viii. konklusi narasi

156 18 3
                                    

─────

terbilang sepekan sudah ia mengulang kisah dengan damar. sepekan juga ia menjadi bolang alias bocah petualang. menyusuri ladang seraya mengunduh bapangan. mengamati senja dengan pit jawa sembari tertawa, seakan masalah tak menghantuinya.

"setelah kakek pergi, kamu seakan mengurung diri, bahkan dengan teman sendiri" damar menatap sasi nanar sembari meminta penjelasan.

sasi tersenyum miris, lalu menjawab, "memang, tidak seharusnya begitu. semua diluar rekaan, semesta sudah mengaturnya, mas"

"aku senang, kamu kembali. kemarin belum sempat mengunjungi telaga, yuk?"

 kemarin belum sempat mengunjungi telaga, yuk?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

semilir angin sore menerpa surai sang pemudi. damar menerbitkan bulan sabit, sungguh seperti anak kecil saja, suka lupa. sasi memegang bahu sang pemuda karena ia tengah mengemudikan sepeda jawa miliknya.

tegalan mereka lewati. adakala damar menyapa para petani, lalu sasi mengikuti. keduanya tertawa, bahkan sesekali damar melontar canda. entah sasi dibilang kelebihan muatan atau bahkan sekedar menggoyang sepeda agar tidak tegang.

kini, sasi mulai menyadari. ia telah berhutang budi lagi. pada teman semasa kecilnya merangkap pemenang pertama hatinya, siapa lagi kalau bukan damar paksa.

────

sasi menyambangi damar, lalu menepuk bahu pemuda pelan. ia tersenyum. selepasnya, menitah sasi agar duduk di sampingnya, "pasti putus cinta lagi, kan? sama siapa kali ini?"

sasi merotasi indra, "tadi malam, masa lupa, mas?"

"kamu hanya diam saja, aku yang terus bicara. ah, apa yang suka ngaku mantu mamah kamu itu, ya?" tanya damar sedikit menyidik.

mata sasi membulat. sanubari meronta, menanti jawaban pula. karena ia tahu, secara tidak langsung herjuno adalah jawabannya.

"IH! ENGGAK! MAS DAMAR NGESELIN BANGET!" damar menjadi korban kekerasan sasi. lengannya dicubit, bajunya tercabik, lalu surainya ditarik. sungguh menarik.

damar pasrah, "iya – iya ampun. lagian dia suka ngaku – ngaku, bikin aku cemburu" sebentar, sasi tidak salah dengar, kan?

melihat paras sasi berganti, ia segera mengoreksi, takut salah arti, "jadi, mulai darimana?"

sasi lekas menegakkan diri, "kesimpulannya, bertepuk sebelah tangan lagi, mas" tuturnya lemas.

"selama aku pergi, kamu selalu sakit hati ya?" damar tersenyum lalu memandang telaga bergantian.

"makanya pulang, jangan di Kalimantan" sasi menguncupkan mulut.

"kapan – kapan saja aku pulang kalau sudah mapan, ya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

tajuk rasa, yiren minkyu. ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang