(25)Ada apa?

269 33 100
                                    

Silahkan tekan dulu tanda bintangnya dan jangan lupa untuk meninggalkan komentar yang banyak!❤

Koreksi kalau ada typo😂

***

Udara malam yang dingin dapat Airin rasakan. Membuat cewek itu semakin mengeratkan kedua tangannya yang melipat di depan dada. Meski sudah memakai hoodie pink over sizenya tetap saja Airin merasa udara dingin itu mampu menembus kulitnya.

Cewek itu mendesis kecil menunggu penjual yang sedang membuat martabak untuknya, rasanya lama sekali. Airin memang sedang membeli martabak di pinggir jalan dekat dengan kompleks rumahnya. Entah kenapa setelah sembuh dari sakit, Airin jadi ingin makan banyak. Salah satunya ia ingin memakan martabak.

Pada awalnya Airin ingin meminta Bintang untuk membelikannya martabak. Tapi kok kesannya kayak Bintang itu driver go-food? Bintang kan pacarnya. Airin juga kepikiran untuk mengajak Bintang menemaninya membeli. Tapi Airin merasa tak enak. Takut mengganggu cowok itu. Akhirnya ia memilih untuk berjalan kaki sendiri ke sini untuk membeli martabak. Sekalian jalan-jalan menikmati angin malam menurutnya.

Sembari menunggu, Airin jadi teringat kejadian kemarin sewaktu Bintang ke rumahnya, tanpa sadar membuat bibir mungilnya melengkung ke atas. Perkataan Bintang membuatnya seolah Airin itu jadi cewek spesial di hidup cowok itu. Memang Airin sudah sering mendengar pengakuan seperti itu dari cowok-cowok yang menyukainya. Tapi pengakuan dari Bintang entah kenapa berbeda dengan yang lainnya. Jantung Airin berdebar ketika mendengarnya. Berdesir hangat ke seluruh tubuhnya.

Perlakuan Bintang seperti mengelus halus rambutnya dengan tatapan yang seolah sedang mencemaskannya itu juga membuat jantung Airin berdetak begitu cepat. Airin suka tatapan itu. Tatapan yang membuatnya seolah dirinya ini adalah pusat perhatian cowok itu. Airin juga melihat kesungguhan dari iris mata Bintang yang memandangnya dalam. Cowok itu sepertinya tulus kepadanya.

Tapi jujur jauh di lubuk hatinya, Airin belum sepenuhnya percaya pada Bintang. Airin masih takut Bintang itu sama dengan cowok lainnya. Yang hanya mempermainkan hatinya saja. Airin takut ia merasa kecewa dan dibuat sakit lagi. Meski kadang kekhawatirannya ini terbenam ketika bersama Bintang, namun akan kembali terbit ketika ia sendirian dan merenunginya seperti sekarang.

Lamunan Airin terbuyar ketika merasakan tepukan di bahu kanan yang secara naluri membuatnya menoleh ke belakang kanannya. Airin mengangkat tinggi kedua alisnya, tidak ada orang sama sekali. Jadi apa itu tadi? Sambil menolehkan kepala ke depan lagi dan pikirannya dibingungkan oleh hal tadi tiba-tiba ketika sudah menghadap depan lagi seorang cowok dengan wajah datarnya nongol persis di depan wajahnya.

"Kyaa!!! Astaga!!!" kaget Airin. Tangannya refleks menggeplak wajah yang tiba-tiba muncul di depannya.

Cowok yang wajah tampannya telah digeplak Airin otomatis mundur dan memasang ekspresi kesal—tapi menurut Airin itu ekspresi datar. Tangan kirinya mengusapi sebelah pipinya dan mendesis kecil agak merasa panas sehabis mendapat tamparan itu. Padahal tadi niatnya dia hanya iseng ingin mengagetkan Airin. Eh dia malah kena akibatnya sendiri. Dia melupakan satu hal bahwa cewek di depannya ini memang agak liar. Dikira sudah jinak karena udah punya pawang. Eh masa sama aja ternyata.

"Kaget ih!" gerutu Airin. Melampiaskan kekesalan dengan menepuk lengan cowok berjaket army tersebut. Cowok itu lantas melebarkan mata menatap Airin, melontarkan peringatan. Airin malah tersenyum geli ke arah kedua mata hitam itu, karena menurutnya ekspresi itu sangatlah lucu.

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang