Penyesalan Arsen

5.4K 516 36
                                    

Hari ini Naira akan mengunjungi suaminya di tempat kerja barunya. Naira memang diminta untuk mengantarkan makan siang sih sama sang suami. Karena itu, dia sedang bersiap-siap sekarang. Oh, kedua adik Naira baru saja lulus minggu kemarin. Mereka sedang mencari tempat kuliah yang bagus.

Arsen mendukung mereka. Bahkan dia membantu Eren membujuk Naira agar Eren bisa kuliah di paris.

"Kak,"

Naira menoleh. Dia melihat Eren sudah berdiri di depannya.

"Kenapa Eren?"

"Kakak rapi banget. Mau kemana?"

"Ke tempat kakak iparmu. Lagi pula ini nggak rapi, kok. Cuma dress putih aja,"

Eren mengangguk. Dia kemudian menyodorkan jaket jeans ke arah Naira.

"Buat apa?" Tanya Naira.

"Siapa tahu butuh,"

Naira terkekeh dan mengambil jaket itu. Naira berangkat ke rumah sakit dengan kotak makan di tangannya. Dia diantarkan oleh supir sekaligus pengawalnya. Saat sampai di rumah sakit, Naira langsung berjalan ke dalam dan membalas sapaan beberapa pegawai di rumah sakit itu.

Lift di rumah sakit itu memang melewati ruangan suster lebih dulu. Saat itulah Naira mendengar suara yang tidak asing di telinganya. Suara perawat magang yang sempat melemparkan bendera perang secara terang-terangan padanya.

"Iya dong. Istrinya dokter Rio itu masih bocah... mana bisa dia ngerti apa yang suaminya mau..." ujarnya.

"Saya dengar, dokter Rio sangat menyayangi istrinya. Siapa pun tidak boleh mengusik istrinya,"

"Halah! Cuma gosip! Buktinya kemarin istrinya nyusulin ke acara perpisahan. Sepertinya dia takut dokter Rio berpaling,"

"Terus bagaimana mukanya dokter Rio?"

"Ya... gimana sih kalo kita lagi santai terus digangguin? Kurang lebih seperti itu wajah dokter Rio waktu itu,"

Naira terkejut saat merasakan tepukan di bahunya. Naira menoleh dan mendapatkan kecupan di bibirnya. Hampir dia menampar orang di sebelahnya itu jika dia tidak menyadari orang itu adalah suaminya.

"Punya hobi baru, sayang?" Tanya Arsen sambil memeluk pinggang Naira.

"Iya. Hobi baru. Mengupingi orang yang membicarakan tentang kita dengan bumbu sambalado," ujar Naira.

Arsen terkekeh geli. Mereka masih di depan pintu ruangan perawat. Arsen dan Naira saling berbisik saat berbicara. Arsen mendengarkan dengan jelas apa yang dibicarakan orang-orang di dalam ruangan itu. Tak lama kemudian, Reihan datang entah dari mana. Dia menepuk dahinya saat mendengar percakapan di dalam.

"Sayang," panggil Arsen.

"Hm? Kamu sudah lapar?"

Arsen mengangguk. Walau pun dia belum terlalu lapar, dia hanya tidak mau istrinya mendengar ucapan sampah dari orang di dalam. Naira kemudian mengangguk kecil. Saat Arsen mau membawanya ke ruangannya, Naira malah menarik Arsen untuk masuk ke dalam sana. Ruang istirahat para perawat.

"Sayang..."

"Kenapa?"

Arsen menghela kecil. Istrinya jadi sangat pemberani sejak menikah dengannya. Lihat, belum juga Arsen mengiyakan, istri kecilnya itu sudah membuka pintu lebar-lebar. Membuat semua orang di dalam terkejut dan terlonjak kaget. Bahkan ada yang terbatuk-batuk karena tersedak.

"Selamat siang semuanya," sapa Naira.

Naira masuk dan duduk di kursi kosong di ruangan besar itu. Dia meletakan tas kecil yang dia bawa. Arsen dan Reihan menyusul di belakang. Arsen duduk di sebelah Naira sedangkan Reihan duduk di seberang Naira.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang