22 (Yakin)

50 21 72
                                    

Bagaimana jika rasa sukanya yang ia utarakan hanya sebuah permainan?

Bagaimana jika rasa sukanya yang ia utarakan hanya sebuah permainan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lintang
Sudah sampai Lin?
Makasih banyak udah nganter
aku pulang.
19.10


Laras tersenyum ceria sembari berbaring di kasur empuknya yang bernuansa hitam putih itu. Jemarinya tidak lepas dari telepon selulernya, ia tidak sabar menunggu balasan pesan dari Lintang.

Padahal ia sendiri tahu kalau Lintang tidak akan membalas pesannya dengan cepat, karena pria itu mungkun saja masih mengendarai vespa merahnya.

Wajahnya mendadak memanas padahal ia baru saja memberishkan diri dan di pipinya jelas masih ada sedikit bulir-bulir air yang harusnya bisa meminimalisir rasa panas itu, bibirnya ia kulum kemudian tersenyum tipis.

Dirinya teringat akan perlakuan Lintang saat merapikan rambutnya, perlakuan yang benar-benar membuat dirinya semakin yakin kalau ia sudah jatuh hati pada pria jangkung bersurai legam itu.

Ia sudah tidak peduli dengan amarah kakaknya yang sangat risau karena telah dibuat khawatir.

Kakaknya yang sempat memberi sedikit wajangan padanya karena lebih memilih pulang bersama Lintang. Ah sudahlah ia tidak mau memikirkan itu, moodnya tidak boleh hancur malam ini.

Fyu fyuu...

Ada pesan masuk di telepon selulernya, ia cepat-cepat membuka locscreen teleponnya kemudian membuka pesan whats app itu.

Ia kembali tersenyum tipis tapi singkat, pesan yang ditunggu-tunggu ternyata. Ia benar itu balasan pesannya dari Lintang.

Lintang
Sudah sampai Lin?
Makasih banyak udah nganter
aku pulang.
19.10


Iya udah sampai nih
                            19.30

Perempuan bersurai panjang itu mendecak kesal melihat balasan pesan tersebut, pasalanya pesannya hanya itu saja. Sebenarnya dia ikhlas tidak sih membalasnya.

Ia menghembuskan nafasnya, kemudian menggerakkan jemarinya karena ingin membalas pesan itu.

Detik berikutnya jemarinya berhenti di atas keyboar teleponnya, kepalanya sedang berpikir. Apa yang harus ia katakan, kenapa dirinya mendadak blank, ah sudahlah pesan itu di read saja, itu mungkin lebih baik.

Badannya bergerak lesu, tangannya mengulur mendekati nakas yang berada di dekat rajangnya. Ia menyimpan telepon selulernya di sana, dan berniat untuk rebahan dengan tenang.

Drrrttt...drrrtttt...

Perempuan bersurai panjang itu mendengus kesal, telepon selulernya bergetar tidak hanya sekali tapi terus menerus. Sudah jelas itu bukan pesan melainkan panggilan telepon, ah siapa sih yang yang mengagu perempuan yang sedang lesu itu.

CANDALA [Lebih Dari Sekadar Minder]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang