Airport Incident

3.6K 403 23
                                    

Immigration.

Baggage claim.

Transfer.

Sasa melangkahkan kaki dengan tatapan kosong melewati gerbong demi gerbong. Tangannya menggeret satu koper hitam di tangan kiri sedang tangan kanan memegang passport dan telepon selulernya.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, namun jetlagnya masih membuat mentari pagi New York seakan menemaninya. Ia melihat orang-orang yang berjalan searah dengannya, keluar areal bandara dengan berbagai kondisi. Kebanyakan sibuk dengan urusan pribadi, ada yang bersama rekan ada juga yang berjalan sendiri.

Sama seperti Sasa. Sesampainya ia di Jakarta pun ia hanya datang seorang diri. Langit di luar sedang tak kondusif karena sedang hujan lebat, untungnya ia sudah sampai ketika awan gelap menyelimuti, sehingga ia tak perlu menghadapi masalah dan delay selama perjalanan pulang.

Ke arah luar terminal, matanya menoleh ke berbagai arah, mencari orang yang sudah berjanji untuk menjemputnya.

Ke arah luar terminal, matanya menoleh ke berbagai arah, mencari orang yang sudah berjanji untuk menjemputnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mba Sasa!"

Lambaian adiknya dari kejauhan membuat Sasa langsung menghampirinya.

Tap tap tap.

Di depan Starbucks Dio menunggu, dengan senyum sumringah langsung mengambil koper di tangan Sasa untuk membantu.

"Mba, gimana seru???"

Ah, terlihat sekali bahagia seseorang yang ingin menikah—menikahsungguhan. Mungkin rasanya bagai tiap hari merasakan debaran di dada. Dio bertanya pada Sasa saja sambil tersenyum lebar.

"Iya seru."

Sebenarnya Juna ingin menjemput Sasa tadi. Mereka berdua sempat chat lagi dan Sasa mengatakan bahwa ia tidak pulang bersama Saga. Namun berhubung Dio sudah terlanjur di jalan, mau tak mau Sasa pulang dengan adiknya .

"Dio nggak sabar banget deh Mba honeymoon, malah lebih excited itunya ketimbang hari pernikahannya."

Sasa hanya dapat mengangguk setuju lalu mengikuti pria itu berjalan ke mobil yang Dio parkir tak jauh dari luar gerbang.

Angin Jakarta menyambutnya, dengan panas yang tetap terasa meski hujan mendera.

Atau mungkin sebenarnya cuaca hari ini sangat dingin, hanya saja Sasa merasa panas membara di hatinya.

Hatinya tak bisa biasa-biasa saja sejak mendengar percakapan seseorang yang secara tak sengaja ia dengar kemarin.

Andai saja ia tak mendengar percakapan itu, mungkin saat ini setidaknya Sasa bisa lebih lapang dada.

Tin tin!

Suara klakson Dio menyadarkan Sasa kembali. Ia bahkan sudah melamun cukup lama hingga tak sadar sudah masuk mobil dan memakai seatbelt. Tadi memasukkan barang-barang dan duduk di mobil seakan hanya raganya saja yang ada tanpa jiwanya ikut bersama ia.

The Proposal | A Romantic ComedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang