pertama bertuliskan tak kurang dari 250 juta.

"Ini, jumlah uangku di bank Hongkong," ujar Arsen sambil merobek satu lembar lagi dengan nominal 200juta.

"Ini... jumlah uangku di bank inggris," ujar Arsen sambil merobek sebuah kertas lagi dengan nominal 365juta.

"Lembar pertama dan kedua membawa kata US dollar di belakangnya. Lembar ketiga membawa kata pound sterling di belakangnya," ujar Arsen dengan santai. Dia menyesap kopi yang baru saja dia pesan.

"Lalu, yang ini," ujar Arsen sambil mengambil lembar terakhir. Lembar yang pertama kali dia tulis.

"Ini uang saku dari ayahku selama sebulan," ujar Arsen.

Kertas yang Arsen tunjukan memiliki nominal 3.500.000. Pria tua itu masih terdiam menunggu kelanjutan ucapan Arsen. Mengingat beberapa lembar sebelumnya tertulis dalam bentuk mata uang asing bukan mata uang Indonesia.

"Oh, tenang saja ini hanya jumlah kecil, kan? Tapi, ini jelas bukan jumlah rupiah. Ini jumlah euro yang ayahku berikan padaku dan saudara-saudaraku setiap bulannya. Pembagian yang adil dari keuntungan perusahaan kami di Eropa,"

Pria tua itu meneguk ludahnya dengan kasar. Dia tidak menyangka Arsen akan mengatakan hal seperti itu.

"Jadi, apa aku harus menuruti perkataanmu dan menulis nominal yang pastinya tidak akan seberapa itu?" Tanya Arsen.

"Tapi, dia putriku! Aku berhak atas dirinya,"

"Oh? Berhak? Darimana kau mendapatkan kata-kata terkutuk itu? Kau bahkan tidak ada di sisinya di saat tersulitnya. Seperti yang dia sudah katakan padamu kemarin. Dia tidak memiliki orang tua manapun selain kedua orangtuanya yang sudah wafat,"

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang