14

1.6K 416 69
                                    

Setelah insiden tidak terduga di kantin, Kikan jadi menghabiskan sisa waktunya di sekolah dengan mood yang berantakan.

Lita dan Vinka juga tidak banyak bicara. Tidak sekadar bertanya atau berbasa-basi kepada Kikan tentang apa yang terjadi di kantin barusan.

Syukur juga. Kikan jadi tidak perlu menjelaskan sesuatu.

Namun sayangnya, beberapa anak kelas yang bebal seperti Wira dan Deni justru bereaksi sebaliknya (minus Aghi karena cowok itu tampaknya lebih tahu situasi dengan memilih duduk di tempatnya ketimbang ikut-ikutan ribut).

Sambil cekikikan, Wira dan Deni malah seperti menggoda Kikan. Sengaja memberikan pertanyaan introgasi yang justru membuat perasaan Kikan kian memburuk!

Oleh karenanya, semenjak hari itu, Kikan resmi akan mengibarkan bendera perangnya pada Lio!

Gara-gara cowok itu yang memancing, Kikan jadi kelepasan mengeluarkan sisi buruknya yang selama ini hanya bisa dilihat oleh Mami-Papi di waktu-waktu tertentu.

Parahnya lagi, Kikan melakukan hal tersebut di depan puluhan pasang mata yang menyaksikan, pula! Mana di situ ada Aghi, lagi!

Sontak saja, emosi meluap-luap yang tadinya seakan menyelimuti, kini berubah sekejap menjadi rasa malu yang tak terperi.

Cuma karena waktu SD Kikan pernah disebut tiang dan langsung pindah sekolah, bukan berarti saat ini Kikan akan melarikan diri juga karena Lio kembali datang untuk mengejeknya!

Kikan tahu, selain membuat perawakannya jadi menjulang, tinggi badan Kikan juga jadi menyebabkan tubuhnya seakan terlihat kurus. Itulah alasan utama kenapa Kikan diledek tiang oleh Lio.

Oleh karenanya, dimulai dari sekarang, Kikan akan bertekad untuk mencoba menaikan massa tubuhnya!

Bukan hanya soal Lio, tapi biar Mami yang suka menyuruh Kikan untuk banyak makan juga puas!

Biar semua orang yang kerap kali bercanda dengan menyebut-nyebut Kikan kayak galah, sumpit, bihun, tulang, dan lain sebagainya yang mereka pikir itu lucu—juga merasa puas!

Jadi, dengan dimulainya weight gain program yang Kikan cetuskan, dimulainya juga rentetan perilaku Kikan yang sukses membuat Lita dan Vinka menganga selama seminggu ini.

"Menurut kalian, gue mending beli mi goreng atau soto aja?" tanya Kikan sambil menatap gerobak soto dan gerobak mi di depannya bergantian.

Mendengarnya, Lita dan Vinka kompak melongo tak percaya.

"Kikan, lo barusan abis makan dua piring ketoprak. Saran gue, mending lo warasan dikit, deh," ujar Lita berusaha tenang.

Vinka mengangguk menambahkan, "Seenggaknya dijeda sejam dulu deh, baru lo makan lagi. Ntar tuh pas pulang sekolah, baru dilanjut dah makannya."

"Pas pulang sekolah gue emang bakal makan lagi," timpal Kikan cuek. "tapi sekarang juga tetep aja harus makan."

Lita dan Vinka pun cuma bisa geleng-geleng kepala mendengarnya.

"Jadi mending mi goreng atau soto?" tanya Kikan sekali lagi.

"Soto," sahut Lita.

"Mi goreng," jawab Vinka.

Kikan kemudian diam sebentar. "Oke dua-duanya."

Lima menit berikutnya, meja Kikan sudah penuh kembali dengan sepiring mi goreng dan semangkuk soto ayam.

Lita melihat mejanya dengan tatapan tak percaya.

Dari awal Lita tahu kalau Kikan memang kadang sableng. Satu semester menjadi teman semeja cewek itu membuat Lita sadar kalau setidaknya ada satu-dua hal absurd dalam diri Kikan di balik sifatnya yang pendiam.

172 cmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang