Berakhirnya Sebuah Balas Dendam

2.7K 122 8
                                    

Betapa lelahnya jika harus terus berhadapan dengan sebuah masalah. Ada kalanya sangatlah ingin beristirahat sejenak untuk menenangkan pikiran. Namun apa daya jika masalah terus-menerus muncul tanpa henti dan yang paling melelahkan adalah tidak bisa menghindarinya.

"Bajingan!!" Ucap Angkara yang terdengar begitu murka dan membuat semua orang terkejut.

Lalu Angkara memberikan ponselnya kembali pada Karan. Setelah itu Angkara langsung berjalan cepat masuk kedalam rumahnya yang sudah hangus terbakar dan Angkara terlihat begitu murka.

"Rara! Kamu mau kemana?" Tanya Kai yang mengejar Angkara diikuti dengan Karan.

Tak disangka Angkara masuk kedalam dapur dan mencari sesuatu. Lalu Angkara pun akhirnya mendapatkan yang ia cari di bawah lemari dapurnya. Ternyata Angkara mengambil sebuah pisau yang biasa digunakan penjahat untuk melakukan aksi kejahatan. Saat Angkara sudah memegangnya, Angkara menekan tombol di pisau itu sehingga pisau itu muncul. Angkara menggenggam pisau itu dengan bilah pisau yang mengarah kebelakang.

"Rara?" Gumam Kai dan Karan terkejut saat melihat Angkara yang menggenggam pisau.

"Jangan Ra. Ini salah." Ucap Kai penuh dengan perhatian sembari panik melihat Angkara.

"Ra kau harus bersabar. Ada cara lain selain membunuh Ra." Lanjut Karan.

"Minggir." Ucap Angkara dengan nada yang masih terdengar datar.

"Enggak. Abang gak akan biarin kamu jalan dijalan yang salah Ra." Ucap Kai yang menghalangi jalan Angkara.

"Minggir!" Ucap Angkara dengan sangat tegas yang langsung mendorong Kai.

"Angkara?" Gumam semua anggota AVEGAS saat melihat Angkara yang keluar dengan sebilah pisau di tangannya dan ia terlihat begitu emosi.

Semua orang pun terkejut saat melihat Angkara yang keluar dengan sebilah pisau di tangannya.

Angkara berhenti di depan pintu rumahnya. Ia melihat jasad tantenya sejenak lalu kembali menatap lurus kedepan dengan sorot mata begitu tajam.

"Pembunuh!!" Gumam Angkara degan sangat tegas, lalu Angkara berlari sekencang mungkin meninggalkan semua orang.

"Rara!" Panggil Kai dan Karan yang mengejar Angkara.

"Gila si Angkara mau ngebunuh si Jo." Ucap Nano.

"Ayo cepat kalian kejar anak itu!" Ucap seorang pria paruh baya pada anggota AVEGAS.

"Kasian anak itu. Dia kehilangan semua keluarganya dan sekarang dia sebatang kara." Gumam seorang ibu paruh baya.

"AVEGAS! Cabut! Kejar Angkara." Perintah Saga.

"Siap!" Semua anggota AVEGAS pun kembali ke motornya masing-masing dan langsung mengejar Angkara.

Semua orang tak tahu kalau saat Angkara berlari sangat cepat, Angkara bersembunyi di balik dinding yang cukup sempit yang tak mungkin dilihat oleh siapapun. Sedangkan yang lainnya tetap berlari mengejar Angkara karna yang mereka tahu Angkara akan langsung mencari keberadaan Joshua.

"Ternyata hidup ini emang bener-bener menyiksa. Apa gunanya gue terlahir kalau pada akhirnya gue menderita kaya gini?" Gumam Angkara dalam hati yang menyandarkan kepalanya di dinding sembari memejamkan matanya dan meneteskan air mata. "Hari ini, gue gak akan tinggal diem. Nyawa harus dibayar nyawa. Lo harus terima apa yang harusnya emang lo dapetin." Gumam Angkara dengan sorot mata yang tajam dan ia semakin menggenggam erat pisau yang dipegangnya.

Lalu Angkara pun akhirnya menelfon Alvaro untuk mencari tahu keberadaan Joshua sekarang.

"Iya halo." Jawab Alvaro setelah menerima telfon dari Angkara.

BALAS DENDAM! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang