14. Can't sleep

157 4 0
                                    

Leo pikir semua akan berakhir jika sudah sampai di rumah. Belum juga turun dari motor sudah ada 3 orang yang menunggu di teras sambil menatap nya tajam. Leo mengamati jam yang terpasang di tangan kirinya, pantas saja mereka seolah menuntut penjelasan. Ini sudah hampir jam satu malam. Astaga sekarang Leo benar-benar merasa seperti anak gadis yang nakal.

"Assalamualaikum bun-"

"Kenapa baru pulang jam segini?!"

Bisa gawat jika bundanya benar-benar marah, bisa kelar hidup Leo. Marah nya orang sabar itu lebih menakutkan daripada harus masuk ke rumah hantu sendirian.

"Oke Leo jujur bun, tadi Leo emang ambil jalan yang agak jauh daripada jalan yang deket. Terus nggak sengaja ada orang kecelakaan, nggak tau nya itu temen Leo sendiri bun. Jadi Leo anterin dia pulang dulu ke rumahnya. Tapi sebelum itu Leo mampir ke minimarket bentar buat beliin dia minum. Udah gitu aja terus Leo pulang setelah nganterin dia. Sumpah deh bun."

"Tapi kamu nggak papa kan?" Tanya bundanya khawatir. Perasaan marah nya kini berubah drastis entah hilang kemana.

"Alhamdulilah nggak papa kok bun."

"Kamu kan bisa Na ngasih kabar abang dulu, abang telfon nomer kamu nggak aktif. Abang tuh khawatir Na takut kamu kenapa-kenapa. Kamu ini perempuan lo Na, ini udah dini hari." Ujar Rafi marah.

"Maaf bang, tapi Ona nggak bohong. Hp Ona lowbat jadi nggak aktif."

"Ya udah lah Raf, yang penting kan adek kamu udah pulang dan nggak kenapa-kenapa."

"Iya bun, tapi lain kali Ona harus kabarin Rafi dulu. Rafi kan-"

"Iya abanggg..." Leo menarik kedua pipi Rafi gemas. "Maaf ya Ona telat pulang, lain kali nggak bakal kaya gini lagi deh. Ona janji."

"Hem iya, kasihan itu Aga nunggu kamu dari tadi."

Leo menoleh ke Aga, namun tatapan Aga seperti berbeda seperti biasanya. Tak ada senyum ceria atau mata berbinar. Raut muka nya hanya datar dengan tatapan kosong.

"Yaudah kamu ngobrol bentar sama Aga, bunda masuk dulu." Rafi yang melihat Jihan masuk kini mengikuti masuk ke rumah. Ia tak mau menganggu urusan Aga dan adik nya.

"Pulang gih Ga, gue udah di rumah." Perintah gadis berambut pendek itu.

Tapi Aga tak bergeming, tak beranjak 1 cm pun dari tempat nya berdiri. Ia tetap menatap Leo dalam. Sebenarnya kenapa? Apa dia sedang marah gara-gara Leo tinggal tadi?

"Ga?"

"Lo kenapa?"

"Na.." Panggil Aga pelan.

"Iya kenapa Ga?"

"ONAAA..." Aga tanpa aba-aba langsung menghamburkan pelukan nya membuat Leo mundur beberapa langkah karena dorongan dari Aga.

"Kenapa sih Ga?"

"Ga?"

"Ihh nggak jelas!" Leo berusaha melepaskan diri dari pelukan Aga tapi nyatanya tidak bisa, pelukannya terlalu erat.

Akhirnya Leo hanya diam, ia sekarang sadar jika bahu Aga terguncang, Aga menangis.

"Ga..lo nggak papa kan? Jawab gue."

Leo mulai merasakan basah di bahu nya. Ia bingung harus bagaimana. Sementara ia benar-benar tidak tau kenapa teman sebangku nya ini menangis.

"Cerita dong Ga lo kenapa sebenernya?"

Pelukan itu semakin kencang diiringi suara rintihan Aga yang pelan. Entah kenapa tangan Leo berangsur-angsur mulai membalas pelukan Aga. Leo mengelus pelan punggung Aga. Walau tidak tau apa penyebab Aga menangis tapi setidaknya Leo bisa menenangkan nya.

GERHANAWhere stories live. Discover now