23. Bittersweet Feeling

374K 35.5K 50.6K
                                    

23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

23. Bittersweet Feeling — 🔞

Bunyi yang berasal dari elektrokardiogram menggema di sebuah ruang. Seseorang terbaring di sana sudah delapan hari lamanya. Dia tidak bicara, tak bergerak, hanya terlelap.

Lila koma sejak kejadian di pantai. Saat itu tubuhnya terombang-ambing di laut, lalu terseret ombak besar hingga ke tepi dengan keadaan tak sadarkan diri.

Wujud Alaia tak ada di sana saat banyak orang berdatangan menolong Lila. Alaia menghilang, ia berenang ke bagian terdalam hingga tak ada satupun manusia melihatnya.

Hingga dua hari kemudian, Alaia kembali setelah Langit menjemputnya di pantai. Tadinya Alaia takut bertemu siapapun karena merasa bersalah atas kejadian itu, tapi Langit meyakinkan bahwa ini bukan seutuhnya kesalahan Alaia.

Sekarang Langit dan Alaia berencana ingin menjenguk Lila di rumah sakit. Mungkin nanti siang atau sore, tergantung Alaia maunya kapan.

Saat ini Lila ditemani Bastian. Orang tuanya bekerja, jadi mereka meminta Bastian menjaga Lila selama mereka tidak ada di sini. Dari pagi cowok itu setia menemani.

"Sayang," panggil Bastian sambil menatap Lila.

Jemari Lila disentuh olehnya, ia lihat cincin itu masih terpasang di jari manis. Senyum Bastian terukir setengah, ia mengusap buku tangan Lila sambil mengamati wajahnya yang pucat.

"Makanya jangan ngelawan suami kamu," celetuk Bastian, "Celaka kan jadinya."

Bastian teringat hari-hari itu. Seharusnya mereka sedang berpesta merayakan hari bahagia di sebuah tempat di dekat pantai, tapi Lila malah kabur dan tiba-tiba ditemukan tidak berdaya di atas pasir basah.

Namun tak apa bagi Bastian, yang terpenting keduanya sudah terikat janji dan status baru.

Iya, benar, mereka sudah menikah. Mereka telah merapalkan janji suci di hadapan Pendeta dan kedua wali masing-masing.

"Hey, Istriku." Bastian menatap Lila lagi.

"Aku mau jalan nih sama Syadza. Kamu aku tinggal bentar gapapa ya," kata Bastian yang tentu tak ditanggapi Lila.

"Nggak bentar deh, kayaknya lama. Aku mau main sama dia, katanya bawaan orok." Bastian melanjutkan disusul terkekeh pelan.

Pun Bastian beranjak dari kursi dan membungkuk untuk mengecup kening Lila. Ia mengusap kepala cewek itu dan melempar senyum termanis sepanjang masa.

"Dah, Sayang. Nanti pulangnya aku bawain makan." Bastian berkata.

Tapi ia menyeletuk lagi, "Eh, lupa. Kamu kan kalo makan lewat selang. Ya udah, ga jadi aku bawain apa-apa."

Usai menyeloteh sendiri di dalam kamar itu, akhirnya Bastian pergi sambil menerima telepon dari Syadza. Anak itu sama sekali belum sadar bahwa ia sudah memiliki tanggung jawab terhadap Lila dan calon bayi mereka. Bukannya setia, Bastian malah semakin berulah.

ALAÏA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang