Chapter 4

11.3K 1.6K 47
                                    

***

Hiks.

Hiks.

Aku memakan kue sambil mengeluarkan air mata dan ingus. Aku tidak bisa memikirkan apa pun karena rasanya yang enak setiap kali aku mengunyahnya, tapi setelah menelannya, aku terus menangis karena merasa sedih.

Duke Dubblede benar-benar bajingan. Aku bisa makan roti sisa. Kenapa kamu begitu marah tentang hal itu?

Aku melihat Duke yang duduk di seberangku dengan pandangan sebal.

Lea, yang membawakanku kue atas perintah Duke, berkata dengan nada malu.

"Nona kecil pergi tidur lebih awal dan belum makan. Jadi..."

"Jadi nona kecil mengambil roti yang dibuang oleh para pelayan."

"....."

Wajah Lea membiru. Dia mengerutkan bibirnya dengan erat, terlihat merasa bersalah. Tapi Lea sama sekali tidak bersalah.

Setelah merasa agak kenyang, aku mengulurkan tangan ke Lea.

"Aku mauk perghi..." (Aku mau pergi)

Aku menyesal karena belum menghabiskan kuenya. Tapi aku tidak ingin melihat Lea yang baik dimarahi oleh orang jahat!

Pada saat itu, Duke mengulurkan tangannya ketika aku memeluk lengan Lea. Tangan Duke, yang akan melewati sisa kue kering, berhenti di udara. Di atas meja dengan piring mangkuk dan susu, angin bertiup.

"........"

"........"

"........"

"Ada apa dengannya?"

"Saya pikir nona kecil takut dimarahi."

Lea benar. Aku ketakutan karena merasa terancam oleh Duke. Tatapannya saja membuatku gugup. Duke menatapku dengan tatapan aneh dan aku bahkan menjadi lebih takut. Jadi aku merengek,

"Akuh akyan kwembali." (Aku akan kembali.)

Lea menenangkanku dengan tatapan gelisah, dan satu hal lagi, dia menggigit bibirnya seolah-olah dia telah mengambil keputusan.

"Tu..., Tuan!"

"......."

"Nona kecil harus menyelesaikan makanannya, jadi kami harus kembali!" Lea terdengar seperti seorang ksatria yang berlari menyerang pasukan besar sendirian.

Duke menatapku, dan aku meluncur di belakang lengan Lea. Dia mengangguk.

Setelah kami kembali, Lea membungkuk dan mengangkatku. Kemudian, dia meninggalkan ruangan dengan cepat, dan muntah. Wajahnya biru dan bibirnya bergetar.

Lea, sebagai pelayan Duke Dubblede, baru saja menyaksikan betapa dingin hatinya. Jadi seberapa takutnya dia ketika mengatakan hal seperti itu tadi...

'Orang seperti dia agak langka.'

Lea membawaku ke kamar dan membawakanku sesuatu untuk dimakan. Itu adalah bubur susu dengan kacang kastanye di dalamnya.

Aku menepuk perutku setelah mengosongkan dua mangkuk bubur susu.

"Aku mwinta maap kalena telus merasa lapar." (Aku minta maaf karena terus merasa lapar.)

Lalu Lea memelukku dengan mata berkaca-kaca.

"Jangan katakan itu. Nona kecil perlu makan banyak dan banyak tidur."

Dia tertawa dan membaringkan aku di tempat tidur dan menarik selimut sampai ujung leher.

TBRADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang