Chapter 18

8.7K 1.3K 16
                                    

***

Berikutnya adalah giliran Henry.

Dia tidak sekuat Isaac, tapi dia jelas punya bakat yang luar biasa.

Henry juga dapat mengeluarkan auranya.

Tapi sebaliknya, dia mempunyai aura yang lebih halus dari Isaac.

Namun, ketika lawan latihannya diganti, dia gagal menunjukkan kekuatannya. Lawan baru Henry adalah lelaki tua berambut abu-abu. Meskipun terlihat lebih lemah dari lawan sebelumnya, yang masih muda, Henry jatuh ke lantai beberapa kali.

"Apakah Tuan Henry meremehkanku karena aku pria tua?"

Lawannya berteriak pada Henry, membuat kesan bahwa dia juga berpikir begitu.

"Jangan abaikan aku!"

Henry dengan cepat bangkit dan menghindari prajurit tua itu, tetapi saat melihat sesuatu, pupil matanya membesar. Segera anak itu menundukkan kepalanya, dan pada saat yang sama pedang itu jatuh dari tangannya. Prajurit tua itu mengangkat tangannya dengan sungguh-sungguh akan mendarat ke Henry.

'Kau akan terluka!'

"Tidak!"

Aku berteriak dan berlari di antara prajurit tua itu sambil merentangkan tanganku di hadapan Henry.

"Jangan pwukul Henli!" (Jangan pukul Henry!)

"Nak, ini pertandingan yang adil."

Prajurit tua itu tersenyum canggung dan berkata, tetapi aku mengerutkan kening.

"Henli tidak memwegang pedang, itu ada di tanah." (Henry tidak mengambil pedang, itu ada di tanah.)

"......"

"Ini bukan permwainan yang memperbolwehkan kakek untyuk malah." (Ini bukan permainan yang memperbolehkan kakek untuk marah.)

Prajurit tua itu mengerang dan memandangi pedang yang dijatuhkan Henry.

"Oh tidak.... Aku terlalu fokus bertarung."

Tentara tua itu mengulurkan tangan untuk membantu mengangkat Henry. Tetapi Henry berdiri sendiri, tidak memegang tangannya.

Henry keluar dari tempat latihan, aku bergegas dan menarik lengannya.

"Apa yang kamu lakukan?"

"Henli terluka, olweskan obat." (Henry terluka, oleskan obat.)

"Tidak, terima kasih."

"Apakah kau twakut pada dokter? Oh dokter tuwa itu baik." (Apakah kau takut pada dokter? Oh dokter tua itu baik.)

Dia memperlakukanku dengan baik ketika aku sakit. Aku tidak takut padanya.

"Aku tidak takut pada dokter! Aku hanya membenci pria tua-!"

Anak itu, yang berteriak seperti itu, tiba-tiba menutup mulutnya. Berdiri di sisi jalan, aku menatapnya.

Jangan bilang kau tidak suka pria tua.

Aku menyadari sisi tersembunyi Dubblede karena aku sudah menjadi anak duke berkali-kali.

Dubblede adalah keluarga kaya dengan kekayaan, kekuatan, dan ketenaran di luar, tetapi di dalamnya ada persaingan yang mengerikan. Dari generasi ke generasi, anak-anak Dubblede harus menyerah akan perawatan hangat yang diberikan orang tua mereka. Alih-alih menikmati kekayaan berlimpah yang telah dicapai para pendahulu mereka. Garis keturunan langsung dibesarkan oleh tangan pendahulu Dubblede dan asosiasi dekatnya setelah lahir. Hanya hari-hari penting saja mereka bisa menemui orang tua mereka.

TBRADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang