Chapter 23

9.3K 1.3K 64
                                    

***

Beberapa hari kemudian, rumor bahwa Teramore yang menjadi gila menyebar. Aku mencoba mengintip di depan penjara bawah tanah untuk mengkonfirmasi kebenaran rumor itu.

'Sejak insiden Henry, Teramore memiliki kecurigaan mengenai identitasku. Akan sangat bagus sekali jika dia benar-benar kehilangan akal, meskipun dia kehilangan akal, aku lebih baik tidak menarik perhatian untuk sementara waktu.'

Saat aku mondar-mandir di depan pintu masuk. Aku menundukkan kepalaku dan berusaha mencuri pandang pada pintu yang sedikit terbuka.

Kaki seseorang tiba-tiba menghalangi penglihatanku dan Viscount Dubos, kepala penasihat, keluar dari penjara bawah tanah. Dia berdiri tegak di depanku.

"Nona kecil."

"Hallow Tuwan....  Apakah Anda mwasih memalahi kakwek Tewamor?" (Halo, tuan.... Apakah Anda masih memarahi kakek Teramore?)

Pertanyaan itu menyembunyikan pertanyaanku yang sebenarnya bahwa, 'Benarkah Teramore kehilangan akal sehatnya?'

"Tidak, pikirannya... tidak berada di tempat yang benar. Pria itu seharusnya menungguku memotong pergelangan kakinya perlahan dan melemparkannya ke luar—ehem,"

Viscount Dubos memalsukan batuknya saat dia menyadari pikirannya terlontar keluar dari mulutnya di depan Leblaine kecil.

Viscount Dubos melihat mata polos Leblaine yang berkedip-kedip seolah-olah perkataannya terlalu asing untuk dipahami oleh pikiran kecilnya. Viscount Dubos tertawa canggung dan menggaruk kepalanya.

"Interogasinya sudah selesai. Saya akan memastikan dia tidak akan melakukan hal buruk lagi kepada Anda atau Henry. Saya berjanji."

"Wow! Tewima acih, tuwan Dubos!" (Wow! Terima kasih, Tuan Dubos!)

Beban yang telah membebani pikiranku terangkat, aku melompat pergi dari pintu masuk penjara dengan gembira.

'Aku berpikir apa yang harus kulakukan pada Teramore sejak dia mencurigai identitasku. Itu kesalahanku, saat aku menunjukkan padanya bahwa aku terlalu dewasa untuk anak seusiaku.'

'Dengan ini salah satu masalahku terpecahkan. Ini benar-benar keberuntungan.'

Setelah aku berpisah dengan Viscount Dubos, aku berjalan mengitari kastil, merasakan angin dingin membelai lembut pipiku yang hangat. Taman dan bunga-bunga tampak lebih semarak dari kemarin. Segalanya tampak lebih indah dari biasanya ketika orang jahat seperti Teramore menghilang.

'Ah, rasanya enak untuk bersantai sesekali...'

Pekerja yang lewat tersenyum dan menyapaku dengan riang ketika mereka melihat aku berjalan-jalan di sekitar kastil dengan riang.

"Halo, nona kecil. Anda dalam suasana hati yang baik hari ini. Kemana Anda akan pergi?"

"Aku akyan pelgi mencawi camilan." (Aku akan pergi mencari camilan.)

Sejak kejadian dengan Teramore, Lea dan para pelayan memberiku banyak camilan. Khawatir akan perilaku kasar Teramore akan membuatku trauma, para pelayan menjadi lebih memanjakan diriku dari sebelumnya.

"Dasar sampah."

"Mati!"

"Teramore bangsat!"

Para pelayan itu melontarkan hinaan mengerikan kepada Teramore setiap kali mereka ingat apa yang dilakukan pria busuk itu padaku. Lea adalah satu-satunya yang pendiam di tengah-tengah lontaran hinaan.

Tiba-tiba, kursinya jatuh dengan bunyi yang keras ketika Lea berdiri dan berjalan ke dapur. Pelayan lainnya terdiam. Mereka melihat aksi Lea yang tiba-tiba dengan cemas.

TBRADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang