What If [Series]

2. Guanlin x Jeha

Guanlin be like : hepi riding ye gan, y x g. jan ngarep yg uwu-uwu, isinye gelut mulu.

"G-Guan..."

Pria bertubuh jangkung itu menatap Eunwoo yang menahan rasa sakit di punggungnya, tatapannya menajam. Jeha hanya mencengkeram lengan pria itu dengan kuat, agak gemetar. 

Uh sial, dia tak memiliki banyak tenaga untuk meneriaki Guanlin yang beraninya memukul Cha Eunwoo begitu saja tanpa mendengar penjelasan apapun. 

Huh? Tunggu, kenapa dia harus menjelaskan keadaan pada Guanlin? 

"Lu kaga usah cari muka lagi dah! Kesel tau ga gue liatnya!" Cerca Guanlin, tatapannya pada Eunwoo benar-benar seperti ingin mengajak berkelahi. 

Eunwoo merintih samar, lalu dia menghembuskan napas panjang dan menegakkan tubuhnya. 

"Jangan salah paham deh," Cha Eunwoo mendengus, tertawa kecil dengan samar. Dengan sorot mata kalemnya, dia pandang Guanlin yang sudah seperti orang kesetanan. "Kasian, dia lagi kesakitan soalnya, jadi gue bantuin dia, nganter pulang."

"Banyak alesan lu!" Sambar Guanlin cepat, "lu jangan cari kesempatan dalam kesempitan!" 

Eunwoo hanya diam, lantas tersenyum kalem pada akhirnya, "yaudah karena lo udah di sini, gue serahin Jeha sama lo," dan menepuk pundak pria yang lebih tinggi. "Pastiin bawa dia pulang, dia lagi sakit." 

Setelah mengatakan itu, Eunwoo langsung berjalan pergi menuju pintu keluar. Meninggalkan Guanlin yang masih berdiri dengan tatapan tidak menyangka. 

"Serahin? Woi lo pikir dia barang?!!" Nadanya meninggi, meneriaki Eunwoo yang sudah hilang di balik pintu kelas, "dan lagian lo siapa nyuruh-nyuruh gue, ha?!!" Teriakannya menggelegar. 

Bagus, sekarang perut Jeha terasa semakin nyeri karena mendengar teriakan Guanlin yang tidak tanggung-tanggung. Dia sungguh ingin memukul pria ini. 

"Guan..." 

"Lu juga! Napa kaga bilang-bilang ke gue hah?! Lu pikir berapa lama gue nunggu di luar?! Gue telepon kaga diangkat! Maksud lu apaan?!" 

"LO JANGAN NAMBAH BEBAN IDUP GUE DEH!! GUE LAGI KESAKITAN INI!!!" 

Setelah mengumpulkan seluruh tenaganya, barulah Jeha berteriak tak kalah kencang di depan wajah Guanlin. Dia sudah ingin menangis, dan Guanlin dengan bodohnya malah memarahinya?